“Kau mau pergi ke mana?” tanya sang ayah ketika dia melihat anak lelakinya sudah bersiap dengan pakaian yang lengkap dengan beberapa peralatan yang biasa mereka bawa ke hutan untuk memburu hewan-hewan yang ada di hutan untuk dijadikan stok bahan makanan mereka untuk beberapa waktu.
“Mencari kelinci, mungkin jika beruntung aku akan menemukan seekor rusa.” Jawab Dalton sambil tertawa lebar, Dalton pun mulai berjalan meninggalkan rumah tapi ketika lelaki itu hendak membuka pintu, sang ibu yang juga ke luar dari dalam kamarnya kembali menghentikan anak lelakinya tersebut, dia kembali bertanya menggunakan nada bicara yang terdengar sangat khawatir.
“Aku hanya akan pergi sebentar, setelah itu aku akan kembali.”
“Kau yakin tidak akan masuk ke dalam hutan lebih jauh?” tanya sang ibu lagi.
“Aku berjanji tidak akan masuk lebih jauh ke dalam hutan. Aku hanya akan memasang jebakan dan melihatnya lagi besok.”
“Baiklah. Aku akan mengizinkanmu pergi tapi jangan lakukan apa pun selama kau memasang jebakan.” Sang ibu terus berucap dengan wajah yang benar-benar terlihat sangat khawatir. Dan karena kekhawatiran itu, Gail yang melihat bagaimana wajah sang istri yang terlihat seperti tidak bisa ditenangkan, lelaki berusia lima puluh satu tahun ini pun memutuskan untuk menemani anak lelakinya tersebut.
“Aku akan ikut denganmu.” Ucap si ayah yang berjalan cepat menuju ke kamarnya untuk mengambil jaket. Hanya saja, baru lelaki itu mencapai pintu kamar, langkahnya kembali terhenti karena Dalton yang tidak ingin jika lelaki itu ikut dengannya.
“Aku bisa melakukan ini sendirian. Jadi berhenti memperlakukanku seperti anak kecil, aku akan kembali setelah selesai.” Ucap Dalton sambil berlalu pergi, meninggalkan kedua orang tuanya yang masih terlihat sangat khawatir.
Setelah pergi dari rumahnya, Dalton Caldwell yang membawa beberapa peralatan yang biasa dirinya juga ayahnya gunakan untuk menjebak beberapa hewan di hutan hanya saja, biasanya dia membawa beberapa jebakan yang dirinya bawa bersama dengan sang ayah, dirinya bisa memasang beberapa jebakan sekaligus tapi, karena dirinya hanya akan pergi sendirian, Dalton hanya membawa dua jebakan yang bisa dirinya pasang di dua tempat yang berbeda. Yang meski pun dia tidak tahu apakah dengan jebakan itu akan bisa mendapatkan hewan-hewan di hutan hanya saja, setidaknya ia mencoba untuk memasang jebakan-jebakan itu untuk bisa mendapatkan persediaan daging untuk beberapa hari atau bahkan mungkin minggu ke depan.memang tidak terlalu jauh dari ladang dan peternakan milik keluarganya.
Dalton yang berjalan sedikit cepat, akhirnya tiba di dalam hutan yang jaraknya memang tidak terlalu jauh, membuat pemuda itu bisa mencapai hutan dengan waktu yang tidak terlalu lama. Di dalam sana, Dalton mulai mengikat rantai-rantai yang dia bawa, memasangkannya pada sebuah jebakan
Dia pasangkan pada jebakan-jebakan beruang yag dirinya miliki bahkan jebakan-jebakan itu juga dia pasang dengan beberapa makanan kesukaan rusa seperti beberapa buah wortel untuk bisa memancing rusa-rusa itu ke dalam jebakan untuk bisa dia dapatkan dan bisa dia manfaatkan dagingnya untuk persediaan mereka selama beberapa waktu ke depan.
Jalanan yang ada di hutan terasa sedikit licin karena lembab dan penuh lumut. Namun, karena Dalton yang sudah terlalu terbiasa dengan jalananan di hutan, dia bisa dengan mudah menangani hal tersebut dan hanya butuh tiga puluh menit, Dalton sudah bisa memasang dua jebakan yang dirinya bawa dari rumah juga menaruh beberapa buah wortel untuk menarik rusa-rusa yang dia yakin akan memakan wortel-wortel itu.
Selesai dengan pekerjaannya, Dalton yang sejenak melihat hutan yang benar0benar rapat. Tidak ada celah cahaya yang membuat hutan tersebut terlihat terang meski hanya dari celah-celah dahan pohon saja, membuat semua pemandangan yang ada di hadapannya benar-benar terasa sangat suram dan mengerikan, meski pun dia yakin ada banyak makhluk-makhluk hidup lainnya selain burung-burung yang saat ini suaranya terus terdengar menggema hingga ke seluruh sudut hutan hanya saja, Dalton yang merasa sedikit ketakutan karena suasana suram dan gelapnya hutan membuat bulu kuduknya merinding seketika, bahkan dirinya seperti merasa bahwa ada sepasang mata yang sedang memperhatikannya dari dahan-dahan pohon yang ada di sekitarnya, membuat Dalton meneguk ludahnya susah payah karena ketakutan hingga akhirnya pemuda ini langsung memilih untuk ke luar dari dalam hutan tersebut kemudian berdiri di sekitar perbatasan hutan, dan memilih untuk menenangkan dirinya di sebuah batu yang berada di sisi sungai.
Seumur hidupnya, dia tidak pernah merasa setakut itu seumur hidupnya karena, setiap kali dirinya dibawa masuk ke dalam hutan oleh sang ayah, dia tidak pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya. Dan baru kali ini dirinya merasa bahwa apa yang dirinya rasakan ketika berada di dalam hutan benar-benar tidak biasa dan menakutkan bahkan untuk dirinya sendiri.
Sambil mengatur napasnya yang terasa tidak beraturan hanya untuk sesuatu yang tidak bisa, Dalton memilih untuk duduk di batu sambil mengingat kejadian beberapa hari lalu, ketika dia melihat seseorang yang dengan berani masuk ke dalam hutan itu tanpa memikirkan apakah itu siang atau malam, berlari sangat cepat dan menembus kegelapan seperti sepasang matanya memang bisa melihat dengan jelas semua kegelapan itu tanpa bantuan apa pun. Dan hingga detik ini, Dalton sama sekali tidak tahu apa dan siapa orang itu, dengan tujuan apa hingga dia bisa berani masuk ke dalam hutan yang dia dan ayahnya yakin bahwa di sana masih ada banyak hewan buas dengan ancaman mematikan lebih dari apa pun.
Saat sedang melamunkan sosok yang dia lihat beberapa hari lalu itu, sebuah suara memanggil namanya dengan penuh semangat, awalnya terdengar sangat pelan tapi lama kelamaan suara itu terdengar semakin dekat dan mengarah kepadanya.
“Dalton!” panggil seorang wanita pada Dalton yang sedang duduk sendirian di sebuah batu besar tepi sungai.
Dalton melihat ke arah suara yang memanggil namanya, dengan sedikit memicingkan mata, Dalton tidak menyangka bahwa diriny harus bertemu dengan seorang yang cukup lama tidak dia lihat. Itu Reese, temannya. Dengan wajah yang sangat senang, Dalton pun berdiri dan mulai berjalan untuk bisa menghampiri gadis yang usianya tidak jauh berbeda dengannya itu. Kemudian mereka berpelukan.
“Reese!” sahut Dalton tak kalah hebohnya dengan suara suara wanita yang dia panggil Reese tersebut.
“Kapan kau kembali kemari?” tanya Dalton dengan wajah yang terlihat sangat senang. “Dari mana kau tahu aku ada di sini dan kapan kau kembali?” tanyanya beruntun.
“Adikmu yang memberitahuku kalau kau ada di sini jadi, aku pergi kemari dan karena kau terlalu sibuk bermain, kau tidak tahu kapan aku kembali.” Ucap wanita berambut pendek dengan pakaian yang lebih terlihat seperti lelaki daripada seorang perempuan. Walau pun harus diakui bahwa wajah Reese Wyne adalah wajah yang benar-benar cantik tapi karena penampilannya yang jauh lebih seperti seorang lelaki, membuat kecantikan itu seolah menghilang.
Diejek seperti itu oleh Reese, Dalton hanya bisa terkekeh. “Musim dingin akan segera datang tapi aku belum mendapatkan cukup uang untuk melewatinya.” Jawab Dalton masih sambil tersenyum kemudian berjalan sedikit menjauh dan kembali duduk ke sebuah batu besar yang berada di sisi sungai.
Yang dilakukan oleh Dalton hari itu memang tidak biasanya. Karena setelah musim dingin datang, seharusnya dia tidak pergi ke tepi sungai hanya untuk menikmati pemandangan pinggir sungai yang tepat di seberangnya adalah hamparan perbukitan yang terlihat cukup luas dengan daun-daun yang terlihat disepuh oleh warna merah dan oranye juga pepohonan kering yang benar-benar terlihat masih kokoh walau pun akan menghadapi musim dingin panjang yang ‘melelahkan’.
Reese melirik ke arah Dalton yang sudah kembali duduk dan sedang menikmati pemandangan sambil tenggelam dalam pikirannya sendiri.
“Kau akan ikut pergi bekerja ke rumah bangsawan saat musim dingin nanti?” tanya Reese, seolah tahu jelas apa yang dipikirkan oleh Dalton saat ini.
Sambil mendengkus, Dalton pun mengangguk. Seolah, pemuda itu memang tidak memiliki pilihan lain untuk dia lakukan. “Aku harus mendapatkan uang.” Jawab Dalton yang tidak tahu apa yang bisa dirinya lakukan selain bekerja pada para orang kaya dan mendapatkan uang untuk bertahan hidup selama musim dingin berlangsung.”
Reese yang mendengarnya hanya bisa mengangguk, gadis berambut pendek itu pun memilih untuk ikut duduk di atas batu yang lebih kecil dari batu-batu yang saat itu diduduki oleh Dalton. Sambil memainkan beberapa kerikil kecil yang dia pungut di antara bebatuan yang ada di bawah kakinya kemudian melemparkan kerikil-kerikil itu ke dalam sungai yang mengalir hingga sempat terbawa arus sejenak kemudian tenggelam.
“Memang kondisi kita saat ini sedang sangat sulit. Hasil panen tidak bagus dan semua bahan pangan menjadi sangat mahal, terlebih dengan s**u dan daging.”
“Aku baru saja memasang jebakan kelinci tadi, apa kau mau ikut aku untuk melihat hasilnya nanti?”
“Kau sudah mulai berburu?”
“Aku melakukannya saat aku sedang tidak memiliki pekerjaan apa pun.” jawab Dalton sambil tersenyum dan mulai berdiri dari batu yang sejak tadi dia duduki.