Setelah menguap, Bebby melihat jam di ponselnya. Ternyata masih jam dua pagi. Wanita itu menoleh ke samping kiri, suaminya masih tidur pulas di bawah selimut. Bebby mendekat, tangannya tergantung di awang-awang. Niat hati ingin membelai wajah tampan seorang Virgo Kafka, dia urungkan saat itu juga.
Terlihat damai seolah sedang bermimpi bertemu dengan bidadari di alam bawah sadarnya. Virgo tidak terganggu sama sekali akan pergerakan tubuh Bebby di kasur busa mereka.
Flashback On.
"Kamu tidur di sini lagi, Mas?" tanya Bebby saat melihat Virgo kembali ke kamar usai dari kamar Chacha.
Tidak ada jawaban suara, lelaki itu hanya mengangguk beberapa kali lalu duduk di depan komputernya usai melepas jaket dan celana jeans. Virgo baru saja keluar untuk membeli rujak keinginan Chacha.
Tadi memang Virgo ke kamar Chacha dan membujuknya makan. Setelah obrolan tadi pagi di ruang keluarga, Chacha tidak menyentuh nasi sama sekali. Tapi istri keduanya itu bilang mual saat melihat nasi dan ingin makan rujak, jadilah Virgo pergi mencari rujak. Bebby pikir Virgo akan tidur dengan Chacha karena sekarang masih hari rabu. Tapi sekarang malah sibuk bermain game di komputernya.
Melihat Virgo seperti orang galau, Bebby beranjak dari kasur dan mendekati suaminya. Dia peluk leher Virgo dari belakang hingga pipi mereka menempel satu sama lain. Virgo tidak terganggu akan tindakan Bebby
"Kenapa, Beb?" hanya ini yang keluar dari mulut Virgo.
"Enggak, cuma ingin lihat kamu main game saja." sahutnya sambil sesekali mencium pipi suaminya.
"Nanti minggu ada pengajian ustadz dari Bandung di masjid depan perempatan. Mau menemani aku ke sana?"
Bebby berpikir sejenak mendengar tawaran Virgo. Mendengar kata Bandung, Bebby jadi lebih bersemangat. Karena pasti kalau ustadz itu bercanda menggunakan bahasa sunda, Bebby akan paham. Dulu dia juga pernah datang ke pengajian ustadz yang dimaksud Virgo, dan pembawaannya tidak membosankan.
"Boleh kalau ada waktu."
"Kamu dari pada begitu capek, mending duduk sini deh aku pangku." titah Virgo tanpa mengalihkan pandangan dari layar komputernya.
"Kamu tidak menemani Chacha, Mas? Dia juga masih istrimu loh." secara hati-hati Bebby bertanya demikian.
Tidak ada jawaban dari Virgo, lelaki itu seolah tidak mendengar apa yang barusan Bebby tanyakan.
"Sebaik-baiknya istri adalah mereka yang kalau dipandang suaminya akan menimbulkan rasa bahagia di hati suami." hanya ini yang keluar dari bibir seorang Virgo.
Miris sekali menjadi Chacha, Bebby mendengarnya saja serasa tidak sanggup kalau harus membayangkan dijauhi suami.
"Terus?" bukannya tidak peka, Bebby hanya sengaja.
"Beb..." benar-benar Virgo seolah enggan menjawab. Dia seperti ingin Bebby berhenti membicarakan hal ini.
"Iya-iya aku tahu kamu lagi badmood sama dia." Bebby melepaskan kedua tangannya dari leher Virgo.
Belum sempat Bebby kembali ke ranjang, tangannya keburu ditarik oleh Virgo hingga membuat wanita itu limbung dan jatuh di pangkuan suaminya. Jantung Bebby deg-degan seketika saat melihat wajah Virgo tepat berada di depannya.
"Temani aku main game." hanya ini yang Virgo katakan.
Tak dapat bicara, Bebby hanya mengangguk belaka. Dirinya masih duduk di atas pangkuan suami tercinta sambil menyandarkan kepalanya di d**a Virgo dan tubuhnya berada dalam kukungan suaminya yang juga sedang bermesraan dengan komputer.
"Tembak dong biar mati." komentar Bebby yang juga menikmati game yang Virgo mainkan.
"Ya sebentar dong, tidak bisa sembarang nembak. Pelurunya tinggal sedikit tuh."
Mereka terus saja heboh dengan game. Virgo juga sudah tidak badmood lagi seperti tadi dan Bebby pun tidak mau mengingat-ingat kesedihan yang mereka bahas tadi pagi.
Flashback Off.
Senyuman merekah di wajah Bebby jika ingat betapa hebohnya mereka tadi. Bahkan saking hebohnya, tidak terasa dua jam bermain game namun rasanya seperti baru lima menit. Sampai-sampai Virgo mengeluh lapar dan minta dimasakkan apa saja asal bisa mengganjal perut.
"You are my everything." ucap Bebby pelan sembari tersenyum dan memberanikan diri mengecup kening Virgo secepat kilat.
Berhasil memberikan kecupan singkat, Bebby turun dari ranjang sambil menggelung rambut panjangnya. Wanita itu berniat mengambil wudhu lalu salat malam. Kebetulan suaminya tadi tidak rewel, jadi Bebby bisa berdoa di sepertiga malam.
"Ih... Claudia, mukena kering kok tidak dibawa ke kamar langsung." komentar Bebby saat melihat mukena di sebelah dapur yang khusus dipakai untuk menggantung jemuran belum kering.
Tanpa menghiraukan mukena milik Claudia, wanita itu langsung kembali ke kamar usai dari kamar mandi.
"Astagfirullah..." kaget Bebby ketika membuka pintu, Virgo berdiri di belakang pintu dan seperti ingin keluar kamar.
"Kamu kenapa, Beb?" kening Virgo mengerut, melihat istrinya kaget saat melihatnya malah seperti melihat hantu.
"Ish... Kamu mengagetkan saja, Mas." jujur saja Bebby kaget.
Melihat wajah Bebby basah, Virgo menyingkir sedikit memberi akses agar kulit mereka tidak bersentuhan.
***
Berulang kali Bebby membenahi hijabnya, dia yakin kalau penampilannya sudah rapi. Cepat-cepat Bebby menyiapkan sarapan hasil belian di warung belakang indekos. Wanita itu sedang malas memasak pagi ini.
"Cie... Yang mau wawancara kerja, cerah banget mukanya." goda Claudia.
"Iya dong, jadi kertas-kertas yang gue dapatkan semasa kuliah tidak sia-sia." cengir Bebby.
Virgo sampai di dapur, lelaki itu juga sudah siap dengan kemeja kerjanya. Sekarang dia sedang duduk di salah satu kursi meja makan. Bebby membukakan karet pembungkus nasi rames untuk Virgo serta menuangkan air putih ke dalam gelas.
"Dari mana, Mas?" Claudia ikut sarapan sebelum berangkat kuliah.
"Mengantar Chacha ke sekolah." sahutnya sebelum memasukkan nasi ke mulutnya.
"Loh, Chacha tidak sarapan dulu? Sudah aku belikan nasi padahal." Bebby pun ikut sarapan.
"Mual katanya lihat nasi."
Bebby hanya ber-oh ria sambil makan. Danar juga sudah berangkat kerja dari tadi pagi-pagi sekali. Sofya katanya sedang pergi ke pasar membeli bahan belanjaan.
"Eh iya lupa, bajunya belum dijemur." Bebby ingat kalau pakaian yang dia cuci tadi subuh belum dia jemur.
Wanita itu bergegas mengambil cuciannya di dekat mesin cuci dan niat segera menjemurnya. Namun saat akan mengangkat ember, Bebby melihat mukena milik Claudia berada di keranjang cuci.
"Loh Clau, kok mukena lo mau dicuci lagi sih? Jatuh memangnya?" tanya Bebby santai sambil membawa ember ke luar.
"Memang belum gue cuci, Mbak. Kenapa memangnya?" heran sendiri Claudia akan pertanyaan Bebby. Lagi pula, sampai sedetail itu Bebby memperhatikan mukenanya.
Tidak ada sahutan dari Bebby, wanita itu masih fokus menjemur di luar. Mencuci setiap hari jadi tidak terlalu banyak yang harus Bebby jemur. Selesai dengan urusan cucian, Bebby lanjut makan.
"Masa sih belum lo cuci? Orang semalam gue lihat menggantung di situ kok."
"Enggak Mbak, mukenanya gue taruh di keranjang kotor itu baru tadi sehabis subuh. Tidak mungkinlah kalau gue gantung di situ." kekeuh Claudia.
Virgo melihat Bebby seperti ada yang aneh, lelaki itu tahu pasti yang dilihat Bebby bukan mukena semalam. Tapi Virgo memilih diam saja.
"Cepat makannya, keburu siang loh." titah Virgo agar Bebby tidak terpikirkan oleh mukena lagi.
Padahal Bebby yakin semalam itu mukena Claudia. Karena Bebby tahu mukena yang sedang dipakai Sofya itu warna biru dan motif bunga, mukena yang dipakai Chacha warna pink. Tapi kalau diingat-ingat lagi, memang warna putihnya itu berbeda. Sulit digambarkan atau dijelaskan, tapi Bebby tahu warnanya berbeda dengan warna putih yang biasa dia lihat dalam sehari-hari.
***
Next...