Impas

1007 Kata
"Lizzy, kau tak takut?" "Tentu aku takut, tapi aku lebih takut lagi kalau lenganku akan patah." dari arah lain, tampaklah pintu dan Saga keluar terlebih dahulu menyusul Lizzy. Gail sudah menunggu mereka sejak lama. "Kenapa kalian lama sekali?" "Maaf ada beberapa hal yang menghalangi kami berdua. Gail, kita cari makan yuk. Aku lapar." "Ok, Saga kami pergi dulu ya." "Tunggulah Crystal, dia pasti tak akan lama kok." setelah itu keduanya pergi meninggalkan Saga yang sekarang memasang wajah kesal. Dari pintu Crystal berjalan keluar dengan santai menghampiri Saga. "Jadi bagaimana? Kau sudah tahu hubungan mereka apa?" "Jelaslah, mereka itu tidak sama sekali pacaran. Tak ada mesra-mesranya." balas Saga ketus. "Kok kau kesal? Sudahlah jangan kesal begitu. Kita sudah tahu jadi kita akan gunakan itu untuk menyerang Lizzy. Seenaknya saja dia menipu kita." Saga tak mendengar, malah dia asyik melihat pada tangannya. Sedari tadi tangan Lizzy terasa lembut begitu dia genggam. Sama pulanya ketika Saga memeluk Lizzy,, Saga masih bisa mencium aroma parfum yang dipakai tubuh istrinya itu. "Ayo kita rayakan sayang dengan makan-makan aku lapar sekali." Saga membalasnya tersenyum tanpa beban. Moodnya kembali naik karena bisa memiliki waktu berdua kendati dia harus berpura-pura takut dan waktu hanya sedikit. Sedang itu Lizzy dan Gail sudah berada di restoran yang letaknya memang ada di taman hiburan. Raut wajah masam Lizzy tak berubah sejak mereka tiba di tempat itu. "Kenapa kau pasang muka begitu? Makanan di sini tak sesuai dengan seleramu?" "Bukan ... aku jadi kesal kalau mengingat Saga dari tadi. Percuma saja badannya atletis, wajahnya tampan tapi nyalinya ciut, bagaimana pun juga dia itu suamiku. Dia yang harusnya melindungi aku bukan malah sebaliknya?!" Gail tertawa kecil, akhir-akhir ini dia suka sekali Lizzy mengomel. Hal itu membuatnya agak terhibur apa lagi kalau menyangkut Saga. "Kalian itu cocok ya," "Siapa?" "Kau dan Saga." Otomatis mata Lizzy membuat, kaget dengan ucapan Gail. "Soalnya kalian itu bertengkar terus dan saling menyindir tapi pas kalian berpisah, tanpa sadar kalian berpikir atau saling menbicarakan satu sama lain. Kalian sepertinya memang jodoh." "Tidak, itu tak benar. Aku membicarakannya sebab aku membenci Saga, bukan suka sama dia." Gail cuma bisa menggelengkan kepalanya karena keras kepalanya Lizzy dan tak mau beradu argumen takutnya mereka akan bertengkar. Sementara itu dari arah pintu masuk tampaklah Saga dan Crystal tengah berdiri. "Saga kok diam sih? Ayo masuk," Crystal kembali melangkah namun Saga menggenggam tangan wanita itu dengan cepat. "Kita pergi ke tempat lain saja." Lalu Saga pergi dengan menarik tangan Crystal. Akhirnya mereka pun memilih makan di tempat lain. Jika Crystal makan lahap maka Saga cuma mengaduk makanannya. "Sayang kok tak makan? Makanlah aku takut kau sakit." Saga cuma diam saja dan dia berhenti mengaduk makanannya. "Aku mau cari udara segar dulu, kau di sini saja aku tak akan lama kok." Pria itu berdiri meninggalkan Crystal yang lalu memperlihatkan wajah kesal. Jelas ini ulah Lizzy. Kalau saja wanita itu tak tampak bahagia bersama Gail mungkin saja Saga akan senang juga. "Mungkin saja yang dikatakan Jennie itu benar, Saga punya perasaan kepada Lizzy." Crystal tentu saja tak mau hal itu terjadi. Baginya Saga adalah pria sempurna dan harus dimilikinya. Kini dia harus memutar otak untuk mendapat ide menjauhkan Lizzy dari Saga. ❤❤❤❤ Saga terus berjalan tanpa arah mengikuti langkahnya sendiri. Pikirannya masih melambung tinggi sebab melihat sekali lagi interaksi Lizzy juga Gail. Entah kenapa Saga sangat resah. Dia takut jika Lizzy lama kelamaan suka pada Gail. Lalu bagaimana dengan dirinya? Saga tak mau diduakan. Sekilas matanya melihat sekitar dan ternyata dia kembali ke restoran yang mana Lizzy dan Gail berada. Saga terus memandang mereka sampai merasakan kepalanya ditetesi air. Dia mendongak dan hujan pun mulai mengguyur. Tepat saat itu, Saga juga bisa melihat dari luar bahwa Lizzy dan Gail hendak keluar. Buru-buru Saga pergi dari tempat itu. "Wah hujan. Tunggu dulu di sini aku akan membeli payung." "Hati-hati." "Ya." Gail pun pergi meninggalkan Lizzy yang berdiam diri di luar restoran. Tak lama beberapa orang mulai berdatangan untuk makan atau pun hanya sekedar berteduh. Hujan semakin lebar saja membuat Lizzy agak gelisah. "Di mana Gail? Kok lama sekali?" Angin mulai bertiup, Lizzy mulai kedinginan dan menggerutu dalam hati. Kenapa dia tak memakai jaket atau semacamnya. Dalam pikiran kalut, Lizzy merasakan tubuhnya di selimuti oleh seseorang. Lantas Lizzy menoleh dan mendapati Saga mendekapnya. Ditambah di tangan pria itu ada payung. "Ayo kita pergi," "Ke mana?" "Ke tempat yang lebih hangat, kau kedinginan bukan?" "Tapi Gail ...." "Tak usah kau khawatirkan dia, khawatirkan saja dirimu sendiri." Saga kemudian meminta orang-orang untuk memberi jalan dan mereka berlalu pergi. "Kita akan ke mana?" "Ke mobilku. Di sana ada pemanas." Setelah itu tak ada obrolan lagi di antara mereka berdua. Lizzy malah lebih memperhatikan Saga yang tetap berjalan ke depan sambil tak melepas rangkulannya. Wajah, rambut juga pakaian yang dikenakan agak basah tapi tubuhnya terasa hangat. Sekali lagi Lizzy mendumel dalam hati, mengejek pada dirinya sendiri yang menyadari betapa kerennya Saga waktu itu. Lizzy juga tak bisa menyembunyikan pipinya yang merah. Sedang Gail tiba di restoran namun dia tak mendapati Lizzy dan membuatnya mencari di sekeliling taman hiburan. Hujan masih deras saja akan tetapi tak menyurutkan langkah Gail untuk mencari temannya itu. Sampailah dia di suatu tempat di mana ada seorang wanita yang dia yakini Lizzy. Dirinya langsung mendekat, memayungi wanita itu. "Kenapa tiba-tiba kau ada di sini? Aku dari tadi mencarimu," kening si wanita mengerut dan memandang baik-baik pada Gail yang tampak bingung juga. "Ini aneh kau habis ke salon ya? Sejak kapan kau mengganti bajumu?" "Tuan saya tak mengerti yang anda maksud, saya juga tak mengenal anda." "Masa kau tak mengenalku? Ini aku Gail, temanmu. Kita sedang berkencan untuk menggoda suamimu Saga." Mata si wanita membelalak. "K-kau teman kencannya Lizzy? Saudara kembarku?" tanya si wanita yang tak lain adalah Lisa. Dia datang ke taman hiburan seorang diri untuk mencari ketenangan. Lisa sama sekali tak menyangka hari itu dia bertemu dengan seorang pria yang mengaku kalau dirinya adalah teman kencan dari Lizzy, saudara kembar yang tidak memiliki sikap buruk. Apa yang sebenarnya terjadi? Lisa sungguh tak mengerti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN