Episode 06.

2018 Kata
"APA!”ucap keduanya kompak. jelas terkejut, Hera bahkan ta pernah mengira jika akan secepat ini untuk diminta memiliki anak oleh keluarga Adrian.   Mendengar kata cucu seakan membuat kedua pasangan itu tercekat. Hera menundukan kepalanya malu, sementara Adrian pria itu kehilangan kata-katanya yang jelas dia sangat tidak setuju dengan ini. Adrian juga tidak mempertimbangkan jika mereka akan secepat ini dituntut untuk memiliki anak. Ia pikir, dia menikah setidaknya itu akan menjadi kelegaan sendiri untuk keluarganya.   "Hei, nenek, apa-apaan itu?! Kenapa secepat ini, aku dan Hera tidak bisa, kami berdua sedang sibuk. Setidaknya kami sudah menikah seperti apa yang nenek dan mam inginkan. Cucu bisa menyusul nanti" "Membuat cucu, yang benar saja"decak Adrian kesal.   "HEI, kalian berdua ini,... memangnya apa tujuannya menikah. Tujuan menikah adalah memperoleh keturunan dan membuat pewaris untuk Perusahaan. Apa kau tidak kasian dengan diriku yang sudah mulai tua ? Bagaimana kalau nanti aku mati" "Tidak bisa melihat cucuku mempunyai anak. Tidak bisa merasakan menjadi buyut"   "Nenek sudah menjadi buyut, Alan. tidak mau mengakuinya -eoh"sahut Adrian yang membuat nenek melihat ke arahnya.   "Aishh... . Anak ini"sungut nenek kesal. Cucu nya ini memang kurang ajar. Nenek Adrian meraih bantal, ingin melemparkannya pada Adrian sebelum akhirnya nenek Min menyentuh tengkuknya yang terasa nyeri. Sepertinya darah tingganya kambuh karena ulah Adrian barusan.   "Ya tuhan, sungguh...akhh.. aku bisa gila menghadapi cucuku yang satu ini"decaknya kesal. "Tapi...." "Adrian"sela Hera pada ucapan Adrian seraya melototkan matanya pada pria itu, bermaksud menyuruh pria itu untuk menutup mulutnya rapat-rapat.   "Kenapa?! Hah... kau berpihak pada siapa sebenarnya, kau istriku kenapa malah mendukung nenek"protes Adrian seraya menunjuk Hera, lalu beralih menunjuk nenek dengan pandangan tak percaya.   "Hei, apa kau harus begitu pada nenekmu"ucap Hera berbisik.   "Hei"protes Adrian.   "Isshh"desis Hera kesal, Hera kembali melotot kan matanya kepada Adrian membuat Adrian mengalihkan pandangannya ke arah lain, egonya turun drastis dengan tatapan menyeramkan yang diberikan sang istri. Tanpa mereka berdua sadari kedua orang itu Ibu Adrian & Nenek Adrian tengah menatap pertengkaran kecil mereka dengan menahan tawa.   "Aishh... Benar-benar Jadi kapan kita akan pergi?"tanya Adrian pasrah, yang membuat Hera maupun kedua orang itu tersenyum.   "Besok pagi ke Jeju, pukul 09.00 pagi"ucap ibu Adrian. "Jeju"ucap Hera takjub. Hera belum pernah ke sana dan keinginannya untuk ke sana cukup kuat. Apalagi setelah melihat pasar KPop yang mulai muncul di tangga lagu Billboards.   Hera adalah seorang warga Amerika sederhana, dari pada membeli tiket berlibur ke Jeju, Hera akan memilih membeli lotere. hadiahnya cukup menggiurkan walaupun ia tak pernah menang. Tidak dengan Hera yang takjub, Adrian malah kehilangan semangatnya. Ia beralih menatap nenek dengan pandangan protes. "Jeju, Kak Alfian di hadiahi berlibur ke Indonesia, kenapa aku hanya ke.. "   "diamlah.."desis Hera kesal, pria di samping yang berstatus sebagai suaminya ini begitu menyebalkan. Adrian selalu protes pada sang nenek. pria itu benar-benar tidak memiliki sopan santun. "tidak apa-apa nenek itu sudah cukup,  terima kasih nenek, ibu"Hera tersenyum senang. ketika ia melirik Adrian, wajah pria itu nampak masam.  "Mam, terima kasih nenek, atas hadiah pernikahannya" Nenek dan ibu Adrian tersenyum, begitu juga dengan Hera, tidak dengan Adrian yang merengut kesal. Ia dibuat frustasi. Dukungan Hera pada mam dan nenek semakin memperburuk keadaan.   ***   "Selamat jalan" Hera melambaikan tangannya pada mobil yang membawa ibu mertua dan nenek Adrian. Adrian hanya memandang datar mobil itu yang menjauh dari rumah mereka.   Adrian melipat kedua tangannya di depan d**a. ia melirik ke arah Hera dengan tatapan sinis. "Kenapa kau setuju, kau tahu apa yang mereka harapkan tadi"Hera menoleh ke arah Adrian, menatap pria itu dengan pandangan malas.   "Lalu aku harus apa, melawan mereka dengan kata-k********r sepertimu tadi..? jawab saja iya. Dengarkan apa yang mereka bicarakan, jangan membantah. Untuk melakukan atau tidaknya urusan nanti"   "Ohh... diam-diam kau begitu jahat ya. Lebih baik bilang di awal, tidak membuat kepalsuan. Kau seperti bermuka dua kalau seperti ini"ucap Adrian sarkatis. Hera hanya mengendikan bahunya tidak peduli. Menurutnya apa yang ia lakukan benar.   "setidaknya aku tidak membuat mereka sakit hati dengan mulutku"Hera melengos, meninggalkan Adrian yang terdiam di tempatnya. Di tempat lain........   Ibu Adrian dan nenek berada di dalam mobil, ibu Adrian bahkan tak bisa mengalihkan tatapannya dari kaca spion sampai ia benar-benar tak bisa melihat Adrian dan Hera. "Mam, bagaimana menurutmu tentang Hera"tanya ibu Adrian, pada sang ibu mertua. Nenek Adrian terkekeh mendengarnya. "Jujur saja, aku menyukai gadis itu. Dia lucu, dan dia sepertinya bisa menaungi sifat Adrian yang keras kepala  dan membuat pria itu takluk padanya"Nenek Adrian tersenyum, mengangguk setuju pada penuturan sang menantu. "Kau benar, kau lihat tadi bagaimana dia mengancam Adrian dengan matanya, ckckck itu lucu sekali"tawa Ibu Adrian. ia merasa takjub dengan sikap Hera yang bisa menaklukan Adrian hanya dengan tatapan mata.   "Tidak salah Adrian memilihnya, aku senang cucuku yang susah di atur itu mendapat kan wanita yang baik"puji Nenek.   "Aku harap Hera dapat mengubah Adrian menjadi sedikit lebih lunak” "Ya... semoga saja, tapi aku rasa dia bisa melakukannya. Hera pasti bisa"ucap Ibu Adrian.   ***   Jeju Airport.  10.00 KST. Jeju Island.   Adrian berjalan mendahului Hera, tidak peduli bagaimana wanita itu yang terlihat sedikit kesusahan dalam mendorong troli yang mengangkut koper mereka. "Cepatlah, lamban"Decak Adrian, saat melihat wanita itu yang tertinggal di belakangnya.   "Pria ini, ini sangat menyebalkan, bisa-bisanya dia melakukan hal ini padaku. Ini menyebalkan"gerutu Hera sebal.   "HEI, cepat”Teriak Adrian pada Hera yang tertinggal jauh di belakang.   "Aishh..., dia benar-benar menyebalkan.. aku berharap aku mempunyai sihir saat ini, aku ingin sekali mengubahnya menjadi bola kaki dan menendangnya sesuka hatiku"gerutu Hera sebal. Ia begitu kerepotan dengan kedua koper ini, dan dengan mudahnya Adrian melenggang kaki meninggalkannya di belakang dan dengan tidak pengertiannya pria itu menyuruhnya untuk cepat.   "cepatlah"perintah Adrian lagi membuat Hera mempercepat langkahnya.   "Akhh "desah Hera lagi. Hera menghentikan langkahnya tepat di samping Adrian, tepat di depan bandara Jeju.   "ya ampun!”Hera terkejut, begitu terkejut saat mendapati kota Jeju yang berwarna putih, kota tersebut tertutupi oleh tebalnya salju. Hera mengerjapkan kedua matanya. ia kehilangan kata-katanya. Apa-apaan ini. Kenapa mereka bisa tidak tahu ketika akan ke sini.   "Oh  hebat, bulan madu yang indah sayangku"gumam Adrian dengan smirk di wajahnya, matanya melirik Hera sinis. Hera menoleh pada Adrian, menatap sendu ke arahnya dengan rasa tidak percaya. "Bagaimana ini Adrian"gumam Hera frustasi.   ***   Villa Jeju, 11.00 Kst.   "Akhhh.... ini semua karenamu, harusnya kita tidak pergi ke sini"gerutu Adrian kesal, ia mengeratkan jaket yang dipakainya. Mendudukan dirinya di atas sofa dengan memakai selimut tebal untuk menutupi tubuhnya. Hera yang duduk di sebrang Adrian hanya bisa tertunduk, menghindari tatapan tajam yang begitu menususk dari pria itu. Hera bahkan merasa tidak nyaman, seolah ia duduk di atas tumpukan batu tajam. dan ia harus menjaga keseimbangannya agar tidak jatuh.   "Kau mau mengatakan sesuatu padaku"tanya Adrian ketus dengan wajah sinisnya menatap Hera. smirk di sudut bibirnya membuat Hera sebal.   "maafkan aku”gumam Hera lirih. Ia menjadi merasa bersalah. "Aku tidak dengar" "maafkan aku, sungguh maafkan aku” "Apaa?!" "Ishh.."desis Hera saat merasa Adrian sedang mempermainkannya. Lagi pula kenapa jadi dia yang di salahkan hanya karena dia mendukung keputusan ibu dan nenek Adrian untuk pergi kemari.   Adrian menunjukan smirknya pada Hera, gadis itu hanya menatap pria itu dengan wajah sendu, ada rasa bersalah dari dalam hatinya.   "maafkan aku”gumam Hera lagi.   "Lupakan”ucap Adrian cepat. Hera terdiam, sedikit berpikir, apa yang harus di lakukannya saat ini.   "Oh... Adrian, mau mie ramyeon ?" Adrian menoleh ke arah Hera. Menatap wanita itu datar. ***   Slurpppppp......   Suara mie, yang disantap dengan begitu menggugah di tengah-tengah cuaca dingin pulau Jeju. Hera dan Adrian, menyantap mie ramyeon langsung dari panci, asap mengepul, kuah panas dan lezatnya rasa mie, membuat mood kedua orang itu sedikit berubah membaik. "Wah... enak”gumam Hera.   "Kau lapar, makanya mengatakan mie ini enak" Hera mengerut, menatap kesal pada pria di hadapannya saat ini.   "terserah, aku memang lapar. Kalau kau tidak lapar, ya sudah sana tidak usah makan"kesal Hera.   "Ahh.. kau itu pemarah sekali, ini tidak buruk, setidaknya bisa dimakan"   "Tsk! Menyebalkan"dengus Hera sebal. sepertinya tidak ada hari dimana mereka akan bersikap baik. Adrian terlihat sangat lahap, bahkan pria itu bersemangat sekali mengambil setiap mie di panci dan memakannya dengan lahap. Hera hanya bisa terdiam menatap mienya yang hampir habis dimakan Adrian, bahkan mie yang Hera ambil belum di habiskannya, tapi pria itu sudah berkali- kali melahap mie dan menuangkan ke piringnya. Hera mendongak, mengikuti arah panci mie yang diangkat Adrian, pria itu meminum kuahnya hingga habis.   Prakk>   "Ayo kita main ice skating" Ucap Adrian, yang membuat Hera mengerjap. ***   Adrian menghentikan lajunya, tubuhnya menoleh ke belakang, menatap malas seorang gadis yang kini sedang terdiam ditempatnya, masih dalam posisi yang sama saat Adrian meninggalkannya tadi.   "Mau sampai kapan kau diam di sana –Huh ? cepat kemari"perintahnya saat melihat Hera hanya berdiri di pinggir dengan kedua tangannya berpegangan pada tiang penyangga.   Hera mengembungkan pipinya kesal, matanya menatap Adrian sengit. "Aku tidak bisa main ice skating"akunya membuat Adrian mengeryit terheran.   -   "Akhh... licinnya, oh..oh..oh"   "Tenang saja, aku memegangmu" Adrian mengeratkan genggamannya pada kedua tangan Hera, seraya kakinya yang bergerak mundur, membuat wanita yang ada di hadapannya ini bergerak maju. "Iya begitu, terus gerakan kakimu, jaga juga keseimbanganmu"   "Ah.. a.... aku berusaha" Hera terus bergerak maju, sesekali dia berteriak karena licinnya jalan yang dia pijak. "Aku rasa aku tidak bisa, kenapa ini susah sekali"   "Aishh.. bagaimana bisa kau tidak bisa, kau bodoh sekali. Jaga keseimbanganmu, berdiri dengan tegak, kenapa ada wanita yang tidak bisa melakukan apapun dengan benar seperti mu"Hera mengeram, telingannya berubah panas dengan setiap kata-kata yang di lontarkan Adrian padanya. Hera menghempaskan kedua tangan Adrian dengan kasar, membuat Adrian memandang Hera protes.   "Hei, kau itu iklas tidak sih mengajariku" "Hei, di tahun 2018 ini remaja mana yang tidak bisa main ice skating..."   "Ada, aku kau puas"potong Hera cepat. "Tsk! Sudahlah kemari, berikan tanganmu"perintah Adrian. " tidak, aku tidak mau"   "Kau ini, cepat kemari. Aku akan mengajarkanmu" Hera menatap Adrian sendu, hingga akhirnya kakinya melangkah maju ke arah Adrian dengan perlahan, kedua tangannya langsung mengambil tangan Adrian dan menggenggamnya erat. "Sekarang kembali bergerak maju, secara perlahan"   Hera mengangguk dan mengikuti apa yang Adrian katakan padanya. Hingga akhirnya kakinya mulai terbiasa untuk berpijak di atas ice skating. “aku bisa”ucap Hera kelewat senang. Ia tidak pernah bisa, bahkan jika di Seattle teman-temannya mengajak untuk main Ice skating, Hera hanya bisa duduk di kursi penonton.   “aku tahu kau pasti bisa”puji Adrian dengan senyum mereka di wajahnya menatap Hera.   Hera kembali bergerak maju, tangannya masihlah berpegangan dengan Adrian begitu erat.   “oh..oh”Hera kehilangan keseimbangan, kakinya terpeleset. Hera yang menarik lengan baju Adrian secara tiba-tiba membuat pria itu tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya hingga akhirnya   BRUGHH.!!   Hera terjatuh di atas tubuh Adrian. Hera yang terpejam, perlahan matanya mulai terbuka. Tubuhnya menegang saat melihat Adrian terbaring di bawahnya. Dan Hera sadar dia sedang menindih tubuh pria itu. Kedua mata Adrian terbuka secara perlahan, keduanya saling bertatapan satu sama lain, sekitar 20 detik hingga akhirnya..   "Bisa kau menyingkir dari tubuhku, tubuhmu berat"ucap Adrian yang membuat Hera tersadar dari lamunannya. Tubuh Hera langsung berguling ke sebelah, turun dari tubuh Adrian.   Adrian bangkit menjadi terduduk, matanya melirik Hera yang terduduk di sebelahnya, wajah wanita itu tertunduk malu. Membuat Adrian terkekeh kecil, tubuhnya tergerak bangkit berdiri.   "Ayo, kita pulang"Adrian mengulurkan tangannya pada Hera, gadis itu mendongkak, menatap Adrian yang juga sedang menatapnya.   Hera melirik ke arah tangan Adrian yang terulur padanya, ia meraih tangan itu otomatis pria itu menarik Hera untuk berdiri.   Dengan perlahan Adrian menarik Hera menjadi ke pinggir, dan akhirnya mereka keluar dari sana. Keduanya tersenyum dalam diam.   ***   Hera membuka sepatu ice skatingnya lalu melepaskan sarung tangan yang di pakainya. "seharusnya ada danau di dekat sini?”   Hera menoleh pada Adrian pria itu berucap seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling. “danau? Di daerah ini? Kalaupun ada pasti sudah membeku tertutup salju”   "Di sana ada jembatan yang di penuhi akar-akar, sudah lama aku tidak ke sana"Adrian nampak bernostalgia akan masa lalu dimana dia pernah ke sini bersama keluarganya, saat ayahnya masih ada di dunia ini.   Hera terus melihat Adrian yang kini sedang tersenyum kecil seraya bergumam memandang langit. Hera bangkit berdiri lalu mengebaskan pakaiannya sebelum berjalan mendekati Adrian dan kini dia berdiri di sampingnya.   "Kalau begitu ayo kita ke sana"ajak Hera. Adrian beralih memandangnya membuat wanita itu tersenyum dengan cengiran di wajahnya.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN