Sepanjang perjalanan hanya Crystal yang senang sementara Saga malah asyik dengan pikirannya. "Sayang aku capek, aku mau makan es krim." ujar Crystal dengan nada manja.
Dia melihat pada Saga yang mengangguk dengan tatapan datar. "Saga kenapa kau murung? Ini kencan kita yang pertama loh harusnya kau bahagia." Saga kontan mengerucutkan bibir.
'Bagaimana bisa aku bahagia? istriku kencan dengan pria lain!'
"Crystal kau bilang kalau kau mau makan es krim ayo kita pergi." sahut Saga sambil menarik tangan Crystal sementara wanita itu tampak tak puas dengan balasan sang kekasih.
Saga sangat berubah, entah karena apa. Mereka pun tiba dan Crystal segera memesan apa yang diinginkan sedang Saga melihat ke langit.
"Ini aneh sekali dari tadi cerah sekarang mendung." gumam Saga pelan.
"Saga!" panggilan dari sosok pria yang dibencinya, Gail menyapanya dan dia pasti bersama istrinya Lizzy. Saat itu juga Saga berusaha mencoba terlihat mesra di depan mereka berdua.
Saga langsung menarik Crystal dalam pelukan dan memberikan senyuman manis. "Kalian berdua, bagaimana kencan kalian?"
"Baik. Aku lihat kalian berdua bersenang-senang." balas Lizzy. Dia lalu mengalihkan pandangan ke arah Crystal yang sekarang tampak mengembangkan senyuman sinis kepada Lizzy.
Dia pun tak malu-malu membalas pelukan Saga dengan manja. "Dari tadi kalian ke mana saja? Bukankah ini double date, harusnya kita kencan bersama-sama." celutuk Gail.
"Yah awalnya aku pikir begitu juga tapi akan lebih baik kalau kita sendiri kencannya."
"Itu benar aku hanya ingin menghabiskan waktu dengan kekasihku saja. Hanya kami berdua." sahut Crystal masih dengan tingkahnya bermanja pada Saga.
"Tapi tetap saja-"
"Sudahlah Gail, kita tak usah memaksa mereka." potong Lizzy. Sorot matanya tak menujukkan kekesalan.
"Kalau kalian tak mau pergi bersama kami, tidak apa-apa tapi tolong terima tawaranku. Kami akan pergi ke wahana kota hantu, apa kalian tak mau ikut?" Saga dan Crystal berpandangan.
Saga memberikan galengan sementara Crystal tersenyum. "Tentu saja kami akan ikut dengan kalian." Sontak Saga mendengus kesal lalu menarik tangan Crystal menjauh dari Lizzy dan Gail.
"Apa yang kau lakukan? Aku memintamu untuk menolaknya kenapa kau mengambil keputusan yang salah?" Crystal mengerucutkan bibir tanda kesal.
Aksen manja yang menyebalkan lalu keluar dari Crystal. "Sayang aku mau membuat mereka cemburu pada kita. Apa kau tak mau memanasi Lizzy?"
"Tapi bukan dengan cara seperti ini." Saga menjauh dari Crystal beberapa langkah. Ditunjukkan kekesalannya pada Crystal namun Crystal tampak tak ambil pusing.
"Sayang kau jangan cemberut begitu. Bukankah lebih baik kalau kita ikut mereka? Kau bisa leluasa melihat mereka dan dengan begitu kita bisa mengacaukan kencan mereka." Sontak Saga melihat ke arah Crystal. Dia menimbang ide Crystal yang lalu disambut dengan anggukan.
"Lagi pula aku tak yakin Gail itu kekasihnya Lizzy. Agak aneh jika dalam semalam Lizzy sudah menemukan seorang pria. Baik aku ikut rencanamu." Crystal tersenyum dan memeluk Saga. Dia pun berucap terima kasih.
Mereka lalu mendekat untuk pergi ke rumah hantu bersama-sama. Crystal berjalan terlebih dahulu bersama Saga sementara Lizzy dan Gail di belakang. "Apa kau pernah ke rumah hantu?"
"Tidak aku belum pernah ke sana. Banyak sekali yang harus aku kerjakan dan jarang mengambil cuti. Memangnya ada apa di sana? dan kenapa disebut wahana rumah hantu? Apa ada hantunya?"
"Nanti juga kau akan tahu. Ayo!" Beberapa menit kemudian mereka pun sampai. Di depan mereka kini suatu pagar usang yang dipenuhi rerumputan dan dari tempat mereka berdiri, mereka bisa melihat beberapa orang masuk.
"Oh jadi begini ya rumah hantu pantas saja namanya begitu." gumam Gail.
"Kau takut?" Dengan santai Gail menggeleng.
"Kita masuk yuk!"
"Ayo." Gail dan Lizzy kemudian mendekat pada seorang penerima tiket dan masuk tanpa gentar sama sekali. Sedang Saga mengatur napasnya yang tak beraturan seraya melihat pada wahana. Padahal baru di luar tapi Saga sudah ketakutan setengah mati.
"Ayo kita pergi sayang." ucapan Crystal hanya disambut anggukan pelan dan dia mengambil langkah masuk melalui pintu.
Ketika mereka masuk, pintu secara mendadak tertutup membuat keduanya kaget. Rasa takut makin menjadi-jadi saat mereka berdua masuk lebih dalam.
Sementara itu Lizzy dan Gail terus berjalan ke depan. Kadang kala mereka kaget sebab beberapa "hantu" tiba-tiba keluar dari persembunyian lebih dari itu mereka tetap memasang wajah datar.
Bahkan Gail bisa tersenyum melihat betapa menakjubkan seisi rumah itu menurutnya. "Gail kau terlihat senang sekali. Suka dengan tempat ini?"
"Tentu saja malah aku berpikir mungkin aku akan merekomendasikan tempat seperti ini saat acara perusahaan."
"Acara perusahaan?"
"Iya, setiap tahun kami akan membuat acara perusahaan semacam festival untuk menghibur para karyawan jadi aku pikir ini ide yang sangat bagus. Terima kasih ya sudah mau mengajakku ke tempat ini."
"Sama-sama lain kali kalau kau mau jalan-jalan kau bisa memintaku untuk menemani."
"Ide yang bagus." Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara jeritan yang mengejutkan keduanya. Seketika itu juga tampaklah Saga berlari menghampiri Lizzy dan Gail.
Dia juga langsung memeluk Lizzy saking takutnya. "Saga, lepaskan aku." perintah Lizzy malah diabaikan malah Saga memeluknya sangat erat.
"Tidak! Ada hantu, aku takut."
"Mereka bukan hantu. Mereka itu cuma pakai kostum hantu untuk menakuti-nakuti kita," sahut Lizzy kembali.
"Tetap saja mengerikan!" Lizzy membuang napas saat Gail memberikan isyarat berupa anggukan tanda dia tak keberatan akan kehadiran Saga.
"Baiklah, kau bisa bersama kami sekarang lepaskan aku dan di mana kekasihmu Saga?" masih dengan memeluk erat Saga menggeleng. Dia pun melepas pelukan berganti dengan bergandeng tangan.
"Jangan lepaskan tanganku sampai kita keluar."
"Iya." Gail kembali berjalan mendahului sementara Lizzy menuntun Saga yang melangkah kecil.
Mulanya Lizzy tidak terganggu akan tindakan Saga akan tetapi lama kelamaan dia muak juga. Gail pun sudah berjalan jauh dari mereka sementara Lizzy harus terjebak dalam situasi yang menyebalkan.
"Bisa tidak jalan cepat sedikit? Gail sudah berjalan ke depan dan menghilang kau masih saja ketakutan." cerocos Lizzy kesal.
"Tapi menyeramkan."
"Kalau begitu jangan pelan-pelan, percepat supaya kita dapat jalan keluarnya." Saga mengangguk dan memberanikan diri untuk menyamakan langkah dengan Lizzy.
Sesekali dia melirik pada Lizzy yang hanya diam. Mata wanita itu terus melihat ke depan, memeriksa apa ada jalan keluar. Bersama Saga dia merasa agak terbebani sebab pria itu memberikan beban berat untuk Lizzy.
Berkali-kali juga Lizzy harus merasakan kesakitan sebab Saga menggenggam tangannya dengan kuat. "Suara apa itu?"
"Itu sound efek, mereka buat itu supaya kita lebih takut tetaplah jalan!" ketus Lizzy memberi perintah.