BAB 12

1188 Kata
           Xue Mei Pov            Kulangkahkan kakiku masuk ke dalam hotel dengan wajah kesal. Aku gagal menangkapnya. Sebenarnya siapa dia dan apa motifnya melakukan ini padaku? kenapa dia terus mengawasiku? Aku terus bertanya-tanya pada diriku sendiri. Hingga aku tiba di ranjangku segera ku jatuhkan tubuhku begitu saja.            Aksi kejar-kejaran tadi sungguh melelahkan, sayang aku tak membuahkan hasil. Sangat sial.            Tak lama kemudian, Yang Zhan pun masuk ke dalam kamarku dengan sedikit terburu-buru. “Ada apa?” tanyaku heran.            “Aku mendapatkannya. Rekamas saat kau di bawa olehnya kembali ke hotel.”            “Apa? benarkah!” pekikku senang.            Kejadian kemarin aku ceritakan yang Zhan bahwa seseorang yang membawaku kembali ke hotel dan  menyuruhnya untuk mencari rekaman CCTV. Hingga dua minggu berlalu dan akhirnya dia pun mendapatkan informasi.            Segera ku ambil flashdisk yang dia ulurkan padaku. Dengan cepat segera ku buka leptopku. Tak sabar melihat siapa yang membawaku kembali ke hotel waktu itu. Apakah meraka adalah orang sama yang masuk ke kamarku tiap malam? ataukah dia sang peneror itu.            saat kejadian itu, aku ingat aku menciur aroma yang wangi dan beranggapan bahwa dia adalah seorang wanita dan bisa jadi dia adalah wanita pahlawanku.            Dan saat rekaman cctv itu terputar. Desahan kecewa keluar dari mulutku. Bukan dia. Bukan dia yang aku cari. Di sampingku Yang Zhan menertawaiku. “Ha ha ha ... kau bilang di perempuan. Nyatanya dia adalah seorang lelaki ha ha ha ....” “Jadi gadi pahlawan yang kau maksud adalah seorang lelaki .... ha ha aha ....” masih dengan wajah kesal. Kututup leptopku kasar lalu berjalan menuju ranjangku. Yang Zhan mengikutiku dari belakan namun aku tak memperdulikannya. Aku terlalu kesal dengannya yang telah menertawakanku. “Jadi bagaimana? harus kah aku menyelidiki lelaki itu?” “Tidak usah. Lagian dia tidak melakukan apa-apa padaku. Dia hanya mengantarku pulang ke hotel.” “Apa kau tidak curiga? Kenapa dia bisa tahu tempat kamu tinggal?” “Sudahlah. Aku tak ingin pusing memikirkan ini. sebaiknya kau pergi. aku ingin istrahat sejenak. “ “Baiklah. Aku pergi dulu.” Ku lihat menjerku itu berjalan menuju pintu keluar. Tapi saat tangannya membuka pintu lelaki itu kembali menatap ke arahku. “Tentang lagu baru yang ingin kau rilis. Besok kita memulai rekaman.” “Baiklah. “ Kembali ku baringkan tubuhku saat Yang Zhan telah menghilang di balik pintu. Akhir-akhir ini banyak sekali masalah yang harus aku hadapi. Terutama masalah tentang penguntit itu. lama ku tatap langit-langit kamarku dan saat itu juga kurasakan sebuah benda dingin menyentuh kulitku. Kubalikkan tubuhku dan menatap benda dingin itu. Sebuah gelang berwarna silver sergeletak di karusku. Mungkinkah gelang ini milik si penguntit itu? dan terdapat sebuah inisial K terukir di gelang itu. Segera ku dudukkan tubuhku. Mungkinkah orang yang membantuku membungkam para haters adalah dia juga? dan dia adalah si penguntit itu? ku gengggam gelang itu erat. Segera kembali ku cek cctv rekaman yang di bawa Yang Zhan tadi. Dan benar, dari rekaman itu kulihat dia memakai gelang yang sama. Sekali lagi ku cek satu persatu rekama cctv yang aku pasang beberapa hari yang lalu. Aku yakin dia pasti pernah tertangkap kamera walau hanya beberapa detik saja. Tatapanku terus mengarah pada layar leptopku. Sudah dua jam aku masih berada di posisiku. Kedua mataku sudah sangat perih tapi aku mesti bertahan dan menontonnya hingga habis. Aku tak ingin melewatkan satu detikpun rekaman itu. Hingga saat malam pun tiba. Aku menemukannya. Walau hanya hitungan detik tapi aku berhasil menangkapnya dan kulihat dia juga memakai gelang yang sama. Hanya saja yang aku lihat dia adalah wanita. Segera ku kirimkan pesan pada Yang Zhan untuk menyelidiki lelaki itu. Tak lupa aku juga mengirmkan video wanita yang masuk ke kamarku. ****            Hari ini adalah hari yang aku tunggu. Aku sudah tak sabar memulai rekaman lagu terbaruku.  Aku sempat ragu merekam lagu ini. Aku takut gadis pahlawanku benar-benar  penguntit itu.  Tapi, aku kembali menyakinkan diriku bahwa itu hanyalah kebetulan. Mungkin inisial mereka sama, tapi belum tentu  mereka adalah orang yang sama.            Kini aku barada di ruang rekaman. Bersiap-siap untuk bernyanyi sambil memainkan gitar. Kulihat Yang Zhan yang ada di luar sedang memberikan aba-aba padaku. dan dalam hitungan ketiga. Jari-jariku pun mulai menari-nari di atas sinag gitar yang aku peluk erat.            Aku bernyanyi sambil memikirkannya. Bayangan kejadian itu tergian-gian dalam pikiranku. Saat di mana aku menangkap tangannya dan membawanya lari bersamaku menuju geng sempit.            Kurasakan bibirku tersenyum saat mengingat aku menciumnya tiba-tiba waktu itu. Dia sangat kaget. Walau dalam keadaan gelap aku yakin di tersipu malu dengan ciumanku itu.            Hingga tak terasa waktu berjalan cepat. Rekaman hari ini pun selesai dengan cepat. “Wahhh, suaramu sangat merdu sama seperti biasanya.,” ujar salah satu kru. Aku hanya bisa tersenyum menjawabnya.            Tak lama kemudian Yang Zhang menghampiriku. “Hari ini aku sudah menemukan hotel yang baru untukmu. Hari ini kita akan melihatnya.”            “Baiklah. Terima kasih.”            Kami pun masuk ke dalam mobi menuju hotel yang baru saja aku pesan. Karena kejadian penguntit itu aku memutuskan untuk pindah. Selama di perjalana aku hanya menatap langit biru dan menghirup udara segera.            “Apa kau sudah menemukan informasi tentang penguntit itu?”            “Iya. Aku sudah menemukannya. Dia benar-benar Kiana. Wanita yang masuk ke hotelmu waktu itu.”            “Sudah aku duga.”            “Hanya saja ...”            “hanya apa?”            “Untuk saat ini aku tak tahu di mana dia tinggal. Sangat sulit menemukan tempat tinggalnya. Tapi kau tenang saja. Aku tahu di mana dia kerja.”            “Di mana?” tanyaku padanya. Namun kulihat ada sedikit keraguan di wajahnya. “Ada apa? kenapa kau tak menjawabnya?”            “Itu ... dia kerja di perusahaan Yu Yang.”            “APA!” kedua tangaku mengepal seketika. Mendengar namanya membuatku sangat emosi. Mungkinkah dia yang menyuruh Kiana untuk menguntitku.            Tak terasa satu jam telah berlalu dan kami pun tiba di hotel tempat baruku. Ku tatap sekelingku. Hotel ini biasa-biasa saja. Tak semewah tempatku kemarin.            Lagian ini juga demi kebaikanku. Penguntit itu tak akan pernah mengira aku tinggal di hotel yang biasa-biasa saja dan murah.  Setibanya di kamarku kulihat barang-barangku  sudah tertata rapi. Sepertinya Yang Zhan telah menyewa seseorang untuk membersihkan kamarku sebelum kami tiba. Baguslah kalau begitu aku bisa istirahat saat ini juga.            Setelah Yang Zhan pergi. Segera kubuku jendela kamar hotelku melihat keadaan sekitar. “Wahhh. Ada kolam ikan koi di sana?” ujarku sedikit senang.            Segera ku tutup pintu jendelaku. Tak lupa mengambil jaket dan masker. Aku harus melihat-lihat keadaan sekitar hotel dan saat aku melangkah keluar dari kamarku. Kulihat kamar sebelah ku tertutup.            “Mungkin pemiliknya baru saja pulang dari kerja,” batinku sediki cuek. Sebelum akhirnya keluar untuk jalan-jalan. Saat berada di koridor hotel. Ponselku terus berbunyi. Kulihat nama yang tertera pada layar ponselku.            Dengan cepatat segera ku matikan ponselku. Baru saja aku masukkan ke dalam kantong lagi-lagi ponselku berbunyi dengan nama yang sama.            “Untuk apa dia menghubungiku,” batinku kesal. Lalu kembali mematikan ponselku. Baru saja aku ingin memasukkannya ke dalam kantong sebuah pesan masuk.            “Besok adalah hari ulang tahun ayah dan kami ingin makan bersama di restoran. Aku ingin kau juga ikut makam malam bersama kami.” Tanpa ingin membalas pesan itu segera ku masukkan ponselku ke dalam kantong. TBC                
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN