Dion berlarian dari arah kantin menuju uks sambil membawa beberapa makanan dan minuman lantas pintu uks terbuka terlihatlah sosok karin sedang menoleh kearah Dion. Wajah karin berubah dramatis.
“Dion hikss bokongku sakit” kata Karin mengadu.
Kepala cowok itu menggeleng kemudian menarik kursi yang tak jauh dari sana, Dion meletakkan makanan yang Karin pesan diatas meja kecil disebelah tempat tidur, mulanya Dion menyentuh tangan Karin karena khwatir tapi belum cukup satu menit Dion melakukan hal itu Dion langsung menarik hidung Karin.
“Makannya jadi anak tuh jangan ngebandel sekarang liat ini kamu juga kan yang rugi” maki Dion.
Karin memanyunkan bibirnya sembari melayangkan tangan kearah Dion “Temen lagi sakit bukannya dihibur malah bongkar aib, kamu ini gimana sih” kata Karin.
“Ini makan dulu aku udah beli makanan kesukaan kamu cepat makan nanti kalo kena magh baru tau rasa. Oh ya tadi aku sudah mencatat tugas hari ini besok dikumpul jadi kamu mesti kerjain entar gurunya marah dan kamu gak akan dibolehin masuk ke mata pelajaran dia selanjutnya” Ujar Dion sembari mengeluarkan makanan yang dibelinya.
Karin berusaha bergerak duduk sambil meringis, Dion menatap wajah Karin “Beneran sakit ya Rin atau gimana kalau pulang sekolah nanti aku antar ke rumah sakit” kata Dion menawarkan.
Karin menggeleng mengambil air mineral dari plastik dibantu Dion untuk membuka tutupnya sebelum karin meminum isinya “Aku males mau kerumah sakit palingan besok juga sembuh” jawab Karin kemudian mengambil cilok yang dicampur sambal kacang.
“Yon kamu ketemu kak Kevin gak?” tanya karin, Dion menggeleng.
“Emang kenapa?” balas Dion.
“Kak Kevin tau nilaiku beberapa bulan ini jeblok kalau sampai kak Kevin bocorin ke mama bisa tamat riwayatku bisa-bisa rencana ke Korea bisa batal” Karin menyuapkan cilok lagi kemulutnya.
Pintu uks terbuka lagi lalu muncullah sosok hany sembari membawa hp “Rin! BTS lagi siaran langsung di V live” Seru Hany mendorong Dion menjauh dari karin lalu Hany menduduki kursi yang sebelumnya Dion duduki.
“Liat Han” sahut Karin tak kalah antusias. Hany menyodorkan hpnya lalu dua cewek itu menonton bersama mengabaikan sosok Dion yang datang lebih awal. Dion hanya menggeleng “Aku keluar ya” Pamit Dion tapi dua cewek itu tetap fokus menatap layar hp.
“Woi aku duluan ya!” ucap Dion sekali lagi dengan suara lebih keras, tangan Hany hanya bergerak mengusir Dion tanpa berucap apapun. “Dasar bucin!” ujar Dion sebelum cowok itu keluar dari uks.
Hari ini Karin benar-benar absen tidak mengikuti pelajaran karena tak bisa duduk terlalu lama sepertinya kecelakaan jatuh menabrak Doni tadi benar-benar membuat bokongnya terluka dalam.
Dion dan Hany pamit duluan karena dua sahabat karin itu sedang mengikuti kursus tambahan dan karin tak bisa bangun dari tempat tidur tanpa usaha keras. Kevin kakaknya juga tidak bisa dihubungi chat dari Karin pun cuman centang satu, Karin menggeram kesal apa lagi sekolah sudah waktunya jam pulang.
“Mama” ringis karin sembari merayap di dinding kesusahan untuk berjalan bahkan karin hampir menangis karena merasakan sakit pada badannya.
Sialnya sekolah memang benar sudah sepi “Apa masih ada orang disini!” teriak karin tapi suaranya hanya mantul tanpa ada orang yang menyahut. “Huaa... apes banget gue hari ini mana gerbangnya masih jauh lagi” teriak Karin lagi.
Karin celingukan berharap ada bantuan yang bisa menolongnya namun sepertinya ia benar-benar sial karena tak melihat siapapun, sekolah terasa lebih angker ketika sepi. Sambil menangis dan menahan sakit Karin terus berusaha melangkah sedikit demi sedikit seperti cicak di dinding.
Dilain itu sosok Altar masih duduk dikursinya memastikan sekolah benar-benar sepi barulah cowok tinggi berjakun itu keluar dari kelasnya. Altar menyentuh pengaman ditelinganya memastikan benda kecil berwarna transparant itu tetap pada posisi tidak boleh geser ataupun terlepas.
Altar melangkah menuju parkiran dia sudah naik keatas jok motor ketika mendengar suara teriakan. Altar melepaskan helm dan turun dari motornya kembali untuk menajamkan indra pendengarannya mengikuti suara teriakan yang ia dengar beberapa saat lalu.
“Aku kayaknya dengar ada orang teriak apa ada anak-anak kena buli lagi disekolah” ucap Altar sedikit berlari mencari sumber suara.
Setelah cukup lama mencari sumber suara Altar akhirnya berhenti ketika matanya melihat seorang cewek duduk selonjoran dilantai sambil menunduk sehingga rambut cewek itu menutupi sebagian wajahnya dan suara tangis terdengar dari arah cewek tersebut, terlihat horor.
Altar sedikit ragu untuk mendekat bagaimana jika sosok cewek itu bukan manusia melainkan sosok lain yang pura-pura jadi manusia?. Altar hanya berdiri dengan jarak lumayan jauh namun tanpa sengaja kakinya menendang tempat sampah sehingga menimbulkan suara yang membuat kepala cewek itu menoleh.
Altar terkejut bahkan sampai jatuh ketika melihat wajah penuh dengan air mata, melihat altar yang terjatuh cewek itu kembali menangis.
“Huaa... Akhirnya ada orang juga” seru karin “Altar!” panggil Karin kemudian.
Altar mengerjapkan matanya “Itu kamu Karin?” tanya Altar memastikan, Karin mengangguk dan Altar beranjak dari posisi yang jatuh diatas lantai berjalan mendekati Karin dan berjongkok didepan gadis itu.
“Kenapa nangis kayak gini?” tanya Altar heran.
“Aku gak bisa jalan” ucap Karin kemudian cegukan karena lelah menangis lalu tanpa rasa malu Karin merentangkan tangannya “Bantuin” katanya.
Altar menarik nafas dalam kemudian dihela perlahan dan membantu Karin berdiri memapah cewek itu untuk berjalan, Karin meringis merasakan nyeri pada pinggangnya. Altar menoleh melihat wajah Karin, tinggi Karin yang lebih pendek darinya membuat Altar sedikit kesusahan untuk memapah tubuh cewek itu.
“Sakit banget ya” tanya Altar, Karin langsung mengangguk setelah itu tanpa aba-aba Altar langsung menggendong Karin dengan satu kali tarikan sehingga posisinya ala bridal style spontan karin melingkarkan tangan dileher Altar karena takut jatuh.
“Eh eh aku berat loh nanti kalau kamu yang gantian sakit gimana” ujar Karin.
Altar menatap wajah Karin sekilas “Udah diem aja lagian ini sudah sore nunggu kamu jalan kayak keong gitu kapan sampainya” jawab Altar.
Karin menurut untuk diam membiarkan Altar menggendongnya sampai tiba didepan gerbang Altar masih belum menurunkan Karin dari gendongannya “Jemputan kamu dimana?” tanya Altar karena biasanya Karin selalu diantar jemput oleh supir pribadi.
“Gak tau tadi aku nelpon pak Yadi tapi hp nya juga gak aktif” jawab Karin.
Altar menoleh kekanan dan kekiri lalu melihat mobil hitam bergerak mendekat berhenti didepan mereka, supir pribadi karin keluar dari mobil tersebut lalu menunduk “Maaf non tadi ban mobilnya bocor pas saya mau jalan kesini saya mau bilang tapi hp nya ketinggalan dirumah” ucap pak Yadi.
“Iya pak gak papa tapi saya boleh minta tolong untuk bukain pintu mobilnya gak pak soalnya Karin lagi sakit jadi saya bantu dia gendong begini” Jawab Altar, Pak Yadi mengangguk lalu segera membukakan pintu dimana Altar membantu memasukkan Karin kedalam mobil.
Karin sudah duduk didalam mobilnya dan Altar menutup pintu mobil, Karin menurunkan kaca agar bisa melihat wajah Altar “Makasih ya Al lain kali aku akan balas budi” ucap Karin.
“Jangan berpikir untuk balas budi Rin, aku tulus kok lagian mau sampai kapan kamu terus mau balas budi tiap kali aku gak sengaja bantuin kamu” sahut Altar.
Karin tersenyum “Kalau gitu lain kali aku harus traktir kamu makanan yang enak, bye aku duluan ya sekali lagi terima kasih” seru Karin sembari melambaikan tangan saat mobil yang ditumpanginya mulai melaju. Altar mengangguk lalu balas tersenyum.
“Hhh.. aku kira tadi ada anak-anak yang kena buli tapi tuh cewek kok bisa kesakitan begitu ya” Gumam Altar setelah itu mengedikkan bahunya lalu putar balik menghampiri kendaraannya untuk segera pulang.
_______
Bersambung