BAB 6

1017 Kata
Xue Mei Pov            Ku baringkan tubuhku begitu saja di ranjang milikku. Kembali ku ingat-ingat wajah wanita itu. “Sepertinya aku pernah melihatnya,” batinku.            Tin tin tin            Segera ku dudukkan tubuhku saat mendengar pintu hotel ku terbuka. “Bagaimana dengannya? Apa kau sudah menyelidiki siapa gadis itu?” Tanyaku pada lelaki yang baru saja masuk. Dia adalah menerjerku yang selalu menangani hal-hal yang dapat mengancam karirku.            Dia bernama Yang Zhan. Dia masih sangat muda dua tahun di atasku. Aku dan dia selalu bersama sejak aku masih berada di bangku kuliah. Tak kusangka di terus berada di sisiku dan menjadi menejerku saat ini.            Kulihat Yang Zhan berjalan menuju lemari es yang tak jauh dari dapurku. Kulihat ia mengambil air es sama seperti biasanya.            Yang Zhan duduk di sebuah kursi dan menatapku. “Aku sudah mengeceknya dan dia berasal dari Indonesia. Dan dia adalah salah satu fansmu. Namanya Kiana, dia berasal dari keluarga yang sederhana di_”            “Sudahlah ... jangan di bahas lagi. Kau boleh pergi ... aku ingin tidur sejenak ...” ujarku menghentikannya membaca sebuah kertas mengenai identitas wanita itu.            “Baiklah ... dan jangan lupa hari ini kau masih punya jadwal ... jam delapan malam kau harus sudah siap. Aku akan menjemputmu ...”            “Emm. Kau tenang saja.”            Aku kembali membaringkat tubuhku saat kulihat Yang Zhan telah menghilang di balik pintu. “Ahh. Sungguh melelahkan ...” desahku.            Akhir-akhir banyak sekali masalah yang terjadi. Rasanya aku ingin berhenti menjadi artis. Tapi aku terlanjur terikat kontar lima tahun dengan perusahaan. Maka aku tak bisa lepas begitu saja.            Menjadi artis sangatlah tidak mudah. Ada banyak rintangan yang harus di lewati apa lagi saat berhadapan dengan para haters. Memikirkan Haters membuat kepalaku pening. Aku bangkit menuju lemari es ku untuk mengabil obat sakit kepala. Setelah meminum obat itu aku berjalan kembali ke ranjang. Dan saat itulah aku merasa menginjak sesuatu. “Apa itu ...” ku tatap tas yang tergeletak di lantai kamarku. “Apa dia yang menjatuhkannya?” segera ku ambil tasnya lalu membongkanya di atas ranjangku. Sikat gigi, sipstik, bedak, dompet dan ponsel. Tak ada mencurigakan dari benda-benda yang ada dalam tasnya. Tak ada benda tajam atau obat-obat terlarang seperti, n*****a atau racun misalnya. Itu artinya dia tidak memiliki rencana untuk melukaiku. Tapi untuk apa dia berada di kamarku? Apa dia betul-betul fensku? Segera ku ambil ponselnya. Saat membuka layarnya. Wajahku terpanpang di sana.  “Wahhh. Gila ... dia memajang wajahku di layarnya ponselnya.” Segera ku otak atik ponselnya untungnya ponselnya ia tak menguncinya dengan kata sandi jadi sangat mudah untuk mengotak atik ponselnya. Saat itulah aku menemukan banyak foto dan video. Entah dari mana dia dapatkan semua file ini. Bahkan video-video yang tak pernah tersebar di manapun juga ada di ponselnya. Semua aktifitasku semua ada.  “Wahhh. Dia benar-benar fens fanatik dan sudah sangat menggilaiku ... gawat! Aku harus menghindarinya ...” segera kuhapus semua isi ponselnya dengan wajah kesal lalu membaringkan tubuhku begitu saja. Aku sedikit tersenyum membayangkan wajah marahnya saat menyadari semua filenya sudah aku hapus. “Ha ha ha... rasakan ... ini akibatnya jika terlalu berlebihan menyukaiku ...” awalnya aku sedikit ragu mengapus semua filenya. Aku takut dia berhenti menjadi fansku. Tapi, tidak masalah. Kehilangan satu fans tidak apa-apa. Aku masih punya pengemar di luar sana. Kembali kubaringkan tubuhku dan menutup kedua mataku. ****            Di mana aku? kenapa sangat gelap di sini? ku tatap sekelilingku yang sangat sepi. Ini kan tempat aku di kejar oleh beberapa preman. “Dia di sana! Cepat kejar dia!” Segera ku berbali menatap asal suara tersebut.            Apakah aku sedang bermimpi? Aku mematung tak percaya dengan apa yang terjadi. Para preman itu berada di hadapanku saat ini. dan sedang berlari ke arahku. Ku cubit wajahku sejenak mengecek apakah aku sedang bermimpi atau tidak.            “Gawat!” pekikku panik. Segera aku berbalik dan berlari sekuat tenanga. Kenapa aku kembali ke tempat ini.            Tak jauh di hadapanku kulihat seorang gadis tengah berdiri di tengah jalan. “Aku tak bisa meninggalkannya. Aku takut preman itu melukai gadis itu, tak hanya itu dia juga bisa kujadikan sebuah trik untuk menghindar dari preman itu,” batinku. Segera ku tangkap tangan wanita itu kuat dang mengajaknya berlari bersamaku.            Kami berlari dan masuk ke sebuah lorong kecil saat wanita itu ingin memakiku. Segera ku bungkam mulutnya dengan bibirku. Sejenak kulirik para preman itu dan bernapas lega saat para preman itu pergi meninggalkan kami.            Saat kulepas ciumanku awalnya dia ingin memakiku. Tapi ia menghentikan ucapannya saat menyadari siapa aku. “Haaa ... dia pasti terpesona denganku,” batinku sangat senang.            “Xue Mei ...” aku semakin cengar-cengir dibuatnya. Dan saat aku melihat jelas wajahnya. Tubuhku mematung. “Tunggu! Dia kan! Bukankah dia Kiana? Fans fanatik yang masuk ke kamarku tanpa izin.”            Tieunnnng            “Arkhhh ... kepalaku sangat sakit ....” aku meringis sambil memegangi kepalaku yang sakit.            “Xue Mei ... apa kau tidak apa-apa?” tanya wanita itu tapi aku tak perduli. Aku hanya memikirkan rasa sakit yang menyerang kepalaku. Sangat sakit dan menyakitkan. Semua yang ada di sekitarku seakan berputar-putar dan segera ku tutup kedua mataku.            “Xue Mei ...”            “Xue Mei ...”            “Arghhhhh ...” aku mengarang cukup keras saat rasa sakit itu sangat kuat.            “Xue Mei. Apa kau tidak apa-apa?” seketika aku terbangun dengan deru napas yang mengebu-ngebu.  Kuremaas dadaku yang berdetak sangat kencang.            “Apa kau tidak apa-apa? sepertinya kau bermimpi buruk.” Segera ku tatap lelaki yang berbicara padaku. Lalu kembali memperhatikan sekelilingku.            “Aku sudah kemabali ke hotel. Jadi itu tadi benar-benar mimpi. Dan aku ketakutan karena memimpikan wanita itu. tapi, kenapa aku bisa mempikan wanita itu? apakah dia yang menyelamatkanku waktu itu?”            “Apa kau baik-baik saja?” tanya Yang Zhan sekali lagi padaku.            “Iya. Aku hanya bermimpi buruk.”            “Kau harus bersiap-siap untuk jadawalmu selanjutnya.”            “Apakah acara akan berlangsung sangat lama? Aku ingin menemui gadis itu.”            “Emmm. Sepertinya membutuhkan waktu yang lama. Dan juga untuk apa kau menemui wanita itu? besok saja kau menemuinya di kantor polisi.”            “Ahhh.  Baiklah ... aku akan menemuinya besok.”  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN