"Mami!" Andrew memanggil cukup keras kala ia sudah sampai dirumahnya lebih dulu dari Marina yang masih berada di jalan. Salah satu asisten rumah tangganya datang kepadanya dengan tergopoh-gopoh. Ia pun langsung menghampiri Andrew yang bingung di mana maminya berada.
"Tuan, nyonya ada di kamar tamu atas," kata perempuan itu pada Andrew. Mendengar itu Andrew langsung berlari menapaki tangga menuju kamar tamu yang ada di lantai atas.
Langkah kaki Andrew melambat dan ia berhenti di ambang pintu kamar tamu, ia merasa lega karena dokter Budi, dokter keluarga sudah menangani maminya yang kini tengah berbaring di kamar tamu tersebut.
"Mami ... Mami gak papa?" tanya Andrew cemas. Meski Hena adalah ibu tirinya saja, tapi Andrew sangat menyayangi Hena. Hena mungkin bicara ceplas ceplos, tapi ia baik ke Andrew sejak kecil. Ia sudah menggantikan almarhum mama Andrew dengan baik. Hanya saja, tak ada yang tahu maksud baik Hena ke Andrew itu hanyalah kamuflase saja. Hena mempunyai rencana untuk Andrew. Sesayang-sayangnya ia ke Andrew, ia masih punya anak lain lagi yang paling ia sayangi dan anak kandungnya bersama dengan John adalah prioritasnya dari pada Andrew.
"Mami baik kok, kamu gak usah cemas," kata Hena pada Andrew dengan senyum yang tulus.
"Maafkan Marina, Mi, dia ada rapat di galeri. Marina pikir, mami hanya mules karena jus apel saja," kata Andrew dan Hena hanya mengangguk kecil. Di depan Andrew ia tak mau ketahuan bahwa ia akan membalas perbuatan Marina kepadanya ini.
"Obatnya diminum, tapi kalau diarenya sudah berhenti ya berhentnmmmmmmmi " kata sang dokter dan Hena mengangguk ke arahnya seraya berdiri dan pamit pergi. Andrew mengantarkan dokter Budi sampai depan pintu rumah, dan ia berpapasan dengan Marina yang tergesa-gesa masuk ke dalam rumah.
Marina tak menunggu Andrew yang kelihatannya masih asyik berbincang-bincang dengan dokter Budi. Ia langsung bertanya kepada asisten rumah tangganya perkara keberadaan Hena dan asistennya memberitahu kepada Marina bahwa Hena ada di kamar tamu lantai atas. Gegas Marina menuju kamar tersebut dan ketika ia sudah sampai di sana, ia langsung mendapatkan lirikan tajam dari Hena yang hendak beristirahat.
Marian mencoba menguatkan hati seperti biasanya. Ia melangkah mendekat ke arah Hena yang terbaring di ranjang.
"Mami, gimana keadaan mami?" tanya Marina ramah.
"Kenapa? Bukannya kamu seneng ngelihat mami sakit, kan?" Hena balik menjawab dengan sinis.
"Maafin Marina karena Marina tadi pergi, Marina pikir Mami akan baik-baik saja karena cuma sakit perut biasa," kata Marina yang membuat Hena masih menatapnya tak suka.
"Basi! Aku tahu kalau kamu sengaja ninggalin aku biar aku kesakitan, iya, kan?" tanya Hena. Hena benar, hanya saja Marina gak menyangka kalau Hena sampai dehidrasi karena hal tersebut.
"Marina benar-benar ada rapat, Mi," kata Marina mencoba meminta Hena paham akan situasi yang sedang dialaminya ini.
"Terserah apa pembelaanmu. Percuma, mami gak akan percaya," kata Hena mengejek. Marina menghela napasnya dengan sangat berat, ia tak tahu lagi harus bagaimana bicara dengan Hena tersebut.
"Marina buatkan bubur untuk Mami," kata Marina seraya berdiri dari tepi tempat tidur dan berlalu menuju dapur.
"Mami akan nginap di sini sampai sembuh. Lebih baik soal Lusi jangan ditunda lagi, cepat katakan ke Andrew, atau aku yang akan mengatakannya," kata Hena tanpa segan. Marina tak tahu lagi harus bicara apa dan bagaimana ke hena, ia akhirnya pergi dari kamar itu. Membiarkan Marina istirahat untuk sementara waktu.
Andrew datang menemuinya yang murung dan ia memasang wajah dengan senyum paling manis yang ia punya. Andrew berjalan mendekat ke arahnya.
"Hei, gimana keadaan mami?" tanya Andrew lembut.
"Mami sedang istirahat. Aku akan buatkan beliau bubur," kata Marina pada Andrew.
"Ayo, aku akan bantu," kata Andrew pada Marina. Marina dan Andrew berjalan ke dapur dan mulai memasak untuk Hena. Sementara Andrew mengaduk bubur, Marina membuatkan sop sehat agar tubuh Marina tampak segar nantinya.
Sesekali Marina menoleh ke arah Andrew yang sibuk dengan apa yang tengah ia aduk-aduk tersebut.
"Sayang," panggil Marina ragu-ragu ke Andrew yang benar-benar berkonsetrasi untuk membuatkan Hena bubur.
"Ya?"
"Kau ingat dengan saudaraku jauh bernama Soni?" tanya Marina
"Soni?" tanya Andrew dengan menautkan kedua alisnya. Ia berpikir keras tentang siapa pria yang dimaksud oleh istrinya tersebut.
"Iya, yang istrinya empat," kata Marina memperjelas.
"Ahhh, kenapa? Apa ia akan menikah lagi?" tanya Andrew.
"Kamu kok tahu?" tanya Marina heran.
"Lelaki seperti Soni itu banyak sayangku, mereka hanya akan menuruti sensasi syahwat mereka," kata Andrew.
"Menurut kamu, apakah mereka bahagia?" tanya Marina lagi. Andrew sampai menoleh saat mendengarkan pertanyaan tersebut dari Marina. Ia bahkan heran dengan apa yang sedang mereka bahas saat ini. Marina bukan tipe orang yang suka membahas kehidupan rumah tangga orang lain, tapi kenapa tiba-tiba ia membahasnya?
"Mungkin," jawab Andrew cuek. Marina menghela napas kembali. Ia bingung lagi. Jawaban Andrew tak meyakinkan dirinya.
"Kenapa mungkin?" tanya Marina tak puas dengan jawaban Andrew.
"Ya karena kita gak menjalani kehidupan rumah tangga seperti mereka, maka itu aku bilang mungkin," kata Andrew dengan senyum kecilnya tersebut. "Kenapa? Kau ingin aku menikah lagi?" tanya Andrew dengan senyum yang usil.
"Aku?" tanya Marina dengan wajah yang bingung.
"Iya, dari tadi kamu bahas Soni terus sayang, nah sekarang aku tanya, apa kau ingin aku seperti Soni?" tanya Andrew pada Marina. Marina menggeleng ke arah Andrew.
"Entahlah," jawab Marina ragu. Andrew merasakan ada yang aneh dengan istrinya, "jika aku tak juga hamil, apakah tidak sebaiknya kamu menikah lagi?" tanya Marina pada Andrew yang langsung membuat lelaki itu kaget dengan pertanyaan Marina hingga ia menoleh dan menatap ke arah istrinya tersebut dengan tatapan tak percaya.
"Sayang, diluar sana banyak pasangan memutuskan untuk childfree, bagaimana bisa kau memintaku untuk menikah lagi?" tanya Andrew.
"Childfree?" suara Hena tiba-tiba terdengar diantara mereka yang ada di dapur. "Kalian memutuskan untuk childfree?" tanya Hena tak percaya. Ia menoleh ke arah Marina dan menatapnya dengan sengit.
"Mama sudah sembuh? Kok turun ke bawah?" tanya Andrew pada Hena yang diam dengan wajah tegang.
"Kamu tuh subur dan sehat, Andrew, kenapa memutuskan untuk tidak punya anak?" tanya Hena tak memedulikan apa yang diucapkan oleh Andrew padanya barusan itu.
"Mama, ini tidak seperti yang mama pikirkan," kata Andrew berusaha menjelaskan.
"Mama jelas-jelas dengar kalau kalian bilang childfree," kata Hena. "Ini pasti istri kamu tak mau dimadu, kan?" tanya Hena. Kali ini Andrew yang kaget mendengarnya.
"Dimadu?" tanyanya heran. Ia menoleh ke arah Marina yang matanya sudah berkaca-kaca.
Ada apa ini?