Ethan dan Fiona akhirnya tiba di dermaga setelah melalui perjalanan yang hanya di tempuh dalam kurun waktu tak lebih dari 10 menit.
Kedatangan Ethan dan Fiona di sambut oleh Q selaku tangan kanan Ethan. Q tidak sendiri, tapi ditemani oleh beberapa pengawal yang nanti akan berjaga di dermaga.
"Q," gumam Fiona ketika melihat Q mendekat. "Ethan, katanya kita hanya akan pergi berdua?" Saat melihat ada banyak sekali pengawal, Fiona seketika berpikir jika para pengawal tersebut akan ikut berlayar bersama dengannya dan juga Ethan.
"Yang akan pergi berlayar hanya kita berdua, Fiona, tapi mereka akan berjaga di dermaga. Jadi jika ada kejadian buruk yang menimpa pada kita berdua, mereka bisa segera menyusul."
"Oh begitu," gumam Fiona.
"Kamu tidak keberatan, kan?"
"Tentu saja tidak, Ethan." Fiona sama sekali tidak keberatan, sekalipun jika para pengawal tersebut ikut berlayar bersamanya dengan Ethan.
"Ya sudah, sekarang ayo kita turun." Ethan melepas sabuk pengamannya, begitu juga dengan Fiona. Keduanya keluar dari mobil, lalu menghampiri Q yang berdiri tak jauh dari mobil mereka.
"Sebentar ya, aku mau bicara dulu sama Q."
"Ok, silakan."
Ethan dan Q menjauh dari Fiona juga para pengawal yang lain, sementara Fiona saat ini sedang menatap hamparan laut di hadapannya sambil tersenyum lebar. Fiona sudah tidak sabar untuk segera berlayar bersama dengan Ethan.
"Pasti rasanya sangat menyenangkan," ucap Fiona yang tak henti-hentinya tersenyum.
Fiona menoleh ketika mendengar suara langkah kaki mendekat, dan ternyata yang mendekatinya adalah Ethan.
"Sudah selesai?"
"Sudah, ayo kita ke kapal." Ethan menggandeng Fiona, lalu membawa Fiona memasuki kapal pesiar yang akan membawa mereka berlayar.
Fiona merasa takjub saat melihat betapa mewahnya kapal pesiar yang baru saja ia dan Ethan masuki.
"Bagaimana? Apa kamu suka dengan kapalnya?"
"Ethan, ini sangat indah dan aku sangat menyukainya," ucap Fiona takjub.
Jawaban Fiona membuat Ethan sangat bahagia. Ethan senang karena Fiona menyukai kapalnya, dan Ethan harap, Fiona juga akan menyukai perjalanan mereka.
"Aku memiliki 3 kapal pesiar, nanti kita bisa mencoba ketiganya."
"Benarkah?"
"Tentu saja, Fiona." Apapun akan Ethan lakukan, selama itu bisa membuat Fiona bahagia, kenapa tidak?
Fiona berlari mendekati Ethan, lalu memeluk Ethan. "Terima kasih, Ethan."
Ethan terkejut ketika Fiona tiba-tiba memeluknya, tapi tak berselang lama kemudian, Ethan tersenyum. Ethan mengecup kening Fiona. "Sama-sama, Fiona."
Fiona melepas pelukannya, dan Ethan juga melakukan hal yang sama.
"Ethan kita hanya pergi berdua, itu artinya kamu yang akan menjadi nahkodanya?"
"Tentu saja, Fiona."
"Wow, itu luar biasa keren." Fiona tidak menyangka jika Ethan bisa menjadi nahkoda.
Ini bukan kali pertama Ethan mendapatkan pujian tersebut, tapi entah kenapa, ketika Fiona yang memujinya, Ethan merasa sangat bahagia.
Ethan lalu mengajak Fiona ke menuju anjungan.
"Kamu mau mencoba untuk mengendarainya?"
Fiona menggeleng, menolak halus tawaran Ethan. "Enggak mau, kamu aja."
"Yakin?"
"Iya."
Fiona duduk di samping Ethan, memperhatikan Ethan yang saat ini sedang sibuk mengatur agar perjalanan mereka berjalan lancar.
Ethan menatap Fiona. "Sudah siap?"
"Tentu saja, Ethan."
Ethan tersenyum, lalu mulai menjalankan kapal menuju tempat yang ia dan Fiona tuju.
"Jadi, apa saja keahlian yang kamu miliki, Ethan?" Fiona jadi penasaran, apa saja yang bisa Ethan lakukan.
Ethan bisa mengendarai mobil, tapi menurut Fiona, sudah banyak orang yang bisa mengendarai mobil. Ethan bisa menjadi nahkoda, dan menurutnya, masih jarang orang yang bisa mengendarai kapal, itulah alasan kenapa Fiona berpikir jika Ethan sangat keren.
"Coba tebak, apa saja keahlian yang aku miliki?" Ethan malah meminta Fiona untuk menebak apa saja keahliannya.
"Apa kamu bisa mengendarai pesawat, zet, dan helikopter?"
Ethan mengangguk. "Tentu saja bisa."
"Benarkah?" Fiona melotot, tak menyangka jika Ethan bisa mengendarai ketiganya.
"Tentu saja, Fiona." Ethan berkata jujur. "Nanti aku akan mengajak kamu jalan-jalan menggunakan helikopter, apa kamu mau?"
"Tentu saja mau." Fiona menyahut antusias.
Setelah mengobrol panjang lebar dengan Ethan, Fiona sudah bisa menebak apa pekerjaan Ethan, meskipun Fiona belum bisa memastikannya.
Fiona yakin jika Ethan lahir dari keluarga berlatar belakang militer, dan mungkin saja pekerjaan Ethan saat ini adalah seorang tentara.
Setelah Fiona pikirkan secara seksama, Fiona yakin jika kedua orang tua Ethan dan Livy sudah meninggal. Jika keduanya masih ada, pasti Ethan dan Livy tidak akan tinggal di apartemen.
Fiona belum yakin, apa tebakannya benar atau salah? Jadi Fiona akan mencari cara lain untuk tahu apa pekerjaan Ethan sebenarnya, karena mungkin saja, pekerjaan Ethan ada kaitannya dengan Ethan yang ada di mansion orang tuanya ketika mansion tersebut mengalami kebarakan hebat.
Ethan dan Fiona akhirnya sampai di spot yang mereka inginkan.
Setelah memastikan jika posisi kapal dalam keadaan diam, Ethan menghampiri Fiona yang saat ini sedang menikmati indahnya pemandangan di sekelilingnya.
Ethan ingin mengejutkan Fiona, karena itulah Ethan mendekati Fiona dengan langkah sangat pelan. Ethan memeluk Fiona dari belakang, dan tujuan Ethan untuk membuat Fiona terkejut berhasil.
Fiona benar-benar terkejut, tapi tak lama kemudian tertawa. Fiona menyandarkan kepalanya di d**a bidang Ethan, lalu menumpukan kedua tangannya di atas tangan Ethan yang melingkari pinggangnya.
"Jadi, apa yang akan kita lakukan?" Ethan berbisik di telinga Fiona, setelah itu sengaja meniup leher Fiona.
Hembusan nafas hangat Ethan di lehernya berhasil membuat bulu kuduk Fiona berdiri. Fiona menjauhkan wajah Ethan dari lehernya, meminta Ethan berhenti meniup-niup lehernya.
Fiona terkesiap ketika bibir Ethan mendarat di bahu telanjangnya, mengecup mesra bahunya.
"Bagaimana kalau kita berenang? Kamu bisa berenang, kan?"
"Tentu saja bisa." Ethan menyahut cepat.
"Ayo kita berenang."
"Ok, ayo kita berenang."
Ethan dan Fiona kembali memasuki kapal untuk berganti pakaian.
"Eh, kamu mau ke mana?" Dengan cepat, Ethan menahan Fiona yang akan pergi meninggalkannya.
Fiona berbalik menghadap Ethan. "Aku mau berganti pakaian di kamar mandi."
"Ganti di sini aja."
"Ganti di sini?" Ulang Fiona sambil melotot.
"Iya, ganti di sini aja."
"Aku mau berganti pakaian di kamar mandi."
"Kenapa? Apa kamu malu?"
Dengan gerakan pelan, Fiona mengangguk.
"Kenapa harus malu? Aku bahkan sudah melihatnya, bukan hanya sekali, tapi berkali-kali," ucap Ethan dengan santainya.
Fiona melotot.
Ekspresi wajah Fiona mengundang tawa Ethan.
"Kenapa tertawa? Apa ada yang lucu?"
"Ada, dan itu mimik wajah kamu," jawab Ethan sambil menunjuk wajah Fiona.
"Ganti di sini, atau kita tidak akan keluar dari kapal!"
Ancaman Ethan membuat Fiona takut. Fiona akhirnya mengangguk, setuju untuk berganti pakaian di dalam ruangan yang sama dengan Ethan.
Ethan melepas semua pakaian yang ia kenakan tepat di hadapan Fiona.
Fiona melotot, tak menyangka jika Ethan akan berganti pakaian tepat di hadapannya.
Sementara Ethan hanya tersenyum, lebih terpatnya menyeringai.
Untuk kesekian kalinya, Fiona melihat tubuh telanjang Ethan. Ya, ini memang bukan kali pertama Fiona melihat Ethan telanjang, tapi tetap saja, rasanya deg-degan. Fiona bahkan bisa merasakan jantungnya yang kini berdebar hebat.
Pandangan mata indah Fiona tertuju pada Ethan, lebih tepatnya pada tubuh Ethan yang kekar. Fiona ingin mengalihkan pandangannya ke tempat lain, namun ternyata matanya tidak mau di ajak kerja sama. Fiona menatap perut Ethan yang memiliki 6 roti sobek.
"s**t! Kenapa bentuk otot di perutnya sangat indah?" gumam Fiona dalam hati.
Semakin lama pandangan Fiona pun semakin turun menuju adik Ethan.
"Masih tidur aja udah besar." Fiona tidak sadar jika kalimat tersebut di ucapkan secara langsung, bukan diucapkan di dalam hati.
Ucapan Fiona di dengar oleh Ethan.
Ethan pun tak kuasa menahan tawanya begitu mendengar kejujuran Fiona. Ucapan Fiona membuat Ethan merasa bangga, bangga karena memiliki adik yang tidak kecil.
Tawa Ethan mengejutkan Fiona. Fiona menatap bingung Ethan. "Kenapa tertawa?"
"Terima kasih karena sudah berkata dengan jujur," ucap Ethan sambil mengedipkan mata kanannya.
Kening Fiona berkerut. "Jujur? Jujur tentang apa?"
"Tentu saja tentang adik aku yang meskipun saat ini sedang tertidur masih terlihat besar," jawab Ethan sambil menunjuk adiknya.
Fiona melotot, benar-benar shock saat mendengar jawaban Ethan.
"Ya Tuhan, tolong bawa aku pergi dari sini!" Teriak Fiona dalam hati. Fiona benar-benar malu sampai rasanya ingin sekali pergi dari hadapan Ethan.
"Fiona, sebaiknya kamu segera berganti pakaian, karena jika sampai adik aku bangun, maka rencana kita untuk berenang akan gagal total."
"Ok, aku akan segera berganti pakaian." Fiona menyahut cepat, tahu betul apa arti dari ucapan Ethan. Fiona membelakangi Ethan, denga cepat mengganti pakaiannya.
Bukannya kembali melanjutkan aktivitasnya, Ethan malah menatap lekat Fiona yang saat ini sedang berganti pakaian tepat di hadapannya. Senyum di wajah Ethan merekah saat melihat ada banyak sekali kissmark di tubuh begaian belakang Fiona.
Ethan bersiul, menggoda Fiona. "Kamu tahu, kamu sangat seksi, Fiona."
Blush...
Pujian yang Ethan berikan membuat wajah Fiona seketika merah merona.
Fiona tidak menanggapi ucapan Ethan.
"Apa kamu sudah selesai, Ethan?" Fiona tidak akan berbalik menghadap Ethan jika Ethan belum selesai berganti pakaian.
"Sudah." Ethan tahu kalau Fiona tidak akan berbalik menghadap ke arahnya jika ia mengatakan jika ia belum selesai, oleh karena itulah Ethan berbohong dengan mengatakan jika ia sudah berganti pakaian, padahal sebenarnya belum.
Fiona berbalik menghadap Ethan, tak bisa menutupi keterkejutannya begitu tahu kalau Ethan masih telanjang bulat.
"Kenapa belum berganti pakaian? Kamu enggak mau berenang? Kalau kamu enggak mau, aku akan pergi sendiri." Fiona tidak memberi Ethan kesempatan untuk menjawab pertanyaannya.
Ethan menghalangi langkah Fiona yang akan keluar dari kamar. "Kamu duduk dulu, aku akan segera memakai baju renang aku."
"Ok." Fiona pun duduk di pinggir tempat tidur.
"Tapi bukankah akan jauh lebih baik jika aku berenang tanpa memakai pakaian renang?"
Pertanyaan Ethan membuat Fiona yang baru saja meminum air tersedak.
Ethan akan mendekati Fiona, tapi Fiona melarang Ethan mendekatinya.
"Kamu baik-baik saja, Fiona?" Ethan terlihat sekali sangat khawatir begitu melihat Fiona yang kesakitan.
"Aku baik-baik saja, Ethan. Kalau kamu memang tidak mau memakai pakaian renang ya sudah tidak apa-apa." Fiona sudah tidak sabar ingin segera pergi keluar dari kamar, jadi lebih baik Fiona tidak terus mendebat Ethan.
"Aku hanya akan memakai celananya saja."
"Cepatlah," ucap Fiona tidak sabaran.
Tanpa sadar, Fiona membayangkan tubuh kekar Ethan berada di atasnya, lalu kedua tangan kekar Ethan menjelajahi setiap inchi tubuhnya, membelainya dengan pemujaan.
"Hentikan, Fiona!" Peringat Fiona pada dirinya sendiri.
"Apa yang harus dihentikan, Fiona?" Ternyata Ethan mendengar gumaman Fiona.
Dengan cepat Fiona menggeleng. "Tidak ada," jawabnya sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Yakin?"
Fiona hanya mengangguk.
Tak lama kemudian, Ethan selesai memakai celana renangnya.
"Ayo kita berenang." Ethan mengulurkan tangan kanannya, dan Fiona dengan senang menerima uluran tangan tersebut.
Keduanya keluar dari kamar, lalu mencari tempat yang pas untuk meluncur ke dalam laut.
Ethan terlebih dahulu menyeburkan dirinya ke dalam laut, setelah itu barulah Fiona menyusul Ethan. Ethan berenang mendekati Fiona yang sengaja berenang jauh dari Ethan.
Fiona menghindar, tidak mau Ethan mendekatinya, tapi Ethan berhasil mengejar Fiona.
Kemampuan berenang Ethan membuat Fiona benar-benar kagum.
Fiona tertawa, dan mencoba lepas dari Ethan.
Sayangnya Ethan tidak mau melepaskan Fiona.
"Kamu tahu apa yang saat ini ada dalam pikiran aku?" Ethan menatap lekat mata Fiona.
Fiona menggeleng, karena Fiona memang tidak tahu, apa yang saat ini ada dalam pikiran Ethan.
Fiona mengalungkan kedua tangannya pada leher Ethan, meremas rambut basah Ethan menggunakan tangan kanannya. "Apa yang saat ini kamu pikirkan Ethan?"
Ethan mengecup bibir ranum Fiona. "Aku mau kita bercinta sekarang juga!"
Jawaban Ethan mengejutkan Fiona. "Di sini?"
"Iya." Ethan mendorong pinggu Fiona, memberi tahu Fiona jika saat ini miliknya sudah sangat tegang.
"Kenapa sekarang adik kamu bangun?" Fiona menatap bingung Ethan.
Fiona Tentu saja bingung, karena beberapa menit yang lalu, adik Ethan masih tidur.
"Ini salah kamu."
"Salah aku?" tanya Fiona sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, ini semua salah kamu."
"Aku salah apa?" Ucapan Ethan membuat Fiona bingung. Fiona seketika berpikir, kesalahan apa yang sudah ia lakukan sampai membuat adik Ethan terbangun?
Ethan tahu kalau ucapannya membuat Fiona bingung, dan sekarang Fiona sedang memikirkannya.
"Bagaimana? Apa kamu sudah tahu apa jawabannya?"
"Aku tidak tahu di mana letak kesalahan aku."
Ethan terkekeh, merasa gemas saat melihat betapa bingungnya Fiona saat ini.
Fiona memukul bahu Ethan, kesal karena Ethan malah mentertawakannya. "Jadi, apa salah aku?" tanyanya ketus.
"Dia hanya bangun saat berada di dekat kamu, Fiona."
Sekarang giliran Fiona yang tertawa. "Benarkah?"
"Iya."
"Baiklah kalau begitu." Fiona melepas pelukan Ethan dari pinggangnya, dan Ethan membiarkannya.
"Kita harus tetap berjauhan supaya adik kamu tidak bangun, Ethan." Setelah mengatakan kalimat tersebut, Fiona berenang menjauhi Ethan.
Ethan melotot, tak menyangka jika Fiona akan pergi meninggalkannya. Ethan menyusul Fiona yang sudah berenang menjauh.
Ethan sudah memikirkan apa yang akan ia lakukan pada Fiona jika ia berhasil menangkapnya.
Ethan akan mewujudkan semua fantasi liar yang saat ini memenuhi pikirannya. Ethan akan mengajak Fiona bercinta di setiap penjuru kapal pesiar.
Ethan yakin jika Fiona tidak akan menolaknya, bahkan mungkin Fiona juga memiliki fantasi liar.