MULAI MAIN API

1008 Kata
Dan sore hari itu Dasep habiskan bersama Yulita. Menurut cerita Yulita, ia adalah seorang SPG mobil. Ia bukan orang Bandung asli. Melainkan asli Bangka Belitung. Mantan suami Yulita seorang pengusaha. Ia memiliki sebuah restoran sunda di kota Tasik. Tadinya, Yulita juga tinggal di Tasik. Tapi, begitu mereka bercerai, Yulita memutuskan untuk mencari pekerjaan dan tinggal di Bandung. Ia merasa malu kepada keluarga besarnya, karena dulu pernikahannya tidak mendapatkan restu dari sang ibu. "Istri kamu nggak akan marah, kamu jalan sama aku gini. Apa lagi aku ini janda loh, mas." "Dia lagi aku hukum juga, nggak boleh keluar rumah. Aku lagi kesel sama dia." "Loh, emang kenapa mas?" "Dia itu boros, sering beli barang yang nggak penting. Beda banget sama mantan istriku." Yulita menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Matanya membelalak dengan indah. Entah mengapa Dasep suka melihat mata indah milih Yulita. "Jadi, ini pernikahan mas yang kedua?" "Iya, aku akui, dulu aku berpisah karena aku selingkuh dari istri pertamaku. Namanya Halimah, dia itu tidak bisa dandan, aku malu dlu kalau jalan sama dia. Lalu, aku bertemu istriku yang sekarang. Dia cantik, berpendidikan. Jadi, kami bercerai. Tapi, seiring waktu berjalan, aku sedikit menyesal sudah bercerai dengan Halimah. Ternyata, Melina istriku yang sekarang, sama sekali tidak becus mengurus rumah, mengurus anak." Yulita mengangguk- anggukkan kepalanya. Mereka memang memutuskan untuk ke transmart saja, karena di sana banyak mainan anak-anak yang bagus. Yulita ingin membelikan satu set mainan masak- masakan kekinian untuk putrinya. Suasana hari itu tidak terlalu ramai. Sehingga mereka bisa leluasa menikmati acara jalan-jalan mereka. "Jadi, mas baru aja berantem sama Melina, istri Mas itu?" tanya Yulita. "Iya, aku suntuk. Makanya aku memutuskan untuk jalan- jalan. Untung ketemu kamu, jadi aku nggak sendirian," ujar Dasep. "Kerja di mana sih, Mas?" “Toko bangunan FAJAR MAKMUR itu aku pemiliknya.” Kembali Yulita membelalakan mata indahnya. "Ya ampun,serius? Duh, beruntung banget ya aku ketemu Mas. Aku sering sih denger cerita tentang Mas. Katanya Mas itu orang kaya. Punya banyak kos- kos an juga. Toko bangunan milik kamu itu kan yang paling besar di kota Bandung." "Itu punya almarhum kedua orang tuaku." "Iya, aku dengar kabar orang tua Mas meninggal ketika mau menunaikan ibadah ke tanah suci ya?" "Iya, aku juga syok dan sampai hari ini aku masih merasa kehilangan. Dulu ada ibu yang selalu bisa aku ajak bicara. Sekarang, tidak ada lagi yang bisa aku ajak tukar pikiran. Istriku bisanya dandan, make up, ke salon, belanja. Urus anak aja nggak bener. Bayangin aja, dia hamil minum obat diet, sampai bikin salah satu anakku cacat." "Waduh, itu sih kelewatan Mas, katanya dia berpendidikan tinggi. Kenapa Mas ngga suruh aja dia kerja?" "Alah, dia nggak kerja aja, anakku kadang nggak keurus. Apalagi dia kerja, malah makin kacau. Bisa- bisa nanti dia besar kepala, merasa bisa cari uang sendiri trus tambah seenaknya sama aku. Dulu sih, aku emang cinta sama dia, tapi sekarang ciih aku benci sama dia. Untung aja ada anak. Kalau tidak, sudah aku talak tiga perempuan yang tidak tau diri dan tau malu itu." Yulita terkikik geli mendengar curhatan Dasep. Tanpa sadar mereka sudah bergandengan tangan dengan mesra seperti sepasang kekasih. Lelaki memang begitu. 3 sifat lelaki yang paling menyebalkan adalah, main perempuan, judi dan mabuk-mabukan. Dan Dasep ini tipe lelaki yang paling tidak bisa melihat wanita yang cantik dan bening. Dia pasti langsung nyosor. Menyebalkan memang,dan satu lagi. Jika lelaki beristri tidak setia, jangan harap dia bisa setia dengan istri kedua, ketiga , dia akan terus mencari yang lebih dan lebih. Tapi, tidak semua kok. Dasep hanya salah satu dari lelaki yang tidak setia "Kamu sendiri kenapa cerai sama suami kamu?" "Dia suka judi, Mas. Kalau kalah judi, dia main tangan. Aku sering dia pukul. Ya udah akhirnya aku minta pisah." "Hmmm, berarti usaha suamimu cukup ramai donk." "Kok Mas bisa bilang begitu?" "Ya, setauku kalau orang suka judi dia akan mempertaruhkan semua miliknya, malah sampai berhutang. Dan yang lebih parah ada yang sampai menjual aset- aset berharga miliknya," tutur Dasep. Yulita menghela panjang. "Rivaldo, mantan suamiku berjudi tapi, aku yang selalu ia jadikan bahan taruhan Mas. Mereka memiliki klub begitu Mas. Ya, klub yang isinya orang- orang seperti itulah. Terkadang, mereka akan bertukar pasangan. Judi yang aku maksud bukan judi dengan taruhan uang seperti itu , Mas. Tapi, pasangan masing-masing yang dijadikan alat taruhan. Pernah pada suatu hari, dia kalah telak, dan aku terpaksa harus melayaninya dan ketiga orang temanny. Parahnya, itu dilakukan di tengah ruangan, disaksikan istri- istri mereka." Dasep terkesiap, ia pikir hal seperti itu hanya ada di film- film. "Astaga, segila itu?" "Ya, mas. Aku pun tidak menyangka. Awal aku bertemu dengannya, aku tidak melihat ada hal yang aneh. Kami berpacaran, dan gaya pacaran kami sehat. Dia baru menyentuhku di malam pertama kami. Semua itu baru aku ketahui setelah aku menikah 6 bulan. Dan, pertama kali aku tau, aku sedang mengandung Davina, anakku," cerita Yulita sedih. Kedua netranya mulai berkaca-kaca. Dasep mengeluarkan sapu tangan dari dalam kantong celananya dan memberikan nya pada Yulita. "Jangan menangis, itu masa lalu. Yang terpenting, sekarang kamu kan sudah lepas darinya," ujar Dasep. Yulita tersenyum manis, "Terima kasih ya, Mas. Aku baru kenal kamu, tapi, kamu baik sekali, dan aku merasa nyaman bersamamu seperti sekarang." Dasep terkekeh, lalu ia merangkul Yulita. Wanita itu tersipu malu, wajahnya memerah. Ia menatap kedua netra Dasep, lalu tersenyum bahagia. Begitu pun dengan Dasep. Sejenak ia dapat melupakan masalah yang sedang ia hadapi. Termasuk juga lupa akan pertengkarannya dengan Melina. Mereka pun menikmati acara jalan-jalan mereka. Bahkan, Dasep membelikan banyak mainan untuk Davina. Bukan mainan biasa tapi mainan- mainan yang mahal. Entah apa yang sedang merasuki Dasep. Sementara Yulita sendiri tentu saja senang sekali. Tadinya dia sedang menunggu temannya. Eh, malah dia bertemu dengan orang kaya. Yulita berpikir jika dia bisa menikah dengan Dasep maka dia akan hidup enak. Peduli amat dengan istrinya. Toh lelaki itu kan bisa menikah dengan dua wanita sekaligus. “Kamu yakin istri kamu nggak akan marah kalau kita jalan berdua begini?” tanya Yulita. “Tenang saja, dia itu perempuan yang mata duitan. Selama ada uang dia nggak akan berani untuk protes.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN