Suara Hati Tedy.

1463 Kata

"Sudahlah, Nona! Ayo pulang!" seru Tedy, setengah frustasi setengah menghibur, berusaha menyadarkan Maudy yang kini tertawa terbahak-bahak di pinggir jalan, di bawah lampu jalan yang remang. Sungguh sial, pikir Tedy. Baru saja tadi ia menyaksikan Romeo mabuk di bar, dan kini harus menghadapi Maudy yang sama-sama mabuk, namun lebih gila—tertawa keras di trotoar, mengabaikan tatapan orang-orang yang lewat. Tedy hanya bisa mengikutinya, seperti bayangan setia yang tak pernah meninggalkan tuannya. Di antara semua kekacauan ini, satu hal terus mengganggunya. Apa yang salah dengan kedua orang ini? Mengapa mereka menyiksa diri mereka sendiri seperti ini, berkubang dalam perasaan yang tidak mereka akui? Kenapa tidak bersatu saja dan menikah, mengakhiri penderitaan ini? "Ayo pulang, Nona," kata T

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN