BAB 24 – Keputusan Lukman

1528 Kata

Padang, rumah Lukman. Kamar Azzam masih hening, yang terdengar hanya deru napas tua Lukman yang sangat kecewa dengan sikap putranya. Pria itu berkali-kali mengusap tetesan bening yang terus mengucur lewat pipi keriputnya. Sementara Aisyah hanya bisa mengelus pelan pundak ayahnya seraya menuntun ayahnya mengucap istighfar. Gadis itu juga tak kalah nelangsa. Dua puluh tahun sudah ia menghirup udara di dunia, baru kali ini ia melihat ayahnya semurka ini. Selama ini, keluarga kecil itu tampak selalu harmonis dan bahagia. Lukman dan Eli mendidik ke dua buah hatinya dengan agama yang kuat. Azzam maupun Aisyah selalu membuat mereka berdua bangga. Melihat anak-anaknya menjadi hafiz Alqur’an semenjak belia, membuat hati Eli dan Lukman tenang dan nyaman. Namun kini, pria lima puluh empat tahun

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN