Jonathan menyunggingkan senyumnya. Ia kemudian menatap sang istri dengan tatapan yang begitu manis dan lembut. “Kita punya banyak aktivitas yang bisa kita lakukan, Laura. Selain memikirkan Kiara yang terus menerus ganggu rumah tangga kita.” Laura mengendikan bahunya. “Aku belum bisa kasih kamu anak. Khawatir nggak bisa juga.” Jonathan lantas memegang kedua lengan istrinya itu. “Aku tidak pernah mempermasalahkan itu, Laura. Usia pernikahan kita baru mau menginjak satu bulan. Tidak perlu buru-buru apalagi pesimis. Mami pasti mengerti, Laura.” “Bener sih.” Laura menghela napasnya dengan pelan. “Aku lagi pengen jus alpukat. Tiba-tiba perutku lapar lagi. Cacingnya udah tumbuh kayaknya.” Jonathan terkekeh dengan pelan. “Mau aku buatkan sekarang juga?” Laura menggelengkan kepalaya. “Aku aja