Bab 15. Pertunjukan

1125 Kata
“Tumben tampil cantik Rin biasanya juga awut-awutan kayak kena badai” celetuk Dion yang spontan dapat geplakan dari bahunya oleh tangan Karin yang ringan tapi menyakitkan. Tak lama Hany datang dan turun dari ojek onlinenya “Kalian kenapa malah berdiri disini emang ada yang ditungguin?” tanya Hany. “Tau nih anak biasanya ketemuannya juga dirumah dia sekarang malah dibawah pohon kayak gini kan serem kayak orang mau bikin film horor aja mana hidupku udah horor lagi” Jawab Dion “Aku curiga nih anak mau mengumumkan kalau pindah tempat tinggal jadi nangkring dipohon” lanjutnya dimana karin langsung mendelik membuat Dion langsung menutup bibirnya rapat. Mereka bertiga menunggu seseorang sekitar beberapa menit sampai ojek lain datang membawa seorang cowok diboncengannya, Altar melepas helm dikepalanya dan diberikan pada tukang ojeknya kembali dan mendekati tiga sekawan yang menunggunya. Altar berhenti dan berdiri didepan mereka dimana salah satunya menyambut Altar semangat tapi dua yang lain menatap Altar syok mengira cowok yang baru turun dari ojek online itu adalah pangeran yang akan membawa Karin melepaskan status jomblonya saat ini yang terus berharap ingin menikahi salah stau boy band asal korea. “Aku kira kamu gak akan datang Al oh ya ini kenalin Dion pasti kamu sudah kenal tapi yang ini belumkan, namanya Hany dan Hany ini Altar“ kata Karin. Altar tersenyum tipis pada dua sahabat Karin kemudian Karin menyuruh teman-temannya masuk kedalam mobilnya yang disupir oleh pak Yadi dan posisinya Hany duduk di depan bersama pak Yadi dan Karin duduk ditengah antara Dion dan Altar. Hany yang duduk dikursi depan berbalik menatap Karin dan Altar yang duduk bersebelahan “Karin kamu kok gak bilang kalau punya pacar sih” kata Hany tanpa saringan, Altar segera mengeleng tapi yang menjawab justru Karin “Aku gak akan berpaling dari ayang mbeb Tetet oppa Hany, lagian Altar adalah teman baru kita mulai hari ini” Kata Karin. Hany menatap Altar yang mengangguk mengiyakan ucapan Karin jika mereka sedang tidak berpacaran hanya sebatas teman yang tidak disengaja bertemu. Hany mengerutkan Kening menatap Altar “Kamu sekolah dimana?” tanya nya. “Sekolah yang sama seperti kita” jawab Dion, Hany menoleh kearah Dion “Aku gak nanya sama kamu” sahut Hany sarkas lalu balik menatap Altar ingin mendengar jawaban dari cowok itu lewat bibirnya sendiri. “Dion benar aku satu sekolah sama kalian” jawab Altar. “Gak mungkin!” sahut Hany “Kalau kamu satu sekolah kok aku gak pernah liat” katanya lagi. Karin tertawa pelan “Aku kira cuman aku aja yang gak pernah liat Altar ternyata kamu juga gak pernah liat padahal satu gedung” Karin menoleh dan menepuk punggung tangan Altar “Kayaknya kamu harus lebih memiliki banyak teman biar banyak orang yang kenal juga sama kamu” lanjut Karin. Altar hanya tersenyum tipis. Hany kembali duduk dengan posisi normal menghadap kedepan sampai mereka akhirnya tiba disalah satu tempat yang cukup ramai Altar sempat ragu untuk keluar bersama teman barunya tapi dia juga tidak bisa menolak saat yang lain sudah turun dari mobil dan bersiap akhirnya Altar mengikut. “Heh Altar kenapa kamu jalannya lambat sekali nanti kita kehabisan tiket, sekarang ayo kita masuk” Karin menggandeng lengan Altar tanpa membiarkan cowok itu protes. Dion dan Hany sudah masuk lebih dulu untuk menonton pertunjukan sulap disusul oleh Altar dan Karin dibelakang yang saling bergandengan seperti pasangan, Altar yang memang tidak suka berdebat hanya mengikuti kemana Karin membawanya. Karin celingukan mencari keberadaan dua sahabatnya tapi tempat ditiap sisi kedua sahabatnya sudah penuh oleh pengunjung yang lain jadi terpaksa Karin dan Altar mengambil duduk ditempat yang tidak berdekatan. Sebuah pertunjukan sulap mulai opening dimulai dari trik sulap yang memunculkan hewan dari dalam sebuah topi banyak orang bertepuk tangan dalam pertunjukan pertama itu lalu disusul oleh pertunjukan yang lebih seru lainnya sehingga kehebatan dari trik sulap membuat banyak orang bertepuk tangan sangat ramai. Banyak orang yang menikmati pertunjukan tersebut tapi tidak dengan Altar yang berusaha untuk meminimalisir pendengarannya yang mulai berdengung, Altar tidak tahan jika dia terus berada didalam susasana ramai seperti itu jadi dia memutuskan untuk keluar disaat pertunjukan baru setengah main. Karin melihat Altar yang berdiri namun ia berpikir Altar sedang kebelet jadi cowok itu keluar tanpa memberitahunya, sekitar lima belas menit Altar tak kunjung kembali membuat Karin sedikit cemas, Karin melihat panggung pertunjukan lalu melihat pintu keluar sampai akhirnya Karin memutuskan untuk mencari keberadaan Altar. Sosok Altar tak bisa Karin temukan dengan mudah ia harus melangkah kesana kemari untuk mencarinya sampai terlihatlah sosok Altar yang duduk diluar gedung dengan kepala menunduk memegangi kepalanya. Karin duduk disamping Altar, Altar menoleh. “Kenapa kamu ikut keluar” Lalu menoleh kebelakang “Pertunjukan sulapnya belum selesai sekarang kamu lanjutkan saja menontonnya” lanjut Altar. Karin menggeleng “Aku pikir kamu tadi lagi ketoilet tapi kenapa malah duduk disini, Kamu lagi ada masalah?” tanya Karin peduli. Altar terdiam sampai karin berinisiatif menyentuh tangan Altar dan menggenggamnya “Kita kan teman aku tidak peduli kamu siapa tapi seorang teman ada baiknya saling berbagi masalah dan kebahagiaan jadi jangan ragu kamu bisa percaya sama aku kalau aku bisa jaga rahasia dengan baik” kata Karin. Altar tersenyum geli dan menggeleng pelan dia tidak bisa dengan mudah mengatakan masalahnya dengan Karin karena Karin masih tergolong orang baru baginya dan Altar tidak ingin orang lain mengasihaninya dengan kekurangan yang ia miliki apalagi sampai membuat Karin khawatir karenanya. Karin menyentuh telinga Altar ketika sinar lampu memantul ketika mengenai telinga Altar, Altar yang merasakan tangan kecil menyentuh bagian kepalanya langsung menghindar “Ada apa?” tanya Altar langsung. Mata Karin melihat Altar sekilas lalu menyuruh cowok itu untuk melihat arah lain “Sepertinya aku tadi melihat sesuatu didalam telingamu” Kata Karin Altar menyentuh tangan karin agar tidak melanjutkan apa yang sedang cewek itu pikir untuk lakukan “Aku akan periksa aku takut kalau ada sesuatu melukaimu” ucap Karin tapi Altar tak melepaskan tangan Karin dari genggamannya. “Jangan” jawab Altar. Kening Karin mengerut “Kenapa?” tanya Karin yang mulai bingung. Altar menggeleng untuk memperingati. “Tapi itu—“ “Jangan membuatku melakukan sesuatu yang tidak kamu inginkan” sekali lagi Altar memperingati tapi dasar Karin yang keras kepala dia tetap melakukan apa yang dia inginkankan. “Tapi aku liat ada sesuatu disana jadi biar aku liat jangan sampai kamu—“ “Itu tidak akan melukaiku justru saat benda itu terlepas aku akan terluka” Sahut Altar. Karin berkedip beberapa kali berpikir bagaimana bisa apa yang Altar ucapkan dapat diterima dengan baik oleh karin atau Altar dalam kondisi yang tidak sehat?. “Kamu sakit? Ayo kita kerumah sakit sekarang” Karin berdiri kemudian menarik Altar bersamanya tapi Altar tetap duduk membuat Karin tertarik oleh tangannya sendiri hingga tanpa sengaja ia malah jatuh menimpa Altar dibawahnya. Wajah mereka sangat dekat hanya beberapa inchi lagi hingga bibir Karin menyentuh wajah Altar “Apa kamu sangat suka menindihku seperti ini?” ucap Altar membuat Karin tersadar dan segera bangun dari posisi memalukannya saat ini lalu berdehem dan duduk disamping Altar lagi hanya saja tidak ada kalimat diantara mereka yang terucap selain menunggu kedua teman Karin yang lain selesai menonton pertunjukan sulap didalam sana. _____ Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN