DENDAM

672 Kata
Siska menatap wanita yang pernah merawatnya ketika kecil itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Gara-gara wanita ini ia kehilangan kasih sayang yang lengkap dari kedua orang tuanya. “Mama ga akan mau ketemu sama Tante,” kata Siska. “Tolonglah, Sis. Tante hanya mau bertemu untuk minta maaf atas semua kesalahan tante,” kata Melina. “Apa tante tau jika perbuatan Tante itu sudah sangat menyakitkan bagi kami?” tanya Siska. Melina terdiam sambil menundukkan kepalanya. Sementara Siska hanya menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Hidup bersama ibu tiri itu berbeda dengan ibu kandung dan pada akhirnya, Siska tumbuh menjadi anak yang broken home dan menjadi bahan bullian teman sekelasnya. ** “Kalo aku mah jadi kamu pasti ikut sama ibu. Sama ibu tiri mah ga enak," kata Nira salah satu teman Siska di sekolah. “Aku juga pengen ikut sama mama aku. Tapi, setiap kali mau ketemu mama pasti ga dikasi sama eyang sama amih,” jawab Siska kepada Nira. Jangan ditanya bagaimana perasaan Siska. Ia selalu merasa iri jika teman-temannya bisa bermanja kepada ibu kandung mereka. Melina memang tidak pernah menyiksa Siska, tetapi Siska pun tidak bisa bermanja dan mencurahkan segala isi hatinya seperti kepada ibu kandung. “Ya kamu lawan atuh, masa ga bisa ngelawan sama papa kamu. Ga enak tau sama ibu tiri, mah.” “Eh, tapi sama ibu kandung juga ga akan enak kalo ibunya nikah lagi gimana?” kata Lina teman Siska yang lain. “Ah, bapak tiri mah kan ga di rumah.Pasti kerja, kalo ibu tiri kan di rumah terus.” Akhirnya siang itu, Siska pulang ke rumah dalam kondisi yang sedih dan terluka. Di usianya yang masih sangat kecil ia harus mengalami hal yang sangat berpengaruh pada psikologinya. Sementara itu, Melina dan Dasep sangat gembira karena mereka baru saja cek ke dokter kandungan dan ternyata Melina hamil sudah dua bulan. “Mudah-mudahan aja anaknya laki-laki. Kan udah ada Siska, jadi kalo anak laki-laki bagus,” kata Mariam kepada anak dan mantunya itu. Siska yang baru sampai di depan pintu tidak meneruskan langkahnya. Ia kaget mendengar berita kehamilan Melina. “Siska pasti seneng kalo dia tau mau punya adik,” kata Dasep. “Kalo nanti anaknya udah lahir apa ga sebaiknya dikasi ke Halimah aja? Nanti dia iri dan cemburu sama adiknya,” kata Mariam. “Jangan, Bu. Kan Siska bisa disuruh bantuin jaga adiknya nanti kalo adiknya udah lahir,” kata Melina. Mendengar perkataan ibu sambungnya itu, Siska merasa sangat kesal. Dia kan bukan pembantu, enak saja disuruh jaga adik terus. Dengan kesal, gadis cilik itu pun melangkah masuk. Tanpa mengucap salam ia langsung masuk ke dalam kamarnya. Melihat sang anak yang pulang tanpa mengucap salam tentu saja membuat Dasep kesal. Dengan cepat lelaki itu pun segera menyusul Siska ke kamarnya. “Kamu nggak diajarin sopan santun? Kalo masuk salam, ini malah main masuk aja. Nggak sopan!” “Aku cape, " jawab Siska ketus. “Jangan keluar kamar sampai nanti sore!” bentak Dasep dengan kesal. Lelaki itu pun segera keluar dari kamar anaknya sementara Siska hanya bisa merengut kesal. “Anak baru pulang sekolah bukannya dikasi makan malah dimarahin,” gumam Siska. Gadis itu pun segera mengganti pakaiannya lalu berbaring di atas ranjang sambil membaca buku yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah. Siska memang suka membaca dan ia juga rajin membeli buku-buku bacaan. Beruntung sang kakek selalu membelikan apa yang ia mau. Dasep sendiri tidak bekerja, ia hanya menjaga toko pakaian milik Komar. Komar memiliki beberapa toko pakaian di pasar. Toko utama memang Komar yang memegangnya sendiri. Sementara dua toko lain dipegang oleh Dasep dan satu orang kepercayaannya. TOK! TOK! TOK! Terdengar pintu kamarnya diketuk dan Komar pun muncul di balik pintu dengan membawa kotak nasi. “Eyang dari mana?” tanya Siska. “Tadi, kata bibik kamu pulang sekolah langsung kena marah sama papa kamu dan belum makan. Jadi, eyang bawa makanan. Nih, ada nasi pake paha ayam kesukaan kamu. Ada cake coklat juga,” kata Komar. Dia mengeluarkan semua makanan dari dalam kantong dan memberikannya kepada cucu kesayangannya itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN