Bertemu Pewaris Niskala Corporation

1122 Kata
Bisiknya dalam hati penuh sejuta pertanyaan tentang perjalanan hidupnya Bersama Kirana kedepan. Apa yang akan dimakan untuk sore nanti, sementara uang tidak punya, bahkan tempat tinggal pun belum jelas harus dimana. Amira menaris nafas berat, seberat kehidupan yang akan dihadapinya setelah ini. Matanya terpejam merasakan sesaknya d**a akibat rasa sakit yang terlalu besar yang disimpannya selama tiga tahun, tepatnya setelah Kirana lahir. Karena setelah itu sikap Evan pun berubah padanya. “ Mamah…mau kemana?” tanya Kirana membuat mata Amira pun terbuka, lalu wajahnya menengok kearah putrinya yang menatapnya begitu dalam menyimpan banyak pertanyaan. Amira segera mengambil tubuh Kirana dan mendekapnya dalam pelukan, sambil mengusap kepala Kirana Amira pun menjawabnya, “ Kita… ke rumah yang baru ya, sayang, sebaiknya Kirana bobo dulu nanti mamah bangunkan kalau sudah sampai,” Kirana hanya menatap wajah Amira lalu mengangguk lalu membenamkan wajahnya dipelukan mamahnya. “ Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Kasihan putriku kalau harus sampai tidur dipinggir jalan,” Aira mata Amira pun kembali meleleh meratapa nasibnya saat ini yang sama sekali tidak memiliki tempat untuk berlindung. Amira tidak memikirkan tentang dirinya, karena kalau hanya dirinya sendiri bisa tinggal dimana pun bahkan tidur dieperan jalan atau kolong jembatan pun jadi. Tapi tidak untuk Kirana. mana mungkin Amira akan tega membawa Kirana untuk menjandi gelandangan bersamanya? “ Mamah…Kilana nakal ya?” ucap Kirana membuat Amira kembali menatap wajah putri kecilnya itu. “ Tidak sayang, Kirana tidak nakal.” Amira mengelus pipin chuby Kirana dengan lembut. “ Kalau Kilana nggak nakal, kenapa ayah tadi menyuluh mamah dan Kilana pelgi?” Amira tidak bisa menjawab pertanyaan putrinya, dia segera mengeratkan pelukannya ketubuh Kirana. Belum waktunya Kirana untuk mengetahui hal itu, karena memang Kirana belum mengerti semua tentang urusan orang dewasa. Tentu saja bukan karena Kirana yang nakal yang membuat Evan tidak mau mengakui Kirana sebagai anak, hanya karena Kirana terlahir dari Wanita yang dianggap miskin oleh Evan dan juga Rohana, dan itu alasan kenapa Evan dan Rohana tidak mau mengakui kalau Kirana adalah bagian dari keluarganya. Amira kembali berdiri untuk melanjutkan perjalanan kemana kakinya membawa pergi. Karena sejujurnya Amira tidak memiliki tujuan untuk disinggahi, walau pun sebenarnya Amira bisa saja pulang kerumah kedua orang tuanya, namun Amira ragu apakah mereka akan menerima kembali kehadiran Amira setelah apa yang dilakukan Amira pada mereka lima tahun lalu. Apa yang dikatakan oleh ayahnya waktu itu ternyata terbukti. Evan memang bukan laki – laki yang baik untuk dijadikan sebagai pendamping hidup Amira. Apalagi pada saat itu usia Amira pun masih terlalu muda untuk berumah tangga, dan dengan alasan itu juga sang ayah tidak memberikan restu saat Amira ingin menikah dengan Evan. Akan tetapi, Amira yang waktu itu dibutakan oleh perasaan Cinta pun tidak mendengar nasehat orang tuannya, bahkan memilih pergi dari rumah demi menikah dengan laki – laki yang diharapkan bisa membahagiakannya itu. Masih terngiang ditelinga Amira kata terakhir sang ayah saat Amira keluar dari rumah. “ Jangan pernah menginjakan kaki dirumah ini lagi, mulai saat ini, kamu bukan lagi anakku.” Kata – kata itu masih terdengar jelas ditelinga Amira, dan untuk alasan itulah Amira ragu kalau harus kembali pulang ke rumah kedua orang tuanya. Lagian Amira sendiri tidak tahu, apakah kedua orang tuanya masih ada atau sudah meninggal, karena lima tahun bukan waktu sebentar bagi Amira tidak mengenjungi dan mencari tahu tentang mereka. “ Ya Allah…mungkin ini karma bagiku, karena sudah berani menentang perkataan kedua orang tuaku,” ucap Amira berbisik sambil tetap melangkah menelusuri jalan tidak tahu arah tujuan saat ini. Seandainya ayahnya tidak mengatakan itu pun, Amira tentu akan sangat malu karena dulu begitu yakin kalau Evan adalah laki – laki yang baik, yang akan mampu memberikan kebahagiaan padanya, hingga membuat Amira bersikeras sampai nekad pergi dari rumah karena tidak terima dengan keputusan orang tuanya yang tetap tidak memberi ijin Amira untuk menikah, dan mengatakan kalau Evan bukan laki - laki yang baik buat Amira. " Memang benar apa yang dikatakan ayah dulu, kalau Evan bukan laki - laki yang baik buat menjadi Imamku," bisiknya dalam hati sambil kembali menghentikan langkahnya dan duduk di bawah pohon rindang diatas trotoar jalan. Amira menyeka keringat yang mengucur di leher dan wajahnya, cuaca panas membuat Amira yang sudah cukup jauh berjalan sambil menggendong Kirana pun sudah mandi keringat. Amira kembali mendudukan Kirana di trotoar persis disampingnya. Tak lupa Amira juga memberikan sisa air mineral pada Kirana yang terlihat kehausan. “ Mamah…masil lama?” ujar Kirana sambil menyerahkan botol Air mineral yang hanya tinggal seperempatnya lagi dan menyimpannya untuk nanti. Walau Amira pun kehausan, tapi Amira tidak berani meminumnya, karena kasihan kalau nanti Kirana kehasuan tidak ada lagi air mineral untuk diminum. Amira tidak mungkin memberi putrinya minum air kran Masjid, karena itu akan membuat Kirana sakit perut nantinya. Amira belum bisa menjawab pertanyaan Kirana, karena memang Amira pun tidak tahu harus kemana, dan apa yang harus dikatakan sebagai jawaban pada putrinya itu, jujur saja Amira dalam kebingungan saat ini. Wajah mungil Kirana dengan sorot mata polosnya itu terus menatap Amira yang hanya bisa menarik nafas. Apa yang harus dikatakan pada putrinya itu? karena walau pun dijelaskan Kirana tidak akan mengerti apapun. Disaat Amira tenga kebingungan tentang tujuannya saat ini, tiba – tiba seseorang keluar dari mobil mewah yang berhenti beberapa meter dari tempatnya duduk saat ini. Seorang laki – laki dengan mengenakan jas warna biru tua langsung melangkah menghampiri Amira yang sedang memejamkan matanya merasakan Lelah setelah berjelan sangat jauh. “ A – mira….!” Amira membuka matanya dan menatap sosok laki – laki yang kini berdiri dihadapannya dan sedang menatapnya, dan lebih terkejut lagi saat Amira mengetahui siapa laki – laki itu. “ Bang…Surya!” Amira langsung berdiri dari duduknya. Matanya terus menatap laki – laki yang bernama Surya yang tiada lain adalah kakak kandungnya sendiri. “ Syukurlah…akhinya kamu bisa ditemukan,” ucap Suraya sambil menghamburkan pelukannya ditubuh sang Adik. Merasakan hangatnya pelukan sang kakak yang kembali dirasakan setelah lima tahun, air mata Amira pun langsung meleleh dan tangis pun pecah seketika. “ Apa yang terjadi sama kamu? Dan mana suamimu?” tanya Surya sambil mengeratkan pelukannya, disaksikan beberapa pasang mata yang tengah menunggu disamping mobil mewah milik Surya. “ Maafkan aku bang, aku sudah salah memilih suami.” Surya langsung melepaskan pelukannya, kedua tangannya memegang bahu Amira dengan kedua matanya menatap Amira yang hanya tertunduk. “ Apa maksud kamu?” tanyanya. “ Aku sudah cerai dengan mas Evan, dan sekarang aku akan pergi kemana pun kakiku melangkah Bersama putriku,” jawab Amira sambil menoleh kearah Kirana yang terlihat kebingungan dengan kejadian itu. “ Alasan kamu bercerai?” tanya Surya kembali. “ Aku tidak bisa kalau harus terus merasakan sakit melihat mas Evan bermesraan dengan istri barunya.” “ Apa!!!” Surya terperanjat mendengar jawaban Amira yang mengatakan kalau ternyata dirinya dimadu oleh laki – laki yang bernama Evan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN