Bab 7. Selesai satu nambah satu

1131 Kata
Karin menghubungi ponsel Altar beberapa kali tapi cowok itu tak mengangkatnya atau Altar sengaja menolak untuk Karin membalas budi?. “Ini cowok sebenarnya kemana sih” Karin menghentakkan kakinya kesal sembari melihat siswa lain yang pulang melewati gerbang sampai sekolah mulai sepi tapi Altar tak kunjung menunjukkan diri. “Rin gak pulang?” tanya Kevin. Karin menatap kakaknya lalu menggeleng “Lagi nunggu temen mending kak Kevin pulang duluan aja deh” Usir Karin, Kevin menggeleng lalu melihat supir pribadi Karin yang berdiri disamping mobil “Pak titip bocah bandel ini ya jangan sampai buat onar lagi” ucap Kevin sebelum pergi meninggalkan Karin yang mengepalkan tangannya kesal pada Kevin. Karin kembali menunggu kedatangan Altar sampai sekolah hampir sepi sepenuhnya barulah cowok tinggi itu memperlihatkan diri keluar dari sekolah, Altar melihat keberadaan Karin kemudian berjalan kearah cewek itu. “Kamu kesekolah naik kendaraan sendiri atau diantar?” tanya Karin. Altar menunjuk motornya yang tak jauh dari tempat mereka berada, Karin mengangguk paham lalu menoleh kearah supirnya “Pak saya pulang sama temen, pak Yadi pulang duluan ya” ucap Karin. “Tapi tuan muda tadi bilang buat—“ “Udah gak papa biar aku yang ngomong sama kakak nanti” sahut Karin, Pak Yadi mengangguk lalu meninggalkan Karin, Karin menatap Altar “Kamu bisa bonceng aku kan kalau enggak bisa aku panggil supir aku lagi gimana?” “Cuman bonceng aja bisa tunggu bentar aku ambil kendaraanku dulu” Pamit Altar tak lama kembali dengan motornya dan keduanya pun pergi menuju tempat dimana Altar bisa mendapatkan kaca mata yang diinginkannya. Karin turun dari boncengan Altar disusul oleh cowok itu kemudian sebelum masuk kedalam bangunan yang menyediakan segala macam jenis kaca mata dengan ukuran dan model yang berbeda. “Yakin mau beli disini?” tanya Karin. Altar mengangguk mengajak Karin kesebuah arah untuk mendapatkan kaca mata yang sama seperti yang rusak kemarin. Karin hanya mengikut tanpa tertarik satupun benda yang ada disana karin hanya sibuk memperhatikan Altar dengan detail, Altar memiliki tinggi badan tidak jauh beda dengan kevin, alis tebal dan hidung mancung Altar sangat pas diwajahnya yang bagus, rambut dengan potongan mirip tentara mungkin hanya memiliki panjang kurang dari lima centi. Kulit putih yang Altar miliki membuat Karin insecure karena kalah putih dengan kulit cowok disampingnya ini, Altar menoleh melihat Karin “Kamu mau kaca mata yang sama kayak gini?” tanya Altar, Karin menggeleng. “Kamu pake perawatan apa sih kok kayaknya kulit kamu bagus banget” celetuk Karin mengeluarkan apa yang ada dalam pikirannya. Altar terkekeh pelan berjalan meninggalkan karin untuk melihat kaca mata yang lain, Karin mengikuti dari belakang “Skincare apa yang kamu pake kasi tau dong siapa tau aku juga cocok dan bisa putih kayak kulit kamu” tanya Karin lagi. Altar berhenti memilih kaca mata untuk berbalik menatap Karin “Aku gak pake skincare apapun karena warna kulitku itu bawaan dari orang tua, ayahku keturunan dari orang kulit putih jadi kayak gini udah dari lahir” jawab Altar. Karin membentuk O besar pada bibirnya. “Wah beruntung banget ya jadi kamu itu artinya gak perlu keluarin uang mahal-mahal buat beli skincare kalau udah putih dari lahir. Lah aku beli skinkare macem jenis eh kulitku gini-gini aja tuh kagak ada putih-putihnya” Karin menatap lengannya sendiri dengan miris, Sekali lagi Altar terkekeh pelan. “Kulit asli orang indonesia itu eksotis jadi jangan minder dengan warna kulit yang kamu punya. Banyak loh orang kulit putih dari luar negeri yang pengen punya kulit kayak orang indonesia” Ucap Altar. “Ah masa?” jawab Karin tak percaya “Bukannya orang itu senang ketika punya warna kulit putih apa lagi golongan perempuan mereka pasti berlomba lomba untuk membuat kulitnya putih kinclong kayak kaca jaman dinasti kuno” Ujar Karin. “Tapi aku bukan perempuan jadi gak tau apa yang kamu maksud” Sahut Altar “Aku udah dapat kaca matanya sekarang ayo nanti aku antar kamu pulang” ajaknya. Mereka berjalan untuk membayar kaca mata Altar tapi Karin berhenti karena ada sesuatu yang menarik perhatiannya, Altar berdiri disamping cewek itu lalu kepalanya mendongak melihat lampu gantung yanng bergerak aneh. “Awas!” seru Altar sembari mendorong Karin hingga keduanya jatuh bersamaan tak lama disusul lampu gantung yang jatuh kelantai menimbulkan suara yang cukup keras. Altar memejamkan matanya merasakan telinganya berdengung hingga rasanya nyeri membuat kepalanya ikut terasa pusing. Karin yang berada dalam kungkungan tangan Altar memperhatikan cowok yang masih berada diatasnya dengan heran, kenapa Altar memejamkan matanya begitu rapat dan terlihat begitu kesakitan. Jangan-jangan cowok ini terluka?. Pegawai toko membantu Altar berdiri sehingga Karin dapat mengeluarkan diri dari badan besar Altar yang menindihnya. Lampu gantung pecah berserakan dilantai hampir saja benda itu menimpa kepalanya jika Altar tidak membantu. “Altar kamu gak papa kan?” tanya Karin sambil memeriksa kondisi Altar pasalnya cowok ini tadi terlihat kesakitan. Altar menggeleng setelah menyentuh telinganya untuk memperbaiki benda kecil yang dia pakai untuk menghindari suara yang terlalu berlebihan tapi tetap saja benda itu tak bekerja sepenuhnya sesuai keinginan. Karin mendesah lega tapi matanya justru melihat seragam Altar sobek dan berwarna kemerahan, apa punggungnya terluka?. “Altar coba kamu balik kesana dulu” Ucap Karin untuk memeriksa luka di punggung Altar dan terlihat bercak merah diseragam altar adalah darah sepertinya kaca telah berhasil menggores punggung cowok ini. Astaga yang satu baru lunas yang satu nambah lagi. Karin membantu Altar untuk mengobati luka setelah Altar mengantar Karin pulang. “Kamu masuk sini dulu biar lukanya aku beresin nanti kalau infeksi aku juga yang mesti tanggung jawab karena kamu luka kayak gini kan karena nolongin aku tadi” Karin memaksa Altar masuk kerumahnya dengan menggeret tangan Altar paksa. Altar menatap rumah megah milik Karin sampai membuat Altar ragu untuk masuk kedalam rumah tersebut tapi karena si pemilik yang sangat pemaksa alhasil Altar tak bisa melakukan apapun. Karin mengambil kotak p3k lalu menghampiri Altar “Duduk sini aku bantu obatin” Suruhnya, Altar pun duduk “Buka bajumu” ucap Karin lagi. Altar mendekap bajunya sambil berdiri “Buka baju? Disini? Gak usah gak papa aku obatin aja sendiri nanti dirumah” Pamit Altar, karin menarik baju Altar agar cowok itu duduk kembali. “Aku bilang duduk! Kamu luka kayak gitu gara-gara aku kan jadi aku harus yang mengobati” serunya memerintah. Altar melihat situasi rumah Karin dimana beberapa asisten rumah tangga melihatnya tentu hal itu membuat Altar tidak nyaman. Karin menghela nafas berat sepertinya dia tau alasan kenapa Altar tidak mau itu pasti karena banyak yang lihat. Karin menarik Altar ketempat yang lebih privasi tapi bukan ke kamar Karin, karena jika sampai Altar masuk kekamarnya bisa-bisa cowok itu pingsan melihat poster Taehyung ada dimana-mana. “Tenang aja aku gak akan perkosa kamu kok” Ujar Karin yang membuat Altar langsung mendelik. Karin mengajak Altar kearah kolam renang karena tempat itu cukup sepi dan Karin juga meminta agar tidak ada yang datang kesana selagi dirinya mengobati Altar. “Ayo buka bajumu aku liat darahnya makin banyak keluar nanti kalo gak cepat diobati bisa infeksi” tegur Karin. “Aku bisa sendiri” “Ish dibilangin ngeyel” sahut Karin kesal. Altar memejamkan matanya masa iya dia memperlihatkan badannya didepan cewek ini padahal mereka baru kenal belum genap satu minggu. Altar mendesah pasrah lebih baik segera diselesaikan dan semua akan segera berakhir, akhirnya Altar membuka bajunya membiarkan Karin mengobati luka dipunggunya akibat goresan kaca dari lampu gantung tadi. Ini pertama kali seorang cewek melihat tubuhnya untuk mengobati luka dibadan Altar dan rasanya, aneh. _____ Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN