Kita sekelas Adara, gua bakalan cari tahu apa yang udah gua lakuin ke lo sampe lo keliatan benci banget sama gua. Batin Saga yang saat ini keluar dari kerumunan itu. Pipi Saga masih panas atas tamparan yang tadi di berikan oleh Adara. Ia benar-benar tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan di tampar oleh seorang cewek seperti ini bahkan ia ditampar di depan banyak orang. Sebelum nya bahkan semua cewek selalu memberikan kesan yang baik kepada Saga.
Sementara itu saat ini Adara yang belum tahu kelas nya itu pun pergi ke rooftop karena ia tidak tahu tempat mana lagi yang tenang dan bisa membuat dirinya tenang. Ia tadi reflek menampar Saga karena ia benar-benar benci akan sentuhan dari Saga. Sentuhan itu membuat nya semakin mengingat perlakuan Saga padanya malam itu.
Adara saat ini menangis karena hidup nya di bayangi oleh rasa ketakutan. Ia takut jika ia hamil, tentu itu adalah poin yang penting yang ia sangat takuti saat ini. Adara juga paham jika melakukan hubungan seperti itu maka akan menimbulkan kehamilan apalagi kemarin Adara sedang dalam masa subur nya. Ia hanya bisa berharap bahwa pikiran nya tentang kehamilan itu tidak akan pernah terjadi.
“Gua ga tau apa masalah yang lagi lo hadapi, gua cuman mau bilang kalo mau nangis ya nangis aja karena dunia ini emang kadang jahat, jadi nangis ga papa. Lo ga akan terlihat lemah cuman karena lo nangis.” ujar seorang cowok yang Ara sendiri tidak kenali itu siapa. Tapi karena perkataan dari cowok itu saat ini Ara menangis.
Ara semakin menangis dengan kencang yang mana membuat cowok itu bersimpati lebih. Akhir nya cowok itu yang seperti nya kakak kelas pun memeluk Ara memberikan wadah bagi Ara untuk mengistirahatkan kepala nya di bahu cowok itu.
“Lo juga harus inget kalo di dunia ini lo ga sendiri. Banyak banget yang sayang sama lo, Adara.” ujar cowok itu yang ternyata mengenal Ara membuat Ara kaget.
“Kakak tau nama saya?” tanya Adara sembari melepas pelukan tersebut.
“Ya, Adara kan? Peraih ratusan medali sama penghargaan. Gua Brian dari kelas 11 IPA 1. Gua ga maksud buat ganggu hari lo disini, gua tadi cuman ga sengaja di sini pas lo nangis jadi gua samperin.” ujar Brian dengan jujur kepada Adara itu.
“Makasih Kak Brian. Berkat Kak Brian sekarang saya jadi lebih lega dan tenang kak.” ujar Adara sembari menatap mata Brian yang juga menatap nya tersebut.
Sementara di tangga menuju ke rooftop saat ini sedang ada Saga yang entah kenapa kaki nya ingin menuju ke sini. Tadi ia sudah masuk ke kelas nya tapi entah kenapa dia keluar lagi dari kelas sendirian masih dengan tas nya dan kali nya membawa nya menuju ke rooftop. Saga pun membuka pintu rooftop SMA 45 itu. Dan yang terlihat di rooftop saat ini menbuat dirinya tertawa dengan begitu sinis nya.
“Jadi setelah nampar gua tanpa sebab sekarang lo malah pelukan ga jelas sama cowok? Gampang banget ya hidup lo.” ujar Saga yang entah kenapa merasa sangat kesal ketika melihat Adara yang saat ini bersama dengan entah lah kakak kelas itu.
Adara yang tahu dengan pasti bahwa itu adalah Saga pun menengak kan badan nya dan mengusap air mata yang ada di pipi nya. Ia tidak ingin terlihat menangis di depan Saga. Cukup sekali saja ia menangis di depan Saga yang tidak sadar malam itu.
“Lo ga tau apa-apa jadi ga usah sok tahu.” ujar Adara yang mendekati Saga itu
“Maka nya kalo gua ga tau kasih tau ke gua biar gua paham.” ujar Saga tersebut.
“Kalo dia ga mau lo jangan paksa.” ujar Brian yang mendatangi mereka.
“Mau jadi sok pahlawan lo? Gua ga perduli lo mau kakak kelas atau siapa yang jelas lo ga perlu ikut campur sama masalah gua dan Adara.” tekan Saga dengan tegas.
“Kalo lo udah pake kekerasan gua ga bisa biarin.” ujar Brian kepada Saga.
“Gua pakek kekerasan? Kalo gitu lo tanya sama cewek depan gua ini dia tadi nampar gua itu merupakan kekerasan atau bukan.” ujar Saga kepada Brian tersebut.
“Kak Brian ga usah di pikirin apa kata dia kak. Ga penting, Kak Brian duluan aja ke kelas. Saya ga papa kok kak.” ujar Adara mencoba meyakinkan Brian.
“Kamu yakin Ra?” tanya Brian yang langsung di angguki oleh Adara itu. Brian pun akhir nya benar-benar meninggalkan mereka berdua di rooftop SMA 45 saat ini.
Tinggal Saga dan Adara saja yang masih berdiri dengan Saga menatap ke adah Adara sementara Adara sendiri tidak ingin menatap ke arah Saga tersebut. Dan saat ini terlihat tanpa kata Adara ingin meninggalkan Saga sendirian di rooftop itu. Namun Saga berhasil menghentikan Adara dengan cara Saga yang memegang tangan Adara.
“Udah gua bilang jangan sentuh gua!” tegas Adara dengan begitu ketus nya.
“Okay gua ga akan sentuh lo sama sekali, tapi apa lo ga mau keadaan kita membaik? Lo cukup kasih tau ke gua lo kenapa dan gua janji bakalan perbaikin semua nya seperti semula.” ujar Saga membuat Adara tersenyum dengan sinis.
“Lo ga akan pernah bisa ngembaliin semua nya seperti di awal.” tegas Adara
Karena semua nya udah terjadi mahkota yang udah lo renggut juga ga bisa kembali seperti semula lagi. Mustahil bakalan bisa kembali. Batin Adara dengan sedih.
“Tentang apa? Kasih clue ke gua dan gua janji nanti gua bakalan at least berusaha buat bikin itu nyaris kembali sempurna lagi walaupun menurut lo ga bisa.” ujar Saga kepada Adara dan Adara tidak menjawab nya. Ia ingin lekas ke kelas nya karena bel masuk sudah berbunyi. Lagi pula ia juga belum melihat kelas jadi ia belum mengetahui berada di mana kelas nya mengingat kejadian yang tadi terjadi di mading.
“Jangan ganggu gua, gua mau masuk ke kelas.” ujar Adara dengan ketus.
“Nanti aja, lagi pula lo juga udah telat masuk nya. Jelasin ke gua kenapa lo sebenci itu sama gua?” tanya Saga membuat Adara semakin kesal kepada Saga.
“Lo itu kenapa sih? Kenapa ganggu gua terus? Kenapa lo kepo banget? Lo bisa kan ga usah perduli sama gua ga usah liat ke gua.” ujar Adara semakin kesal.
“Justru gua kayak gini karena lo. Lo yang paling beda dari pada yang lain. Cuman lo cewek yang benci sama gua dan cuman lo yang kesel terang-terangan dan berani nampar gua di depan banyam orang kayak tadi. Itu yang bikin gua makin penasaran sama lo. Gua bener-bener ga tahu lagi harus gimana karena ini pertama kali nya buat gua maka nya gua bingung.” ujar Saga tidak ada kebohongan di matanya.
“Gua harus nyari kelas gua, gua belum tau kelas gua jadi lo minggir karena kalo gua disini terus gua bakalan makin telat gara-gara lo.” teriak Adara dengan keras.
“Lo ga perlu cari kelas lo, karena lo sekelas sama gua di kelas IPS 2” ujar Saga membuat langkah kaki Adara yang tadi nya ingin meninggalkan rooftop itu menjadi berhenti. Ia pun merasa lemas saat ini. Seperti nya Tuhan memberi cobaan kepada nya bertubi-tubi. Ia tidak tahu juga apakah ia bisa menjalani hari dengan sekelas bersama Saga atau tidak karena dengan melihat wajah nya saja ia sudah merasa sangat kesal.
“Kenapa? Kenapa gua harus sekelas sama lo?” tanya Adara masih membelakangi Saga. Sementara Saga melihat lagi ada emosi dalam kata-kata itu.
“Karena kita jodoh mungkin?” ujar Saga sembari melihat Adara lagi saat ini.
“Mimpi!” ujar Adara yang saat ini meninggalkan rooftop. Ia sedang menuju ke kelas nya dan Saga pun mengikuti Adara. Di sepanjang jalan juga mereka membuat keributan di koridor kelas yang mereka lewati karena Saga terus menerus menganggu Adara dan ingin tahu sebenar nya apa yang terjadi. Keributan itu sangat menganggu.
“Gua ga akan berhenti tanya sama lo kalo lo belum jawab.” ujar Saga.
“Kalo gitu lo bakalan tanya hal itu sampai lo mati.” ujar Adara dengan tenang.
“Kalian berdua kelas berapa? Kenapa tidak masuk ke kelas dan malah menbuat keributan di koridor kelas lain?” tanya Guru tang keluar dari satu kelas karena ia merasa terganggu dengan suara yang di keluar kan oleh Adara dan Saga itu.
“Maaf Pak, saya di kelas 10 IPS 2, tadi kesasar pas mau nyari kelas Pak. Maaf sekali lagi dan permisi.” ujar Adara yang lagi-lagi diikuti oleh Saga pada saat ini.
“Ck, dasar anak muda. Pacaran tapi berantem nya di koridor kelas.” ujar Guru.
“Ya nama nya juga anak muda kan Pak, kocak sih tapi” ujar anak kelas itu.
Saat ini Adara dan Saga sudah mendekati kelas mereka dan sedari tadi Saga masih terus menerus bertanya kepada Adara sampai rasanya Adara gedek sekali.
“Lo bisa berhenti tanya ga sih? Gua capek denger suara lo.” ujar Adara keras. Perkataan Adara itu sampai membuat wali kelas nya di kelas 10 IPS 2 yaitu Ibu Juwita sampai berhenti ketika menjelaskan susunan perangkat kelas di kelas 10 IPS 2.
“Gua udah bilang kan sama lo kalo gua bakalan berhenti asal lo ngasih tau gua kenapa nya. Seenggaknya Lo jelasin benang merahnya.” ujar Saga yang tak kalah keras dari Adara tadi. Suara mereka itu tentu nya di kenali oleh Nindy yang kebetulan memang di kelas yang sama dengan Adara. Selain itu Sultan dan Zeanean juga sangat mengenali suara dari Saga tersebut juga.
“Anak-anak ada yang kenal sama suara tadi?” tanya Bu Juwita ke mereka.
“Itu suara dari Ara dan Saga bu, siswa kelas ini juga.” ujar Sultan menjawab.
“Baik lah kalo begitu, kalian semua tetap tenang di sini ya. Ibu akan mengecek di luar. Jangan ada yang keluar kelas ya anak-anak.” ujar Bu Juwita menbuat mereka mengangguk tapi tetap saja meski pun tidak boleh keluar dari kelas mereka semua tetap mengintip lewat jendela kelas. Terlihat Adara dan Saga sedang bersitegang.
“Ara dan Saga? Kenapa terlambat masuk dan malah menbuat keributan di depan kelas kalian sendiri?” tanya Bu Juwita membuat mereka berdua langsung kaget.
“Ibu, ga papa kok Bu. Maaf saya telat karena tadi salah liat kelas Bu dan tersesat.” ujar Adara yang membuat Bu Juwita mengangguk dan mereka berdua saat ini dipersilakan untuk masuk ke kelas mereka karena ini baru awal masuk jadi mereka tidak di hukum.
Saat sudah ada di dalam kelas semua mata memandang ke arah Saga dan Adara. Sementara Saga dan Adara menatap dua bangku yang kosong dan sial nya itu berada di satu meja yang sama. Adara sangat lemas sekali sementara Saga bersemangat karena ia bisa bertanya lebih banyak kepada Adara jika mereka satu meja bareng.
“Ibu saya boleh minta tukar bangku ga bu?” tanya Adara kepada Bu Juwita.
“Silakan Adara tapi dengan syarat ada yang mau tukaran.” ujar Bu Juwita.
Dan saat Bu Juwita mengatakan hak itu mayoritas siswi di kelas tersebut langsung mengangkat tangan nya karena siapa yang tidak mau jika satu meja dengan Saga? Pasti lah semua mau kecuali Adara mungkin yang memang dia sangat aneh.
“Karena sangat ramai lebih baik kalian duduk di bangku itu dulu dan baru di tetapkan pertukaran tempat duduk nya nanti ya saat istirahat.” ujar Bu Juwita membuat Adara menyesal karena dirinya tadi harus pergi ke rooftop dan lama atas sana.