Dinner Keluarga

1265 Kata
“Mau ngapain kamu? Jangan mentang-mentang udah jadi suamiku, seenak jidatmu mau ini dan itu!” sengal Laura seraya menutupi bagian dadanya padahal tubuhnya masih tertutup rapi oleh baju yang ia kenakan. Jonathan tak merespon apa pun. Hanya membuka kaus yang masih dia pakai seraya menatap Laura yang sudah ketakutan. “Jangan mendekat!” teriak Laura kemudian. Jonathan menghela napas pelan. “Laura. Bisa nggak, jangan teriak-teriak. Kamu pikir, aku mau perkosa kamu? Kamu ini istri aku. Di mana ceritanya, istri sendiri diperkosa? Gilak!” Laura mengerucutkan bibirnya seraya menatap Jonathan yang hanya mengenakan kaus oblong saja. Lalu, mengambi tas milik Laura. “Nih! Selesaikan tugas kamu kalau tidak mau aku kasih nilai E!” Laura membolakan matanya kemudian mengambil buku yang dipegang Jonathan dengan kasar. “Kirain apaan!” ucapnya kemudian. Jonathan tersenyum miring. “Selesaikan tugasmu. Setelah itu, baru ….” Jonathan tidak meneruskan ucapannya. Ia langsung keluar dari kamar tersebut setelah mengambil laptop miliknya. “Errgghhh! Dosen gilak! Suami gilak! Cowok gilak! Baru dua jam jadi istrinya udah bikin naik darah.” Laura menggerutu kesal seraya menyelesaikan tugasnya. “Gue nikah biar bahagia. Malah disiksa kayak gini. Dalam sejarah pernikahan manusia yang ada di muka bumi ini, baru gue yang malam pertamanya suruh ngerjain tugas. Jonathan maha killer, jangan harap gue mau digrepe-grepe.” Laura menyunggingkan bibirnya seraya menyelesaikan tugasnya. Waktu sudah menunjuk angka dua belas malam. Laura masih duduk di meja kerjanya dengan pulpen masih dia pegang, bukunya masih terbuka. Jonathan yang melihatnya lantas menghela napasnya dengan pelan. Lalu mengambil buku tersebut dan melihat hasilnya. Pria itu mengulas senyum tipis seraya memeriksa tugas milik istrinya itu. “Good. Seorang Laura memang jarang memberikan nilai buruk,” gumamnya kemudian menyimpan buku tersebut ke dalam tas milik istrinya. Sementara perempuan itu ia gendong dan membawanya ke atas tempat tidur. Sudah sangat pulas dan juga letih, Laura tidak bangun sedikit pun. “Selamat tidur, istri bawel,” bisiknya kemudian mencubit hidung Laura karena gemas. Menyunggingkan senyumnya dan memilih untuk tidur di samping perempuan itu. Masa bodoh kalau nanti Laura bangun kemudian berteriak karena melihat Jonathan tidur di sampingnya. Toh! Jonathan sudah jadi suaminya. ** Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Di hari Senin, harusnya sebagai pengantin baru, mereka cuti atau berbulan madu. Tapi, pengantin baru ini memilih untuk tidak berlibur atau lain sebagainya. Karena Laura sendiri yang tidak meminta hal tersebut. “Huwaaaa! Nyenyak banget,” ucapnya seraya merentangkan tangannya. “Aaaaaaa! Jonathan! Ngapain kamu tidur di sini?” Dan benar yang diprediksi oleh Jonathan. Perempuan itu akan berteriak setelah melihatnya tidur di sampingnya. “Sekali lagi kamu berteriak, jangan harap aku akan melepaskanmu!” ucapnya seraya beranjak dari tidurnya. Lalu, masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. “Dasar!” ucapnya pelan. Hampir satu jam lamanya mereka melakukan aktivitas masing-masing. Sarapan, mandi dan lain sebagainya. “Mau ke mana kamu?” tanya Jonathan setelah melihat Laura mengambil kunci mobilnya. “You pikir, aku mau nebeng di mobil you? No! Aku bawa mobil sendiri, kamu juga! Jangan sampai ada yang tahu kalau kita udah nikah.” Jonathan mengendikan bahunya. Tak peduli, ia pun masuk ke dalam mobilnya. Laura menghela napas kasar seraya menggerutu kepada suaminya itu. Setibanya di kampus. Ia kemudian menatap Virza yang tengah duduk tepat di bangku panjang depan kelasnya. “Hei!” sapa Virza kepada perempuan itu. Laura mengulas senyum tipis. “Hei. Lagi ngapain di sini?” tanyanya kemudian. “Nungguin kamu. Aku udah tahu semuanya. Yang mau aku tanyakan, kenapa kamu nggak kasih tahu?” Laura menghela napas pelan. “Maaf, Virza. Semuanya terjadi gitu aja. Aku nggak bisa menolaknya karena Papa udah maksa banget.” Virza manggut-manggut dengan pelan. “Ya sudah. Kita belum ada kata putus soalnya, Lau. Makanya aku mau minta kejelasan dari kamu.” Laura terdiam. Bahkan, ia tidak tega memutuskan hubungan tersebut dengan pria yang dia cintai itu. Matanya menatap Virza dengan penuh. “Aku … aku masih cinta, sama kamu.” Virza tersenyum lirih. “Jangan, Laura. Kamu sudah punya suami. Kita jadi teman aja, yaa.” Laura menundukkan kepalanya. “Tapi, Virza. Jangan benci aku, yaa.” “Nggak kok. Kamu tenang aja. Ya sudah kalau gitu. Hubungan kita udah jelas, hanya jadi teman dan kisah kita cukup sampai di sini aja. Aku nggak akan ganggu kamu lagi dan … congrats. Semoga bahagia, yaa.” Laura tersenyum lirih. Virza kemudian menepuk lengan perempuan itu dan melangkahkan kakinya meninggalkan Laura yang tengah menahan tangisnya. “Jangan nangis! Cengeng! Masuk!” Jonathan datang dengan memasang wajah datarnya. Ia kemudian terisak pelan seraya mengusap air matanya. Masuk ke dalam kelas tanpa menoleh kepada Jonathan yang sudah merusak suasana di pagi hari. “Kenapa lo?” tanya Misya kepada Laura. Perempuan itu menggeleng. “Habis putus, sama Virza.” “Yaa kalau elo masih berhubungan dengan Virza, yang ada bokap elo marah. Elo udah nikah, mana bisa masih pacaran sama dia. Gila, lo!” Misya menghela napasnya dengan pelan. “Kumpulkan tugas dua hari yang lalu, yang saya berikan!” titah Jonathan tanpa basa-basi. “Nitip, Mis. Males banget gue lihat muka beruang kutub itu,” ucapnya kemudian memberikan tugasnya. “Jangan terlalu benci, Lau. Nanti cinta, berabe.” Misya menggoda sahabatnya itu. “Nggak usah ngeledek lo! Gue hajar bolak –balik.” “Haha. Elo tuh ya, kalau lagi marah, bukannya serem, malah lucu.” Misya mengambil buku milik Laura dan berjalan menuju meja. “Buka halaman 38. Perhatikan contoh hal-hal yang harus dilakukan untuk membuat kurikulum dalam mengembangkan project saat melakukan pertemuan dengan klien atau karyawan sendiri. Ini hanya contoh kecil saja. Biasanya, kalau sudah terjun ke dunia pekerjaan, masih banyak yang harus kalian lakukan. “Bisa kalian lihat setelah magang nanti. Jangan lupakan materi-materi di bagian ini. Kalian bisa mempraktikannya saat itu, dan kalian akan tahu, bagaimana rancangan, strategi dan lain sebagainya. Ada yang ingin ditanyakan? Boleh dibaca dulu. Saya tunggu sepuluh menit lagi.” Semuanya langsung menunduk dan membaca materi. Hanya Laura yang masih menangkup dagunya seraya menatap kosong ke arah jendela kelas. Jonathan menghela napasnya dengan pelan seraya menatap Laura yang terlihat tidak memperhatikan dirinya saat menjelaskan materi tadi. “Laura! Ada yang ingin kamu tanyakan?” Jonathan memanggil istrinya yang kini sedang menjadi muridnya. “Nggak ada! Udah jelas,” ucapnya pelan seraya melirik suaminya itu. “Sudah paham rupanya. Kalau begitu, sebut—“ Dering ponsel Laura berdering hingga membuat Jonathan naik pitam kepada istrinya sendiri. “Saat jam masuk, jangan pernah menghidupkan HP, Laura. Sudah saya jelaskan berkali-kali. Kenapa masih bebal?” teriaknya sudah kehilangan kesabaran. “Papa, yang nelepon.” Laura memberikan ponselnya kepada Jonathan. “Nih! Angkat sendiri!” ucapnya memberikan ponsel tersebut kepada Jonathan. Tak bisa marah, sementara Laura sudah menggeser tombol hijau sehingga suara apa pun pasti terdengar oleh Jason. Jonathan lantas keluar kelas, menerima panggilan tersebut. “Halo, Pa. Ini aku, Jonathan. Laura udah masuk jam kuliah. Jadi, nggak boleh nerima panggilan. Kayaknya dia lupa matiin HP-nya.” Jonathan berucap dengan lembut. “Ooh. Maaf, Jonathan. Papa pikir, kalian nggak masuk kampus. Nanti malam, ada dinner keluarga jam tujuh di The Golden Resto. Jangan lupa datang, yaa. Tolong sampaikan ke Laura, yaa.” “Baik, Pa. Nanti aku sampaikan.” Jonathan kemudian menutup panggilan tersebut dan masuk kembali ke dalam kelas. Memberikan ponsel tersebut kepada pemilik ponsel itu. Jonathan kembali memberikan materi. Misya melirik Laura yang sudah sadar dari lamunannya. “Lau?” panggil Misya kemudian. “Heung?” ucapnya pelan. “Elo tahu nggak, kalau Pak Jonathan punya pacar?” Laura menggeleng. “Nggak tahu. Kenapa emang?” “Yaa elo tanya lah. Udah putus atau belum. Gimana sih!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN