Tidak ingin ambil pusing dengan apa yang dirinya lihat, Reese memilih untuk mengajak Tidar untuk kembali berjalan menjauh dari jalanan itu, berpikir untuk pergi ke rumah Dalton dan mengobrol dengan sahabatnya tersebut. Hanya saja, baru selangkah Reese meninggalkan trmptnya berpijak, langit tiba-tiba saja berubah gelap dan suasana menjadi sangat sepi.
"Tidar ...?" Panggil Reese yang sudah tidak lagi melihat anjing peliharaannya berada di sekitar dirinya bahkan dirinya pun tidak menemukan ada siapa pun di sana, semuanya terasa seperti ruang kosong yang tida ada apa pun, kecuali suara gemericik air dari sungai yng tak jauh darinya.
"Tidar ...?" Pqnggil Reese lagi.
"Tidar jangan menakutiku! Keluar! Tidar!" Pekik Reese lagi. Hanya sja, seperti yang dirinya kira, Tidar memang tidak menyahut.
Reese melihat sekeliling, senuayanya kosong hanya gelap dan hutan yang membentang tak jauh dari mereka terlihat sangat pekat, hutan yang nyaris tidak pernah lagi dirinya datangi setelah beranjak dewasa, kecuali kemarin, ketika membantu Dalton mengangkut hasil buruannya pulang ke rumah.
Meneguk ludahnya. Itu yang bisa Reese lakukan ketika sepasang telinganya mulai mendengar suara-suara burung gagak yang saling bersahutan dari jauh. Terdengar sangat mengerikan tapi Reese tidak bisa berkata bahwa dirinya yakin jika itu adalah suara burung gagak. Itu malah lebih mirip seperti sebuah jeritan dan pekikan, jeritan yang benar-benar terdengar sangat memilukan, membuat Reese ketakutan tapi tidak mampu untuk bergerak meski hanya sejengkal pun.
“Tidar, kau di mana?” panggil Reese lagi dengan suara sedeikit gemetar. Namun, jangan Tidar, seekor hewan pun tidak ada yang menyahut pada panggilan yang Reese lakukan, hanya keheningan yang terdengar dan tidak ada hal apa pun yang terlihat kecuali kegelapan. Membuat gadis ini mulai panik dalam kesendirian.
Napas Reese mulai terdengar memburu, ketakutan membuatnya seperti tidak bisa berpikir jenih. Sepasang matanya melirik kanan dan kiri, hanya saja tidak ada hal apa pun yang bisa dia lihat kecuali kegelapan. Rumah-rumah milik warga yang berada tak jauh darinya pun tidak terlihat ada tanda-tanda kehidupan di sana, semuanya gelap dan seolah tidak berpenghuni.
Suara gemerisik dan langkah kaki terdengar di keheningan, memecah kesunyian dengan perlahan tapi pasti, suara itu mulai melangkah dan mencoba mendekat kepada Reese.
“Siapa?!” panggil Reese dengans uara sangat lantang, hingga suarana terdengar menggema dan memental ke semua penjuru sudut.
Hanya saja, pertanyaan itu tidak dijawab oleh siapa pun, Reese hanya terus mendengar bagaimana suara itu mencoba mendekat ke arahnya hanya saja gadis ini sama sekali tidak bisa melihat ada seseorang di sana, di sepanjang jarak pandangannya. Karena panik, Reese yang sudah mulai memperlihatkan keringat dingin mulai bergerak, mencoba untuk melarikan diri tapi sedikit kesulitan karena dirinya tidak tahu harus berari ke mana. Setiap arah pandangannya, setiap sudut matanya hanya menangkap keheningan dan gelap.
Reese mulai berlari dan sialnya, semakin dia berlari, semakin dia mendengar suara yang berusaha mengejarnya semakin mendekat ke arahnya seolah ingin menangkap Reese. Hanya saja, ketika Reese mencoba melihat ke ara belakang, dirinya sama sekali tidak menemukan apa pun, hanya suara derap langkah saja yang terdengar.
“Tidak! Pergi! Menjauh!” pwkik Reese terus menerus sambil berlari tanpa henti, melewati rumah-rumah warga seperti kesetanan hingga akhirnya gadis ini tersandung dan jatuh tersungkur.
Reese mengerang kesakitan, dia bisa merasakan lututnya lecet dan terasa sangat perih di balik celana yang dirinya kenakan. Hanya saja, karena ketakutan, Reese mencoba untuk langsung bangun ketika dirinya melihat ke arah belakang dan betapa terkejutnya gadis ini ketika dirinya melihat ada sesosok tinggi, kurus dan rambut acak-acakan sepinggang dengan kuku-kuku jari yang benar-benar terlihat mengerikan, berjalan cukup cepat mendekat ke arahnya.
Reese mencoba memohon dan meminta tolong. Hanya saja, tidak ada satu orang pun yang bisa mendengarkannya karena di sana, hanya ada Reese sendiri, rumah-rumah warga pun terlihat sangat kosong dan gelap, seperti tidak pernah aa penghunina selama bertahun-tahun lamanya, terlihat sangat mengerikan ketika di tengah kegelapan dan suasana mencekam itu suara burung gagak terus terdengar mendominasi, menambah kengerian yang saat ini gais dari keluarga Wyne ini rasakan.
Sepasang bola mata makhluk yang terlihat seperti nenek-nenek itu kosong, tidak ada bola mata satu pun di kedua soket mata makhluk itu hanya saja, meskipun tidak ada sepasang bola mata pada sepasang soket mata makluk yang menyerupai nenek-nenek itu, makhluk itu tetap saja dia bisa melihat dengan sangat baik dan berjalan tanpa sedikitpun tersandung atau pun terjatuh.
Ketakutan yang memenuhi dirinya membuat Reese sama sekali tidak bisa berkata-kata, suaranya seperti tercekak di tenggorokan, hanya kepalanya saja menggeleng dan berharap agar makhluk itu tidak mendekat lebih jauh ke arahnya. Namun, percuma. Seperti apa pun Reee berharap agar makhluk itu tidak mendekat, dia tetap mendekat dan kuku-kuku jarinya yang sangat panjang berhasil tertulur ke arah Reese dan menyenuth wajahnya.
Reese menangis ketika dirinya merasakan ujung kuku-kuku panjang berwarna hitam itu menyentuh kulit wajahnya. Bahunya bergetar saat makhluk yang entah apa itu mengulurkan tangannya yang lain dan kali ini tidak hanya membelai wajah reese tapi juga rambutnya. Tangis Reese semakin keras saat jari-jari dengan kuku-kuku panjang itu tidak lagi hanya membelai rambutnya atau menyentuh wajahnya tapi juga berusaha untuk mencekik lehernya menggunakan jari-jarinya yang mngerikan.
Semakin dirinya mencoba untuk menjerit, semakin kuat makhluk itu menelan dirinya hingga semakin lama suara Reese semakin tidak bisa keluar karena takut yang dirinya rasakan. Hanya saja air mata Reese terus turun dan tubuhnya gemetar sangat kuat.
“Tidak … tidak … mejauh dariku, tidak ….” Jerit Reese sambil terus berusaha menyingkir dari tempat itu dan dari bagaimana makhluk itu sudah menggenggam dirinya, membuat Reese semakin ketakutan bahkan dirinya tidak bisa melakukan apa pun dengan semua hal yang terjadi kepadanya saat ini.
Gigi-gigi makhluk itu terlihat sangat tajam dan tidak beraturan, rambutnya seperti ijuk dan terlihat sangat kasar ketika berhasil menyentuh kulit Reese. Tangis Reese semakin keras ketika kedua tangan makluk itu berhasil mencekiknya, membuat Reese tidak bisa berkutik akan tetapi, ketika dirinya berusaha untuk kembali menjerit, bahunya diguncangkan beberapa kali hingga suara teriakan dari suara yang sangat dia kenal.
“Reese! Reese!! Reese bangun!” pekik Gail Caldwell pada Reese yang terus menjerit-jerit ketakutan di tengah jalan dan jadi tontonan beberapa orang. sementara anjingnya Tidar, terus menggonggong panik saat majikannya yang tidak berhenti berteriak dan menjerit-jerit ketakutan.