Aku langsung berlari ke kamarku begitu mobil yang mereka kendarai keluar dari gerbang. Sesampainya di kamar, aku terkejut mendapati Helena sedang menungging di atas kasur dengan pipi tergeletak. Tatapannya kosong. "Helena ada apa? Kamu baik-baik saja?" Kudorong tubuhnya hingga berguling. "Mereka sudah pergi, Helena." Helena masih bergeming. Dari matanya dua bulir bening menggelinding. "Helena." Aku bingung. Wanita itu bangkit, kemudian duduk tegak. Tangan kirinya ia letakkan di kedua lututnya. "Biarkan dia pergi." Ucapnya lirih. Airmatanya semakin deras. "Dia jahat sekali." "Arsen?" Tanyaku hati-hati. Helena mengangguk. "Buat apa kamu menangisi dia, Helena! Kamu jangan menangisi dia!" "Aku tidak menangisi dia. Aku menangisi diriku sendiri." Sahutnya. "Dia sama sekali tidak mencintai