01 - Permohonan Romanov.
Bunyi pelatuk yang ditarik berhasil membangunkan seorang pria paruh baya dari tidurnya.
Begitu kelopak matanya terbuka, pria paruh baya tersebut sadar kalau moncong pistol yang pelatuknya tadi ditarik berada tepat di depan keningnya.
“Mr Romanov, jangan mencoba untuk merebut pistol dalam genggaman tangan saya, karena pistol tersebut hanya bisa berfungsi jika saya yang menggunakannya.” Pria yang menodongkan pistol ke kening Romanov sontak memberi peringatan agar sang lawan tidak mencoba melakukan perlawanan.
“Biometrik, huh?” tanya Romanov sambil terkekeh.
Pria tersebut tidak menjawab pertanyaan Romanov.
“Tenang saja, saya tidak akan merebut pistolnya.” Romanov tentu tahu tentang teknologi tersebut, karena ia juga memiliki pistol yang sama.
Jika pistol tersebut menggunakan sensor mikrodermal yang dikodekan langsung ke sidik jari pemiliknya, maka Romanov tidak akan bisa menggunakan pistol tersebut sekalipun berhasil merebutnya.
Lagipula, jika seandainya pistol tersebut tidak menggunakan sidik jari, Romanov juga sama sekali tidak berniat untuk merebutnya. Percuma saja merebutnya, dirinya kalah jumlah. Sekarang di dalam kamarnya ada banyak sekali orang bersenjata lengkap, bahkan tak sedikit pula yang menggunakan senjata laras panjang. Romanov yakin, pasti sudah ada banyak sekali penembak jitu di luar mansionnya, yang siap menebaknya jika sampai terjadi sesuatu diluar kendali.
“Anda sama sekali tidak terlihat takut, Mr Romanov?” Raut wajah Romanov terlihat santai. Romanov sama sekali tidak terlihat ketakutan atau tegang, dan itu mengusiknya sekaligus membuatnya kesal.
Romanov hanya tersenyum tipis, tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan tersebut.
“Apa ada yang ingin kamu tanyakan kepada saya, anak muda?” Atensi Romanov kembali tertuju pada pria di hadapannya, setelah sebelumnya sibuk mengamati apa yang terjadi di sekitarnya.
Pria tersebut semakin menekan ujung moncong dari pistolnya pada kening Romanov, menandakan kalau pertanyaan dari Romanov berhasil memancing emosinya, membuatnya ingin segera menghabisi nyawa pria paruh baya tersebut.
“Apa alasan Anda membunuh orang tua saya, Mr Romanov?”
“Bunuh saya terlebih dahulu, setelah itu cari tahulah alasan kenapa saya membunuh Mr Harry, Ethan.” Romanov menjawab tenang.
Ethan terkesiap, tak menyangka kalau pria paruh baya yang sudah membunuh kedua orang tuanya itu ternyata mengetahui namanya. Ethan jadi bertanya-tanya, sejauh mana Romanov mengetahui tentang jati dirinya yang sebenarnya?
“Mr Romanov, Anda membunuh Ayah dan Ibu saya.” Ethan meralat ucapan Romanov yang tadi hanya menyebut nama mendiang Ayahnya.
“Bunuh saya terlebih dahulu agar kamu tahu alasan kenapa saya membunuh kedua orang tua kamu, Ethan.” Romanov meralat ucapannya.
“Dari mana Anda tahu nama asli saya? Apa Anda memata-matai saya, Mr Romanov?” Desis Ethan dengan tatapan mata yang semakin menajam, bahkan kini urat-urat si lehernya terlihat jelas.
“Ethan, sebelum kamu membunuh saya, saya ingin mengajukan sebuah permintaan.” Romanov tidak menjawab pertanyaan Ethan, dan Ethan sama sekali tidak kesal karena Ethan sudah tahu apa jawabannya.
Romanov berbicara menggunakan bahasa Spanyol, dan di dalam ruangan tersebut, hanya Romanov dan Ethanlah yang bisa menggunakan bahasa Spanyol.
“Katakanlah.” Ethan ingin tahu apa permintaan Romanov.
Raut wajah Romanov berubah menjadi sendu. “Tolong ... tolong jangan bunuh putri saya, Patricia.”
Ethan sontak tertawa begitu mendengar permintaan Romanov.
Apa katanya? Jangan membunuh putrinya? Ck! Padahal ia berniat membunuh putri Romanov tepat di hadapan pria itu, sama seperti apa yang sebelumnya sudah Romanov lakukan padanya, membunuh kedua orang tuanya tepat di depan mata kepalanya sendiri.
Cara Romanov membunuh kedua orang tuanya memang tidaklah sadis, tapi kejadian tersebut membekas dalam ingatan Ethan, dan mungkin, sampai selamanya, Ethan tidak akan pernah bisa melupakan kejadian tersebut. “Mr Romanov, Anda telah membunuh banyak sekali nyawa orang tak berdosa. Pasti di antara banyaknya orang yang sudah Anda bunuh, ada orang yang mengemis, memohon agar anggota keluarganya tidak Anda bunuh. Apa Anda pernah mengabulkan permohonan mereka?”
“Tentu saja saya pernah mengabulkan permohonan mereka untuk tidak membunuh anggota keluarganya yang lain.” Romanov tersenyum misterius.
“Apakah Anda pikir saya akan percaya pada Anda?”
“Tidak, tapi itu sama sekali tidak masalah. Kamu mau percaya atau tidak dengan ucapan saya, itu terserah kamu, Ethan.”
Ethan diam.
“Apa kamu bisa mengabulkan permintaan saya, Ethan?” Romanov menatap lekat mata Ethan.
“Beri saya alasan kuat kenapa saya tidak boleh membunuh putri Anda, Mr Romanov. Mungkin jika alasannya bagus, maka saya tidak akan membunuh putri Anda, tapi jika alasan Anda sama sekali tidak membuat saya terkesan, saya akan tetap membunuhnya, tepat di depan mata Anda.”
Romanov tersenyum simpul. “Patricia, dia ingin menjadi seorang Dokter yang menyelamatkan banyak sekali nyawa.”
Ethan kembali diam, menunggu kelanjutan dari ucapan Romanov.
“Saya sudah membunuh banyak sekali nyawa orang tak berdosa, karena itulah saya mohon, sebagai gantinya, biarkan Patricia hidup demi menebus semua kesalahan dan dosa yang sudah saya lakukan. Saya membunuh, dan sebagai gantinya, Patricia akan menyelamatkan banyak sekali nyawa dengan profesinya sebagai seorang Dokter.”
Ethan tidak bisa berbohong, dirinya sangat terkesan sekaligus tersentuh begitu mendengar ucapan Romanov yang terdengar sekali sangat tulus.
Ethan menatap lekat mata pria paruh baya di hadapannya, yang juga membalas tatapan matanya dengan tak kalah lekat. “Apa Anda yakin kalau putri Anda tidak akan menjadi seorang psikopat seperti, Anda? Ingatlah Mr Romanov, darah Anda mengalir deras dalam tubuhnya.”
“Asal kamu tahu Ethan, Patricia sama sekali tidak tahu kalau Ayahnya adalah seorang psikopat dan juga mafia yang dengan sadis sudah membunuh banyak sekali nyawa orang tak bersalah juga berdosa. Patricia, dia tumbuh dengan baik, Ethan. Karena itulah, saya mohon, jangan membunuhnya. Tolong biarkan dia hidup, dan meraih cita-citanya sebagai seorang Dokter.”
Tanpa sadar, Ethan melamun, memikirkan semua ucapan Romanov.
“Saya ingin agar Patricia berada dalam pengawasan kamu, Ethan.” Ucapan Romanov membuat Ethan tersadar dari lamunannya.
“Kenapa? Apa tidak cukup dengan membiarkannya hidup? Kenapa saya juga harus mengawasinya?” Ethan berdecak sebal.
“Itu tidak akan cukup,” sahut Romanov dengan raut wajah serius. “Ubahlah identitasnya, agar tidak ada yang tahu kalau Patricia adalah anak saya,” lanjutnya penuh keseriusan.
Sebenarnya selama ini, Patricia hidup dalam perasingan, hanya beberapa orang terdekat Romanov yang tahu kalau Patricia adalah anaknya, darah dagingnya. Tapi, Romanov tidak ingin mengambil resiko, jadi lebih baik, identitas Patricia berubah, bila perlu untuk selama-lamanya.
“Baiklah, saya tidak akan membunuh putri Anda, dan Patricia akan berada dalam pengawasan ketat saya, Mr Romanov.” Tanpa pikir panjang, Ethan menyetujui saran Romanov.
“Terima kasih, Ethan. Terima kasih.” Romanov mengucapkan kalimat tersebut dengan tulus dibarengi seulas senyum tipis yang menghiasi wajah rentanya.
“Tapi saya tidak akan segan-segan untuk membunuh Patricia jika saya melihat gelagat mencurigakan darinya.” Meskipun Romanov mengatakan kalau Patricia tidak tahu jika Ayahnya adalah seorang psikopat sekaligus mafia yang sangat kejam, tapi tetap saja, kemungkinan Patricia akan mengikuti jejak Romanov menjadi seorang psikopat tetaplah ada, darah Romanov mengalir deras dalam tubuh Patricia. Kemungkinannya memang tidak besar, tapi juga tidak kecil.
“Lakukanlah, Ethan. Mulai sekarang, Patricia sepenuhnya menjadi tanggung jawab kamu.” Romanov lantas memejamkan matanya, menunggu peluru dari pistol Ethan mengambil nyawanya.
“Selamat tinggal, Mr Romanov,” lirih Ethan sesaat sebelum menekan pelatuk.
“Dor! Dor! Dor!” Total ada 3 peluru bersarang di tubuh Romanov. 1 peluru bersarang di kening, dan 2 peluru lainnya bersarang di jantung, membuat pria paruh baya tersebut langsung tewas seketika.
“Bakar mansionnya!” Perintah Ethan pada para bawahnya.
“Siap, Big Boss!” Para bawahan Ethan menyahut dengan kompak.
Ethan keluar dari kamar Romanov, dan bergegas pergi menuju kamar Patricia.
Janji adalah janji, jadi Ethan akan menepati janjinya pada Romanov, untuk tidak membunuh Patricia. Tapi jika Patricia mulai mengikuti jejak Romanov, maka Ethan juga tidak akan segan-segan untuk membunuh Patricia. Sesuai dengan permintaan Romanov, Ethan juga akan mengubah identitas Patricia, memastikan kalau tidak ada yang tahu kalau Patricia adalah putri dari psikopat dan mafia kejam yang baru saja ia bunuh.
Ethan memasuki kamar Patricia, dan gadis itu masih tertidur pulas, sama sekali tidak terganggu dengan suara nyaring dari pistol yang sekarang saling bersahut-sahutan.
Adu tembak antara anak buah Ethan dengan anak buah Romanov sedang berlangsung.
Patricia tidak akan bangun, karena Livy, salah satu bawahan Ethan sudah membius Patricia.
“Ethan, ku mohon, jangan membunuhnya.” Livy segera menghampiri Ethan, terus memohon agar Ethan tidak membunuh Patricia.
Livy merasa tidak tega melihat anak tidak berdosa tersebut ikut menerima akibat dari perbuatan kejam Ayahnya, menurut Livy, Patricia sama sekali tidak bersalah.
“Cantik,” puji Ethan tanpa sadar.
“Dia memang cantik, cantik sekali. Jadi aku mohon, jangan membunuhnya, ya.” Livy menatap Romanov dengan raut wajah memelas.
Ethan mengalihkan atensinya pada Livy. “Kamu tidak ingin aku membunuhnya?”
“Iya, jangan membunuhnya, Ethan.”
“Baiklah, aku tidak akan membunuhnya.”
Jawaban Ethan membuat Livy tercengang.
“Kamu tidak akan membunuhnya?” Livy menatap Ethan dengan mata melotot.
“Kamu ingin aku membunuhnya?” Bukannya menjawab pertanyaan Livy, Ethan malah balik bertanya dengan raut wajah datar.
Dengan cepat Livy menggeleng. “Tidak! Aku mohon, jangan membunuhnya, Ethan.”
“Ya sudah, aku tidak akan membunuhnya.” Ethan menyahut ketus.
“Kamu serius, Ethan?”
“Tentu saja aku serius.”
Livy bersorak kegirangan, senang karena Ethan tidak akan membunuh Patricia.
“Tapi kau harus menjaganya, Livy.”
Livy menoleh pada Ethan yang juga sedang menatapnya. “Maksudnya?”
“Hiduplah normal, tinggalkan pekerjaan menyebalkan ini.” Ethan mengusap penuh kasih sayang kepala Livy.
“Baiklah, aku akan hidup normal bersama Patricia.” Sudah sejak lama Livy ingin lepas dari pekerjaannya sebagai agen lapangan, dan sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat.
“Aku akan menggendongnya, jadi sebaiknya kamu masuk ke dalam mobil terlebih dahulu.” Ethan menghampiri Patricia.
Livy tidak menuruti perintah Ethan. Livy malah mendekati Ethan yang sudah berada di dekat Patricia.
Ethan berdecak, menatap jengah Livy. “Astaga Livy! Apa kamu tidak percaya padaku?”
“Awas saja! Jika kamu membunuhnya, maka aku sendiri yang akan membunuhmu!” Ancam Livy sungguh-sungguh.
Ethan tidak menanggapi ucapan Livy. Ethan segera menggendong Patricia keluar dari kamarnya, di ikuti Livy yang berjalan tepat di belakangnya.
Pada akhirnya, mereka berdua pergi menuju mobil secara bersamaan.
Ethan, Livy, dan Patricia sudah berada di dalam mobil yang sama, mobil milik Ethan. Mobil tersebut terpakir tak jauh dari mansion yang mulai di lalap si jago merah.
Ethan duduk di kursi kemudi, sedangkan Patricia duduk di samping Ethan, dan Livy berada di balik kursi yang Patricia duduki.
“Apa kita tidak pergi saja?” Livy ingin segera pergi, telinganya sakit begitu mendengar suara tembakan yang saling bersahut-sahutan.
Ini bukanlah kali pertama Livy turun langsung ke lapangan, tapi tetap saja, wanita itu tidak terbiasa mendengar suara tembakan.
“Kita tidak akan pergi sebelum memastikan kalau orang dari pihak Mr Romanov tidak ada yang tersisa.” Ethan menyahut santai.
“Baiklah.” Livy menyahut pasrah.
20 menit kemudian, Eden, salah satu tangan kanan Ethan memberi laporan, mengatakan pada Ethan kalau tidak ada satupun orang dari pihak Romanov yang hidup. Mereka semua dipastikan sudah tidak bernyawa lagi, hangus terbakar bersama dengan mansion Romanov.
“Ethan, ayo jalankan mobilnya!”
“Dasar cerewet,” gerutu Ethan sambil melajukan mobilnya menuju gerbang mansion yang jaraknya cukup jauh.
“Eungh....” Patricia akhirnya tersadar, dan sadarnya Patricia sama sekali tidak membuat Ethan panik, lain halnya dengan Livy yang luar biasa panik.
“Hai, Patricia,” sapa Ethan sambil memberi senyum penuh misteri pada Patricia yang saat ini menatapnya dengan raut wajah ketakutan.
Patricia tidak membalas sapaan Ethan. Patricia memegang kepalanya yang terasa sakit, dan mencoba untuk mendapatkan seluruh kesadarannya.
Wanita berusia 20 tahun tersebut sontak mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah, mencoba mencari tahu di mana dirinya berada. Seingatnya, tadi ia sudah tidur di kamarnya.
“Mobil? Kenapa aku berada di dalam mobil?” gumam Patricia sambil mengamati jalan di sekitarnya.
Patricia sadar kalau jalan dari mobil yang ia tumpangi adalah jalan keluar dari mansion orang tuanya. Patricia menoleh ke belakang, saat itulah ia melihat asap tebal membumbung tinggi dan langit berubah menjadi orange.
“Ayah!” Teriak Patricia begitu sadar kalau asap tebal tersebut berasal mansion milik orang tuanya yang terbakar.
Apinya begitu besar, bahkan asap tebal warna hitam membumbung dengan tingginya, membuat Patricia ketakutan.
“Di mana Ayahnya? Apa Ayahnya baik-baik saja?” Itulah pertanyaan yang saat ini ada dalam pikiran Patricia.
“Mr Romanov sudah meninggal, Patricia. Maaf karena kami tidak bisa menyelamatkannya.” Livy akhirnya bersuara ketika tahu kalau Ethan tidak akan mengatakan apapun.
“Tidak! Tidak! Kalian semua pasti berbohong!” Patricia berteriak histeris. “Aku ingin pergi melihatnya sendiri. Tolong putar balik mobilnya!” pinta Patricia pada Ethan.
Ethan jelas tidak akan mengabulkan permintaan Patricia, dan Livy tahu itu.
“Maaf, Patricia,” gumam Livy sambil menempelkan sapu tangan yang sudah ia beri obat bius tepat di hidung Patricia. Patricia sempat memberontak, tapi tenaga Livy jauh lebih kuat.
Patricia merasa tubuhnya melemah, sampai akhirnya ia merasa matanya memberat dan semuanya berubah menjadi gelap gulita.
Livy terus meminta maaf, jauh dalam lubuk hatinya merasa sangat sedih begitu melihat betapa takut, panik, serta khawatirnya Patricia pada Ayahnya, Romanov.
“Semuanya pasti akan baik-baik saja,” gumam Livy sambil menghela nafas panjang.
“Tenanglah Livy, mulai sekarang, semuanya akan baik-baik saja.” Ethan menyahut tegas.
Livy yang sejak tadi menatap Patricia segera mengalihkan pandangannya pada Ethan. “Ethan, bagaimana perasaan kamu sekarang? Apa kamu merasa lega karena sudah berhasil membunuh Mr Romanov?”
“Sedikit lega,” jawab Ethan penuh kebohongan.
Seharusnya Ethan merasa lega setelah berhasil membunuh Romanov, membalas dendam atas kematian kedua orang tuanya, tapi entah kenapa, jauh dari dalam lubuk hatinya yang terdalam, Ethan merasa gelisah, dan Ethan tidak tahu apa alasannya. Apa karena dirinya tidak membunuh Patricia? Entahlah, Ethan sendiri tidak tahu.
“Tidak, ini tidak salah, ini semua benar,” gumam Ethan yang hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri. Ethan sedang meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang baru saja ia lakukan sama sekali tidak salah, apa yang ia lakukan sudah benar.