Keesokan harinya. Sarapan pagi itu cukup canggung. Meja makan diisi dengan orang-orang yang bermasalah. Sebagai orang yang paling dihormati di keluarga Lee, Park Jung Hee duduk pada ujung meja. Berturut-turut selanjutnya adalah kedua orang tua Lee Jun Min, lalu di samping Lee Hye Jin adalah Lia. Di seberang meja, ketiga lelaki (termasuk Arya) duduk berdampingan. Tidak ada suara lain di meja makan itu selain peralatan makan yang saling beradu. Sudut mata Lia melirik Arya yang akhir-akhir ini jarang ditemuinya. Pria berambut pirang cokelat itu tampak makan dengan tenang di sisi Lee Jun Min. “Ini makanlah,” sahut Lee Jun Min tiba-tiba memecahkan keheningan di ruangan itu, dengan sumpit perak, lelaki berkacamata ini memberikan telur gulung di mangkuk Lia. “Um? Te-terima kasih,” bal