PART. 2 KEVIN ANDREAS JULIANO

918 Kata
Kevin Andreas Juliano, 35 tahun, merasa seperti orang bodoh saat ini. Bodoh karena bersedia menikahi seorang wanita hanya demi memenuhi harapan ayahnya. Harapan akan pewaris kekayaan yang dimiliki Keanu Juliano. Kevin merasa ayahnya sangat keterlaluan, selama tiga tahun ini ia sudah menyodorkan berbagai macam tipe wanita ke hadapan ayahnya, tentu saja wanita yang bersedia dengan suka rela untuk mengandung benihnya, meski tanpa harus ia nikahi, tapi sayangnya tidak satupun yang ayahnya setujui. Entah wanita seperti apa sebenarnya yang ayahnya inginkan untuk mengandung generasi penerusnya. Padahal Kevin sudah sangat ingin segera terbebas dari perjanjian yang sudah mengikatnya sejak tiga tahun lalu itu. Andai Kevin tidak terikat perjanjian laknat itu, pasti ia tidak akan berdiri di sini untuk mengikat sebuah tali bernama pernikahan. Perjanjian, di mana ia harus kembali ke rumah ayahnya, setelah 10 tahun ini ia selalu berusaha menjauhi ayahnya, karena rasa marah pada ayahnya yang ia anggap terlalu sibuk mengumpulkan kekayaan, sampai melupakan ia dan ibunya, hingga ibunya meninggal karena penyakit kanker rahim yang dideritanya. Sejak itu ia berjanji untuk tidak akan menerima sepeserpun pemberian ayahnya. Dan lebih memilih meneruskan perusahaan kakeknya (ayah dari ibunya) dari pada harus meneruskan untuk mengelola perusahaan ayahnya sendiri. Perjanjian sendiri dibuat setelah Kevin terpaksa melanggar janjinya. Ia terpaksa menerima sokongan dana dari ayahnya untuk perusahaannya yang hampir bangkrut, karena korupsi yang dilakukan saudara sepupunya (anak dari adik ibunya). Sokongan dana itu diberikan ayahnya tidak dengan cuma-cuma. Karena ia harus memberikan kebebasannya pada ayahnya. Point pertama dari perjanjian itu adalah, ia harus menikah dengan wanita pilihan ayahnya. Point kedua, ia harus memberi ayahnya cucu secepatnya. Point ketiga, ia harus bersedia kembali tinggal di rumah ayahnya. Kevin menyanggupi persyaratan itu, tapi dengan syarat juga. Ia hanya akan tinggal di rumah ayahnya, sampai wanita yang dinikahinya melahirkan keturunannya. Setelah itu, ia ingin ayahnya membebaskannya dari perjanjian itu. Itu cukup adil baginya. Ayahnya memberinya sokongan dana. Ia memberi ayahnya generasi penerus yang akan mewarisi harta kekayaan ayahnya. Harta yang sama sekali tidak Kevin inginkan. Perjanjian sudah ditanda tangani di hadapan pengacara kedua belah pihak. Dan beberapa orang sebagai saksinya sejak tiga tahun lalu. Tapi Kevin tidak bisa memahami kenapa ayahnya harus menunggu tiga tahun, untuk menemukan wanita yang akan mengandung benihnya. Dan, karena perjanjian itulah, Kevin saat ini berdiri di sini. Menanti mempelai wanita yang sudah dipilih ayahnya untuknya. Entah seperti apa wanita itu rupanya, istimewa ataukah biasa saja? Tapi Kevin berusaha untuk tidak peduli akan hal itu. Baginya wanita di manapun sama saja. Saat ia jaya mereka memujanya, saat ia terlibat masalah, mereka mulai menjaga jarak darinya. Dan saat kejayaannya kembali, merekapun kembali mendekatinya. Bagi Kevin, hanya ibunya wanita terbaik di dunia. -- Jessy melangkah diiringi oleh empat bidadari cilik di belakangnya. Ada pamannya yang melangkah di sampingnya. Matanya tertegun sejenak, saat melihat punggung pria yang sudah menunggu, untuk segera menikahinya. Jelas sekali itu bukan punggung milik Opa Keanu. Tanpa sadar, Jessy mengedarkan pandang mencari Opa Keanu. Pria tua itu ternyata berdiri di deretan paling depan, dari semua tamu yang akan menyaksikan pernikahan. 'Siapa sebenarnya pria yang akan menikahiku, jika mempelai priaku bukan Opa Keanu?' Jessy kembali menatap punggung pria itu, pria itu sepertinya tidak punya minat untuk menoleh ke arahnya, untuk melihat mempelai wanitanya. Jessy sudah berdiri di sisi pria itu. Ia melirik dengan ekor matanya ke arah pria itu. Hanya ekspresi dingin yang bisa ia temui di sana. Prosesi janji suci pernikahan sudah selesai. Pria yang baru saja diketahui Jessy bernama Kevin Andreas Juliano itu menyematkan cincin di jarinya. Membuka tabir yang menutupi wajah Jessy. Jessy mendongakan wajahnya, karena Kevin jauh lebih tinggi darinya, tatapan mata mereka bertemu. Sungguh, ini pertama kalinya bagi Jessy melihat pria setampan Kevin. Alis Kevin yang hitam legam, dan tebal menaungi mata yang bolanya berwarna biru gelap. Tidak ada kehangatan dari tatapannya. Tidak ada keramahan pada wajahnya. Yang ada hanya tatapan tajam menghujam, dan raut wajah sedingin salju. Saat mereka diijinkan untuk berciuman, tanpa ekspresi Kevin menempelkan bibirnya yang terasa dingin di atas bibir Jessy. Jessy yang belum pernah dicium sempat tersentak kaget. Tapi dengan cepat ia mampu menguasai dirinya. -- Tamu undangan sedang menikmati hidangan yang disediakan. Kevin tampak berbincang dengan beberapa pengusaha yang merupakan teman-teman ayahnya. Opa Keanu menggamit lengan Jessy. "Ikut denganku sebentar, ada yang harus kita bicarakan," ujar Keanu, pada Jessy yang tengah berbicara dengan paman, dan bibinya. Jessy mengikuti langkah Opa Keanu menuju ruang kerjanya, yang berada di lantai dasar dari rumah ini. Jessy mengangkat sedikit gaunnya, agar tidak menyapu lantai saat ia berjalan. "Masuklah," Opa Keanu mempersilahkan Jessy memasuki ruang besar itu. "Tunggu sebentar!" Opa Keanu mengambil sesuatu dari dalam laci meja kerjanya. Lalu ia menyerahkan sekeping obat ke tangan Jessy. "Minum ini setiap sore, tapi ingat! Jangan sampai Kevin tahu hal ini" "Ini apa, Opa?" "Itu akan membantu menunda kehamilanmu." Jessy mengalihkan pandang dari obat di tangannya kepada Opa Keanu. "Bukannya Opa memintaku berada di sini, untuk mengandung keturunan Opa?" Tanya Jessy tidak mengerti. Jessy sudah tahu kalau Kevin adalah putra tunggal Opa Keanu dari bibinya. "Itu benar, tapi aku ingin Kevin tidak hanya terikat pernikahan denganmu, hanya karena sebuah perjanjian yang sudah kami sepakati, aku ingin kamu bisa membuatnya jatuh cinta, karena hal itu akan mengembalikan dia ke rumah ini untuk selamanya." "Aku tidak mengerti maksud, Opa." "Nanti akan aku ceritakan semuanya padamu. Sekarang simpan obat itu, dan minumlah setiap sore. Kamu paham maksudku?" "Baik, Opa" Jessy menganggukan kepala, meski sesungguhnya ia tidak memahami apa yang Opa Keanu ucapkan. Terpaksa Jessy kembali ke kamarnya, sebelum kembali ke kebun belakang. Di mana acara pernikahannya dilangsungkan. ***BERSAMBUNG***. 100 coment for next part
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN