BAB 10

1185 Kata
           Xue Mei Pov            Tin tin tin            Ku dengar suara pintu terbuka. Tapi kepalaku terlalu sakit untuk membuka kedua mataku. Tak lama kemdian ku dengar suara langkah kaki mendengat ke arahku. Siapa yang datang? Apa Yang Zhan? Kalau dia yang datang masa bodoh. Aku lebih baik tidur saja dah dari pada menanggapi ocehannya. Aku yakin dia pasti ingin mengoceh lagi padaku.            Eh? Tunggu!            Bukankah kemarin aku berada di luar bersama dengannya meminum-minuman keras hingga ia pingsang dan aku kembali diteror oleh orang itu. bukankah saat itu aku pingsang di gang sempit. Lalu di mana aku sekarang? Apa aku berada di gang sempit atau ada di kamarku?            Dengan cepat ku buka kedua mataku. Menatap sekelilingku dengan bingung. “Kapan aku kembali ke hotel?” batinku ragu.            “Yakk! Apa kau sudah bangun!” sebuah bentakan menyapaku tapi aku tak perduli. Aku masih menatap bingung dengan ke adaan sekitar. Kenapa aku biasa ada di sini?            Segera ku dudukkan tubuhku saat itu juga aku meringis pelan saat merasakan sakit pada tengkukku. Salah satu tanganku menggapai tengkukku yang sakit dan saat itu aku merasakan ada koyok.            Yang Zhan masih mengoceh padaku tapi aku mengabaikannya. Aku turun dari ranjang menuju cermin melihat tengkuku dan sesuai dugaan ada koyok. Siapa yang memasang koyok ini.            Yang Zhan mendekatiku. “Yakkk! Tega sekali kau mengabaikanku. Aku tanya kenapa kau  meninggalkanku? Kenapa kau tidak membawaku pulang? Apa kau benar-benar menganggapku sahabatmu?” ujar Yang Zhan.            Segera ku tatap dia. Aku sedikit merasa bersalah. “Maafkan aku ... aku tak bermaksud meninggalkanmu. Aku hanya takut orang-orang akan melihat kita minum-minum di sana. Kau pasti akan lebih kesulitan lagi.”            “Tapi, setidaknya kau harus membangunkanku. Eh? Tunggu kapan kau kembali ke hotel?” tanya Yang Zhan yang jelas tak bisa aku jelaskan. Aku juga bingung kapan aku pulang ke hotel.            “Dan juga sejak kapan kau rajin sekali membersihkan kamarmu? Apa kau menyewa pembantu?” seketika ku perhatikan sekelilinku sekali lagi. Dan benar kamarku bersih tak seperti saat aku meninggalkannya kemarin.            “Apa ada orang yang masuk ke kamarku kemarin saat aku tidak ada?”            “Hei. Kenapa kau diam saja? kenapa kau tak menjawab?”            Ku tatap Yang Zhan. “Maafkan aku. Tapi bisakah kau pergi dulu? Aku ingin sendiri hari ini.” segera ku dorong tubuhnya menuju pintu. Tapi ia kembali berbalik dan menatap ku serius.            “Tunggu kau harus melihat sesuatu.”            “Melihat apa?”            “Cek berita hari ini. Ada hal yang sangat membingungkan. Dan baca semua komentar-komentar.”            “Baiklah. Kau pulanglah dulu.”            Saat Yang Zhan telah menghilang di balik pintu segera ku ambil ponselku dan mengecek berita terbaru hari ini. dan saat itu juga aku tercengang melihat berita terbaru. Entah siapa yang membantuku, masalah skandal yang baru saja terjadi kemarin tiba-tiba saja terselesaikan. Bahkan polisi yang ada di sana ikut bicara bahwa itu aku tidak mengonsumsi n*****a. Tak hanya itu saat k*****a tiap-tiap komentar para netizen aku sedikit tersenyum-senyum. Salah satu dari netizen dengan nama “K” membelaku dengan matian-matian dan menyanjungku. Bahkan ia tak terkalahkan saat berdebat dengan haters ku. Dia bisa membungkamnya dengan mudah.            “Wahh. Kira-kira dia siapa?” ****            Untuk beberapa hari ini Yang Zhan memintaku untuk libur sejenak setelah scandal yang hampir saja merusak karirku  dan untuk menghilangkan kebosananku berdiam diri di hotel. Kuputuskan untuk membuat lagu terbaru untuk para pengemarku. Terutama untuknya. Sang pahlawan yang tak kutahu dia siapa dan entah di mana dia sekarang.            Sesekali jari-jariku bermain-main pada sinar gitar yang aku peluk saat ini. petikan sinar gitar kadang membutku tersenyum-senyum saat menulis lirik lagu untuknya. Membayangkan dirinya yang selalu menolongku saat berada dalam bahaya.  Kuharap lagu ini dapat tersampaikan padanya dan menemuiku. Aku ingin bertemu dengannya dan mengenalnya lebih dalam lagi.            Kuhirup dalam-dalam udara yang ada di sekitarku lalu memadang lagit biru yang terlihat sangat indah. Membayangkan wajahnya yang cantik dan imut. “Di mana kah kau sekarang? Kuharap kita bisa bertemu secepatnya, wahai sang pahlawanku.”            Ku tatap buku lirik yang baru saja aku tulis. “Aku harus beri judul apa yah?” batinku bingun.            Lama aku bengong sambil berpikir hingga sebuah ide terlintas di pikiranku. “Di manakah kau sang pahlawanku,” ujarku tanpa sadar. jari-jariku pun mulai menari di atas kertas lirik membuat sebuah coretan yang kuyakini dapat mempertemukanku dengannya. Ku tersenyum menatap hasil karya terbaruku dengan perasaan berbunga-bunga berharapa dapat bertemu dengannya secepatnya.            Aku bangkit dari posisiku lalu merenggangkan tubuhku yang pegal duduk berjam-jam di ruang kerjaku yang khusus aku buat di kamar hotelku. *****            Tak terasa tiga hari telah berlalu dan Yang Zhan sudah mengijinkanku untuk berkerja. Selama tiga hari ini tak hal menganjal yang membingunkan. Dan kejadian membingunkan lima hari yang lalu sudah aku lupakan dan tak akan memikirkannya lagi.            Hingga saat aku kembali dari kerja kudapati kamarku tak seperti biasanya. Barang-barangku tertata rapi padahal aku tak pernah meminta seseorang untuk membersihkan kamar yang aku tempati.            Saat itulah aku sangat yakin bahwa seseorang diam-diam masuk kekamar hotelku dan ada tiga kemungkinan siapa orang itu. yang pertama bisa jadi pengemar gila bernama Kiana yang masuk. Yang kedua bisa jadi seseorang yang terus meneroroku yang masuk. Ataukah yang ketiga yaitu ada kemungkinan Kiana dan sang peneror itu adalah orang sama.            “Sepertinya aku harus memasang CCTV di kamarku. Dengan begitu aku bisa melihat jelas siapa yang telah masuk.”            Ku ambil ponselku dan menghubungi Yang Zhan menejerku. Memintanya untuk membelikanku alat perekam. Awalnya ia bertenya mengapa aku meminta CCTV. Tapi aku tak mengatakannya, aku tak bisa memberitahukannya karena aku juga masih belum yakin dan tak ada bukti.            Dalam satu jam menejerku datang dengan alat yang aku minta. Segera ku panggil beberapa staf untuk memasang alat perekam tersebut di beberapa posisi terutama pada ranjangku. *****            Saat malam hari, aku berjaga semalaman berusaha untuk tidak tidur dan ingin melihat jelas siapa pelakunya. Namun sayangnya, hingga pukul dua subuh tak ada tanda-tanda bahwa ada seseorang yang masuk.            Hal ini jelas membuatku bingung. Apa aku telah salah? Apakah hanya halusinasiku yang mengatakan ada seseorang yang masuk.            Esok harinya aku kembali terjaga hingga pukul dua subuh dan tak ada yang masuk ke kamarku dan akhirnya meruntuhkan keyakinanku. “Sepertinya aku benar-bernar berhalusinasi,” batinku. Hingga tiga hari berturut-turut, tak ada hal aneh yang terjadi.            Tapi, setelah tiga hari itu, aku kembali mendapati kamarku bersih, seakan ada yang masuk. Namun, saat mengecek CCTV tak ada yang masuk.            Setelah satu minggu berlalu, aku terus merasa seseorang mengawasiku jadi aku memutuskan untuk  mengecek kesehatanku dan konsultasi pada psikiater karena aku merasa terus di awasi oleh seseorang.            Sang pesikiater mengatakan aku terlalu bekerja keras dan memimaku untuk beristirahat. Hingga tiga hari, aku terus menemui psikiater.            Tapi, Bertemu dengan psikiater tak membuatku tenang. Aku semakin tak bisa tidur dan terjaga hingga menjelang subuh. Akhirnya ku putuskan untuk meminum obat tidur. Aku butuh obat untuk menenangkanku.            Hingga suatu ketika, aku benar-benar melihatnya. Dia benar-benar masuk ke kamarku. Membersihkan kamarku tanpa izinku. Tapi saat mengecek CCTV aku tak menemukannya di manapun. Jadi kemungkinan dia mengetahui ada CCTV di kamarku dan bertidak dengan hati-hati agar tak tertangkap CCTV.            Dan malam ini, aku harus menangkapnya. Aku hanya perlu pura-pura tidur dan saat ia masuk aku harus menangkapnya. TBC  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN