2.Pengendara Misterius

2731 Kata
Dinginnya pagi tak menjadi hambatan untuknya. Jam masih menunjukan angka 06:33 am. Di tengah jalan raya yang belum terlalu padat, sebuah mobil Jeep hitam dengan logo bintang tiga sudut yang sudah di modifikasi sedemikian rupa, dengan tambahan rangka bodi di bagian dalam dengan warna hitam mengkilat, siap menerobos medan dan tebing yang sedikit bebatuan. Pakaian pelindung yang membalut tubuhnya seakan memeluk erat jiwa petualangannya, tak lupa helm dan sepatu boots kulit yang turut melindungi bagian terpenting tubuhnya. Setelah empat jam akhirnya dia sampai di ujung tebing yang menjadi tujuannya kali ini. Di sana sudah ada beberapa sahabat yang menunggunya. "Sialan ternyata gue jadi yang terakhir sampe. Ini karena ada mobil b******k yang menggangu dan sepertinya ingin menguji nyali sang pengendara," gerutu gadis itu. Akhirnya dia pun meladeni mobil sport merah terbuka yang sepertinya ingin beradu kecepatan. Tiga jam sebelumnya. Dua mobil yang sedang berkejaran ingin menguji nyali masing-masing pengendaranya sedang beradu ego dan keahlian sang pengemudi. Saling berkejaran dan sama-sama berambisi menunjukkan dirinya yang terbaik adalah tujuan keduanya. Kedua mobil itu terus berkejaran sesekali mobil sport menyalip dan memimpin, tapi sesekali mobil Jeep hitam itu menelusup dan berhasil mendahului mobil sport merah itu. Satu jam lebih kedua mobil itu saling berpacu dengan angin dan ego masing-masing pengemudinya. Akhirnya di ujung tikungan yang sedikit membentuk siku mobil Jeep itu menekan gas dengan perhitungan stir yang pas dan akuran menyalip di sisi kiri tikungan. Dan jeeeeeeep. Akhirnya jeep hitam memimpin dan sedikit menyenggol bodi mobil sport merah sehingga membuat mobil sport merah kehilangan kendali dan akhirnya spontan menekan pedal rem secara mendadak. Sreeeeeeet...... Suara jeritan ban memekak kesunyian jalan yang masih sepi, tampak ukiran ban yang terpampang jelas di sepanjang aspal. Sial. Pengemudi mobil sport merah itu mengumpat kesal akan kekalahan yang entah dia sendiri tidak tau dia sedang bertarung dengan siapa. Dia memilih keluar dari dalam mobil guna mengecek kondisi mobilnya. Sedikit penyok di kiri bagian belakang. Dari kejauhan terlihat mobil Jeep hitam itu berhenti dan menyalakan kedua lampu seinnya yang berkedip secara bersamaan dan pengemudi hanya mengeluarkan tangan kanannya dengan mengangkatnya ke atas, ketiga jari mengepal dan dua jari terbuka membentuk hirup " V " yang artinya damai. Ia semakin kesal akan sosok pengemudi di balik mobil Jeep hitam itu, tapi dia juga salut akan gaya berkendara orang yang berada di belakang kemudi itu. Dia pun membalas dengan mengangkat tangan kananya dan menunjukkan tanda yang sama dengan membentuk jari telunjuk dan jari tengahnya menjadi hurup "V " yang artinya damai. Sang pengemudi mobil Jeep hitam pun hanya melirik dari kaca sepion dan akhirnya memilih melaju dan kembali ke tujuan utama hari ini. Di puncak tebing ke empat mobil yang biasa berpetualang itu sedang bersiap dengan aktivitas extrim nya. memasang beberapa alat pelindung yang biasa di gunakan untuk terjun payung. Beberapa alat bantu sudah terpasang erat di tubuh nya, memeluk erat jiwa dan tubuh pengendalinya. "Semua aman terkendali," ucap pemandu olahraga yang cukup extrim itu. "Oke." Dengan hitungan mundur dari pemandu, dia mengambil ancang-ancang siap terbang bagaikan burung yang akan menembus angin dan awan cakrawala. "Semangat lus, beberapa detik lagi gue akan menyusul lo," ucap salah seorang sahabatnya. Sementara Luci hanya mengangkat kedua ibu jarinya. Dan huuuuuuuuuus ,, angin mulai meniup sayap parasut burung buatan itu. Luci pun lepas dari bumi dan sudah mengambang bagaikan burung raksasa di angkasa lepas. Parasut yang membumbung tinggi itu semakin menari tertiup angin. Belaian angin cakrawala merayu kulit dan jiwa akan keindahan yang tercipta dari sela tubuh sehingga ia merasa menyatu dengan sang dersik yang menggodanya dalam setiap nafas bumi. satu jam kemudian parasutnya mulai terasa oleng. luci kehilangan kendali. "Aiissss kenapa ini?" Gerutu Luci. Parasutnya oleng, beberapa menit luci berusaha mengendalikan parasutnya dengan bersikap tenang. Tiga puluh menit berusaha tenang dan terombang ambing, akhirnya Bruuunk Ia terjatuh di tengah pemukiman yang tidak begitu ramai. Bukan pemukiman, hanya ada satu rumah. tidak ini sebuah villa dan sialnya dia terjatuh di tengah kolam renang dengan parasut yang melingkupinya. Aaaahhhhh Teriakan seorang laki-laki yang spontan berteriak karna tak sempat menghindari sesuatu yang akan terjatuh di atasnya. "Sialan kesialan apalagi ini" gerutu laki-laki itu. Sementara Luci tak bersuara sama sekali menyadari orang yang akan menjadi korban itu ikut terlungkup bersama parasutnya. Diam. Luci memilih diam menahan nafas yang hampir tercekal karena oksigen yang terbatas, sebelum tubuhnya benar-benar masuk ke air kolam yang cukup dalam. Sedang sang korban terus bergumul dengan parasut yang melungkupinya berusaha melepaskan diri dari kain tebal berwarna jingga itu. beberapa menit berikutnya tim pemandu datang. Dengan sigap dan langsung mengangkat parasut serta Luci yang terlingkup di bawahnya. Dengan perasaan yang bergetar dan gugup Luci dengan rasa bersalah hanya mampu berucap "Maaf,,,,,,Maaf,,,,Maaf " Hanya itu yang Luci ucapkan kepada laki-laki itu tanpa membuka helm dan kacamata besarnya. Sementara sang laki-laki dengan sikap angkuhnya itu hanya mengangguk sambil membersihkan tubuhnya dengan handuk. Salah seorang ketua regunya juga ikut meminta maaf atas inciden yang tidak di sengaja itu. Bagaimanapun mereka juga merasa ikut bertanggung jawab atas inciden yang menimpa salah satu personilnya terlebih ada korban yang dari inciden itu, meski tidak sampai melukai bahkan mengancam keselamatan korbannya, namun meminta maaf bukanlah hal yang akan membuat kita menjadi terhina bukan. Luci dan timnya buru-buru pergi setelah mendapat maaf dari korbannya. Tiga menit berikutnya laki-laki itu baru menyadari jika sang penerjun payung itu adalah seorang wanita, namun saat dia menyadarinya meraka sudah terlalu jauh meninggalkannya dan dia cukup tercengang dengan mobil yang mereka gunakan. Ya, jeep hitam yang tadi pagi beradu kecepatan dengannya di sepanjang jalan menuju villa. ***** Ke esokan harinya Luci sedang bersiap-siap, hari ini dia memenuhi tantangan ayahnya untuk menjadi seorang guru. Meski hanya sebagai guru kontrak dia ingin membuktikan pada ayahnya Jika dia bisa menjadi apapun yang ayahnya inginkan. Sekolah menengah atas ( SMA SATYA ) menjadi tujuannya hari ini. sekolah itu milik sahabat baik ayahnya Antonio Fabian. Hari ini Luci akan datang ke sekolah tersebut untuk menandatangani surat kontrak sebagai guru di sana. Dengan setelan semi pormal, celana bahan hitam dan kemeja putih lengan panjang dan di balut lagi dengan jas hitam semi pormal yang senada dengan sepatu pantofel hitam dan celana bahannya, tak lupa kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya dan rambut coklat kekuningan yang sedikit bergelombang di ikat atas lalu dia gulung seperti konde menambah kesan anggun dan tangguh pada sosok guru muda itu. Jam sudah menunjukan angka 10:12 am. Luci sudah berada tepat di depan SMA SATYA. Luci turun dari mobilnya dan melapor pada satpam yang bertugas jika dirinya ada janji dengan pak Roby sang kepala sekolah. Lalu mengeluarkan kartu tanda penduduk miliknya, karena sang penjaga keamanan memintanya. Sang penjaga keamanan itu hanya mengangguk setelah melihat dan mencatat nama tamu di buku tamu kemudian mengembalikan kartu tanda penduduk milik tamu tersebut. Setelah mendapat izin, penjaga keamanan atau satpam itu pun membuka gerbang sekolah dan kini mobilnya sudah memasuki area parkir khusus para guru, tentu saja dengan arahan sang satpam. Setelah memarkirkan mobilnya, Luci dengan langkah mantap menyusuri koridor. Dia bertemu dengan salah seorang guru dan menanyakan dengan sopan dan lembut ruangan kepala sekolah. Guru itupun memanggil salah satu murid cewek untuk di mintai pertolongan mengantar Luci ke ruangan kepala sekolah. Tok Tok Tok Luci pun sampai dan mengetuk pintu yang sedikit terbuka guna meminta ijin, jika dia hendak masuk. Sang kepala sekolah pun tersenyum sambil mengangguk memberikan isyarat, mengijinkan dia masuk, dan Luci pun masuk dengan senyum manisnya. Luci mengulurkan tangan, "Luci Mervino" ucapnya memperkenalkan diri pada orang yang di yakini nya kepala sekolah itu. Laki-laki paruh baya yang mungkin seumuran dengan ayahnya itu menyambut uluran tangan Luci, "Roby Mahesa" sambutnya dengan menyebut nama lengkapnya. "Pak Antonio sudah mengabari dan menjelaskan pada saya jika anda akan datang untuk menandatangani kontrak sebagai guru kontrak selama beberapa tahun kedepan dan ini adalah berkas yang harus anda tanda tangani." Luci hanya menunjukan senyuman termanisnya. "Silahkan di baca dulu. Kami juga sudah memasukkan beberapa syarat yang anda ajukan sebagai ketentuan atas kontrak tersebut." Dan sejurus kemudian Luci membubuhkan tanda tangan di atas kertas bermaterai itu. "Dan jika anda siap hari ini anda sudah bisa mulai mengajar,"ucap pak Roby ramah tamah. Mata pelajaran yang akan Luci pegang adalah bahasa Indonesia. Mengingat Luci yang mengambil jurusan bisnis otomotif ketika kuliah dan lulus sebagai mahasiswi pertama dengan jurusan tersebut. Jadi bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang tidak akan membuat Luci kerepotan. selain bahasa Indonesia Luci juga akan memegang pelajaran olahraga untuk kelas dua belas saja. Luci berjalan menelusuri koridor menuju ruangan para guru yang sudah ditunjukkan pak kepala sekolah tadi. Sebenarnya, tadi pak Roby menawarkan diri untuk mengantar Luci ke ruang guru tapi Luci menolak dengan halus dan memilih pergi sendiri. Di ruang guru ada beberapa guru yang masih santai di kursinya, mungkin karena jam pelajaran yang mereka pegang sudah usai atau belum mulai. Dia dengan Sapaan bersahabat menyalami satu persatu guru itu sambil memperkenalkan diri. Salah seorang guru menunjuk meja yang akan menjadi meja kerja Luci. Luci pun menghampiri meja itu dan mulai mendaratkan bokongnya di atas kursi kayu yang sudah di balut busa dan berlapis kulit sofa. Luci melihat ada catatan kecil di atas meja yang berlapis kaca transparan itu Daftar jam pelajarannya. Luci menggantikan salah satu guru yang kemarin mengundurkan diri. Entah apa alasan guru tersebut sehingga memilih mengundurkan diri, Luci tidak ingin ambil pusing. Dan anggap saja ini adalah keberuntungan untuk dirinya Luci memfokuskan diri untuk pertemuan pertama dengan muridnya. Jam sebelas ini Luci akan mulai mengajar untuk pertama kalinya. Tanpa persiapan ataupun mendalami materi yang akan dia pegang Luci sudah siap dengan status barunya, seorang pengajar (guru) Bel masuk sudah berbunyi anak-anak yang sedang bersantai di jam istirahatnya turut berhamburan masuk ke dalam kelas masing-masing. Luci berjalan menelusuri koridor kelas, mencari kelas yang akan di bimbingnya. Kelas dua belas B. Kelas yang riuh di antara kelas yang lainnya. Suara kegaduhan terdengar meski Luci masih belum sampai di kelas itu. Suara beberapa orang bernyanyi sambil berteriak, teriakan yang nyaris memekak telinga sambil di iringi ketukan-ketukan nyaring dari meja mereka. Ya, jelas itu kelas dua belas B, kelas yang akan menjadi kelas pertamanya mengajar. Ceklek. Pintu terbuka. Luci berdiri dengan anggun di ambang pintu sambil menyandarkan sebelah bahunya di sebelah tiang pintu dengan tangan yang bersidekap d**a. sementara kelas seketika hening, tak ada suara. Menyadari sosok yang belum pernah mereka lihat di sekolah itu sebelumnya membuat para penghuni kelas itu syok. Hanya ada satu murid cowok masih membelakanginya, kemudian teman sebelahnya menyikut lengannya memberi isyarat untuk berbalik. Dengan wajah males akhirnya dia membalik tubuhnya dan menghadap kedepan. Mata Luci fokus memandang pemuda itu tak berkedip. Lima menit masih hening, hanya tatapan menjelajah yang Luci berikan keseluruh sudut ruangan itu. Dan kembali tatapannya tertuju pada murid laki-laki yang masih senantiasa dengan wajah acuhnya. "Oke klas," Luci berjalan sambil menenteng spidol di tangannya menuju papan putih bening yang baru saja selesai di bersihkan oleh salah satu murid yang dia tunjuk. Memperkenalkan diri adalah langkah pertama . L U C I M E R V I N O Luci menulis namanya cukup besar dengan hurup kavital di papan putih yang menempel di tembok depan kelas itu. "Saya akan menggantikan guru Bahasa Indonesia sebelumnya, sekaligus saya akan memegang peran sebagai wali kelas di kelas ini," ucap Luci santai. Senyum Luci tak pernah surut dari bibir tipisnya yang terbalut lipstin merah muda. Hening Dua puluh menit berlalu kelas itu masih hening. Entah kenapa? antara takut atau terpesona dengan sosok guru baru dengan penampilan yang jauh dari kata pormal tapi tetap dengan pakaian sopan, terkesan tangguh dan mengintimidasi. Terlihat jelas di sudut mata indahnya, guru ini akan sangat berpengaruh untuk kelas yang sudah dinobatkan sebagai kelas paling ribut. Luci mengabsen satu persatu peserta didiknya, dan mulai menghapal nama dan wajah muridnya. Dua jam berlalu kelas berjalan dengan damai. Di parkiran sekolah. David berjalan sambil bersenda gurau. lelucon konyol yang selalu mereka lakukan sukses membuat beberapa anak-anak yang lain terkadang merasa risih. Pandangan David tertuju pada satu mobil hitam yang terparkir di area parkir khusus guru. David memperhatikan lebih jelas dan seksama pada mobil Jeep hitam yang sama persis dengan mobil Jeep hitam yang kemarin beradu kecepatan di jalan menuju villanya. "Aaaah tapi mobil seperti itu kan banyak," lirihnya dalam hati. Tapi seluit mobil dengan beberapa bagian yang di modifikasi tentu saja akan membuat mobil itu tidak akan sama dengan mobil lain meski dengan merek yang sama. "Kenapa?" Tanya Coco yang menyadari keterdiaman David yang tiba-tiba sambil menepuk punggung David David ingat, mobil itu juga sedikit menyenggol badan mobilnya sebelah kiri jadi pasti mobil itu juga akan mengalami penyok atau tergores di bagian depan sebelah kanan. Karena rasa penasaran akhirnya David menghampiri mobil itu dan benar mobil itu sedikit tergores di bagian tameng depan sebelah kanan tepat di sudut lampu seen kanan. "Siapa pengemudi misterius itu sebenarnya, mungkinkah salah satu dari guru di sekolah ini atau ,,,,,," Kesadarannya kembali ketika Maxi kembali menepuk bahunya. "liat apa sih lu?" Tanya Maxi heran. "Ah tidak tapi kemarin gue balapan dengan mobil ini di jalan menuju villa gue, sialnya gue kalah di tikungan dan mobil ini nyenggol body mobil gue, makanya sekarang mobil gue masuk bengkel. Apes kan gue?" beber David . "Lu kenal sama pemiliknya?" Tanya Coco "ya gak lah. Tapi di ujung jalan dia sempat nunjukin noh tangan kanan memberi isyarat damai. Tapi gue penasaran siapa pengemudinya. kupikir dia cukup pandai, bahkan gue kalah di tikungan dan sialnya dia nyalip lewat kiri." Kesal David "Kalo gitu kita tunggu siapa pemilik mobil ini, mumpung kita gak ada acara sekarang," sambung Maxi. Sedangkan David hanya mengangguk memberi isyarat iya. Satu jam menunggu, parkiran sekolah sudah tak seramai sebelumnya. Hanya tersisa mobil pak Robby sang kepala sekolah, mobil pak Martin, dan mobil Jeep hitam yang masih standby di parkiran. Dreet ,,,,,,dreet,, Ponsel David bergetar, secepat mungkin David merogoh saku celana abu-abunya, mengambil ponsel yang sedari tadi bergetar. Terlihat nama papa memanggil. Click. David menerima panggilan dari papanya "Ya hallo, kenapa pa?" Sapa David lebih dulu. "Kamu dimana?" Tanya orang di sebrang telpon "Masih di sekolah pa, baru mau pulang" "Ya cepatan ya, ada yang harus papa omongin penting." "Apa sih pa, tumben banget?" Tanya David, pasalnya papanya tidak pernah menyuruh dirinya pulang sebelum malam, dan ini adalah kali pertama papanya memintanya pulang cepat dan, apa yang ingin di bicarakan papanya. "Udah, kamu cepatan balik deh." Ucap papanya di seberang telpon sebelum akhir panggilan itu terputus. "Oke. Kita cabut," David memberi instruksi pada ke empat sahabatnya, dan merekapun bubar memasuki mobil masing-masing. Luci baru saja sampai di parkiran. Ya sebelumnya dia membereskan beberapa buku untuk dia bawa pulang sebagai panduan menyiapkan RPP ( rencana proses pembelajaran ) untuk besok. Luci di buat terkejut dengan secarik kertas yang tertempel di atas dak mobilnya "Hubungi gue 08155333xxxx" Singkat dan jelas. Luci tersenyum sembari melempar kertas yang tadi di remasnya dan dia buang ke tong sampah dekat mobilnya terparkir. Sebelum pulang Luci mampir ke bengkel ayahnya, berniat ingin memoles lecet di mobilnya tapi matanya menangkap sosok mobil sport merah yang sangat tidak asing baginya masih terparkir di dalam ruang pengecatan. Lalu dia menghampiri mobil itu dan tersenyum miris. "Ini mobil yang kemarin," lirih Luci. Luci bertanya pada beberapa mekanik yang menangani mobil tersebut. "Berapa biaya perbaikannya?" Tanya luci. Dan Dede salah satu montirnya menjawab "lima belas juta mbak." "Beri dia potongan lima puluh persen. Karena kemarin aku yang menabrak mobil ini,"Jelas Luci pada montir yang menangani mobil sport merah itu. Luci lalu berjalan santai keruangan ayahnya. Di kediaman Antonio David memasuki garasi rumahnya, sebelumnya David memilih menggunakan mobil ibunya karna mobilnya masih harus di perbaiki di bengkel karna penyok pada sebelah bodynya. Ibu dan ayahnya sedang di ruang tengah, sedang asik bercengkrama dengan tiga orang yang di yakini sepasang suami istri dan putrinya yang mungkin seumuran dengannya. "David," panggil ibunya, menghentikan langkahnya yang hendak naik ke anak tangga. David spontan berbalik dan berjalan menghampiri ibu dan ayahnya, menyalami ke empat paruh baya dan tersenyum manis pada gadis yang duduk di sebelah ibunya itu. "David kamu masih inget sama om Hermawan kan," ucap ibunya. Reflek David menggeleng tanda dia tidak inget dengan orang yang di maksud ibunya. "Ya, kan udah lama gak ketemu, terakhir ketemu waktu David umur empat tahun, ya mana dia inget lah jeng," kata wanita paruh baya yang duduk berhadapan dengan ibunya itu. "Aaah ia ya, kalo gitu kenalin dia om Hermawan dan Tante Vina istrinya dan ini yang cantik di sebelah mama namanya Merry, mereka dateng khusus nemuin kamu lho Dave." Ucap ibunya David. "Nemuin aku?" kutip David masih tidak mengerti dengan maksud perkataan ibunya. "Kenapa ma....?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN