MERASA PALING BENAR

1229 Kata
Malam ini Zaki pulang ke rumah dalam keadaan mabuk lagi. Ia berjalan ke arah dapur sedikit sempoyongan. "Dee, saya… " menghentikan langkahnya melihat dapur tampak kosong. Biasanya Adelia selalu menunggu sampai tertidur, dengan masakan makan malam yang sudah dingin. Apa dia belum kembali? "Ckh, bukan urusanku." Zaki pun berjalan ke arah kulkas dan mengambil air dingin. "Hem, baik. Kirim aja langsung, nanti ku periksa. Iya, Bhai." Adelia memutuskan panggilan dari Adam, dan berjalan ke arah dapur. "Oh, astaga!" Sama-sama terkejut melihat keberadaan masing-masing, Adelia lebih dulu menyadarkan diri dengan berjalan ke kulkas, membuat Zaki mundur. Adelia mengambil jus dan salad buah, mengabaikan Zaki tampak memandangnya lekat. Setelah itu Adelia beralih pada tempat cemilan, mengambil beberapa kemudian berjalan ke ruang tamu. Zaki dibuat terbengong-bengong, tidak biasanya Adelia mengabaikannya tanpa mengapa. Kok rada kesel ya? Apa ini yang Adelia rasakan di abaikan? Zaki berjalan ke tangga, sejenak berhenti menatap Adelia tampak sibuk dengan berkas-berkas di hadapannya. Drrtt… "Ya, halo. Bukti nya sudah siap, tinggal minta surat penangkapan dari pak Teguh. Iya, gapapa." "Tim penyelidik? Buat apa? Ini kan tanggung jawab kita, ngapain… ckh, terserah. Kirim kontak nya aja nanti saya hubungi." "Oke, thanks. Night." Adelia menoleh merasa ditatap, dan suaminya itu pun melengos pergi. Tak urung dia hanya mengangkat bahu tanda tidak peduli. Aku lagi mencoba untuk tidak peduli, walaupun berat. Adelia mengusap wajahnya kasar, menyisir rambutnya ke belakang. Ia sudah berjanji tidak akan membiarkan air matanya menetes hanya karena b******n sialan ini. "Cih, rasain emang enak di cuekin. Tapi, dia ngerasa gak sih? Dasar dokter hedon foya-foya kok sama p****t perempuan, healing sana biar otaknya nggak jorok mulu." "Ngomong apa barusan?" "b*****t kali kau!" Adelia terperanjat secepat kilat menoleh dan tak sengaja mengumpat tepat di depan wajah Zaki. "Ngapain ngagetin orang sih, nggak ada kerjaan itu tidur aja." lontar Adelia ngegas bergeser menjauh dari Zaki. "Saya lapar? Nggak butuh umpatan. Satu lagi, apa Daddy El tau anak perempuannya ternyata jago mengumpat?" "Nggak tau sama sekali. Kenapa, mau ngadu? Silahkan bodo amat. Bahkan, mereka nggak tau anak nya di sakitin sama dokter sialan kayak anda." cerocos Adelia tanpa di saring, Zaki hampir copot jantungnya denger Adelia begitu berani sekarang. Perasaan tadi pagi masih aman deh? "Heh, mulutnya. Jangan kurang ajar ya? Saya suami–" "Situ ngakuin nggak saya istrinya? Bukan nya cuma pajangan?" Adelia senyum miring melihat Zaki buang muka. "Laper, 'kan? Ya sudah, sana keluar. Jajan saja, biasanya juga suka jajan 'kan?" "Adelia." Zaki geram, kali ini dia merasa di hina. Begini nih, pelaku ngakunya korban. "Apa lagi sih, udah sana jangan ganggu orang kalau nggak mau di ganggu balik. Emang kakak doang yang punya private? Saya juga kali." Ujar Adelia tegas kembali berkutat dengan pekerjaannya. Lah kok malah galakan dia? Zaki pun berkata, "Saya nggak mau jajan hari ini. Kamu saja sini yang gantiin. Itukan yang kamu tunggu?" Zaki tampak menyeringai melihat perubahan mimik muka Adelia. Iris mata tajam itu mengarah padanya. "Kenapa harus marah, aku mengatakan yang sebenarnya dan kamu juga istri–" "Jangan samakan saya dengan perempuan jalangmu di luar sana kak, saya memang tidak punya cinta dari suami sendiri. Tapi, setidaknya saya di ajarkan untuk tidak membiarkan harga diri sebagai perempuan di injak-injak." Tutur Adelia tajam, berhasil membuat Zaki tampak salah tingkah. "Udah gak laper, kenyang makan Omelan mu." Zaki melenggang pergi, tidak tahu malam ini dia terasa kalah sama Adelia tidak seperti biasanya. Kayaknya nih anak ada masalah? "Bagus, lebih bermanfaat. Biar tau rasanya di omelin orang serumah." Cetus Adelia mencoba kembali fokus pada pekerjaan nya. Sepertinya ada yang salah? "Tumben nggak nyebut istri?" Celetuk Zaki mendekati tangga. "Serah saya lah, mulut-mulut saya kok situ yang sewot. Lagian, ngapain juga, orang nggak di akuin." Mak jleeb, di hati Zaki sampai Zaki pengen bungkam mulut dingin Adelia. Ah, apa ini yang Adelia rasakan? *** "Mom, Dee gimana kabarnya?" Adelio menghampiri sang mommy, wanita cantik kesayangan Logan itu sedang membuat jus untuk neneknya sebelum tidur. "Kesana aja besok, atau beneran mau ikut Turing sama Daddy?" "Paling nyusul, mau nyamperin Dee dulu kangen banget sama satu orang itu. Makasih mommy," Adelio mengecup punggung tangan Abi, setelah sang mommy meletakkan jus untuknya. "Lio," Adelio mengangguk, Abi menarik kursi lalu duduk. "Kenapa mom, kok muka nya rada khawatir gitu? Khawatir sama Daddy?" "Mommy ngapain khawatir sama Daddy, udah tua dia." Adelio tergelak, tertawa lebar mendengar ucapan sang mommy. Yakin banget udah ngomong gitu, ntar nggak bisa jauh dari Daddy nya. "Jadi, kenapa?" "Kamu tanyain Adek ya, hubungan dia sama ipar kamu seperti apa. Mommy, mommy rasa ada sesuatu yang salah sama hubungan mereka. Pernikahan mereka, mommy nggak bisa menentang daddy biarpun Dee mencintai Zaki." Tutur Abi. Dia seorang ibu dan sangar tau tabiat laki-laki seperti apa biarpun orang itu terlihat baik, pasti ada cela di sana. Walaupun Abi sangat mengenal menantunya itu, bahkan sebelum sang besan dokter nya meninggal dunia, beliau sangat berpesan untuk memperhatikan Zaki seperti apa. Dari sana saja, Abi sudah sangat paham ada yang tidak beres dengan laki-laki itu. Sayangnya suami nya itu terlalu percaya pada Zaki, mengingat bagaimana Zaki selalu menjadi dokter yang baik untuk keluarga mereka. Adelio pun sebenarnya berpikir sama seperti sang mommy. Dia juga sedikit ragu untuk menerima Zaki, cuman mengingat bagaimana bahagianya Adelia saat menikah membuatnya urung untuk berpikir aneh-aneh. "Mommy tenang aja, nanti Lio tanyain ya." Abi pun mengangguk "Oscar mana? Udah malem nggak pulang." Adelio baru mencari Oscar setelah jam tengah malam, wah kakak kurang asem. "Hahaha, mommy lupa ngasih tau kamu. Kamu sih nggak nanyain," "Hehehe, kadang Lio lupa masih punya si bontot." "Heh, kalau dia denger ngamuk dah tuh." "Nah, mumpung orangnya gak ada kan, hahaha." "Dasar kamu ini," Abi menggelengkan kepala mendengar tawa puas anak kedua nya. "Adek kamu ke Singapura, cabang sedikit bermasalah. Jadi, daddy saranin buat turun langsung." kata Abi. Ia begitu bahagia Oscar sangat bersemangat menjalankan perusahaan besar milik sang Daddy. Anak itu tidak pernah absen untuk konsultasi dengan sang Daddy, sedikit banyaknya sesuatu terjadi pada perusahaan yang menurutnya sangat penting untuk dibicarakan. "Pada ngapain?" Elvano nongol, dia lelah nungguin istri cantiknya belum balik-balik ke kamar. Umur boleh tua, tenaga dan pikiran apalagi wajahnya tidak menggambarkan bahwa dirinya sudah hampir kepala 5 bapak satu ini. Makin cinta nyonya liat suaminya nggak banyak berubah. Malah, tambah ganas, katanya gemes liat istrinya makin semok. Adelio bangkit. "Lagi gosipin Daddy." ucapnya membawa jus nya ke kamar, meninggalkan sang Daddy dengan muka melongo Pengen di timpuk takut nggak dapat jatah malam ini. "Anak siapa songong banget." "Anak kamu lah. Orang songong nya dari kamu kok." "Mom, kalau ngomong bisa nggak pedesnya di kurangin dikit?" "Nggak bisa, kamu ngelunjak." "Ish, bener lagi." Abi nahan senyum, suami benar-benar membuat hari-hari selalu dipenuhi dengan tawa. Untuk nggak di kasih janda dan tangis. Wkwkwkw. Kini Adelio berbaring, membuka grup keluarga. Terlihat kembarannya masih online, dia pun mengirim pesan. "Dek, besok sarapan pagi sama Abang ya." Tak perlu menunggu lama, ponselnya berdering panggilan telepon dari Adelia. "Halo," "Bang, pesanan Dee mana?" "Gini nih kalau bu jaksa, mau nya sat set nggak ada neko-neko nya." "Hehehe, beneran mana ih." "Besok aku bawain." "Jemput ya," "Siap Bu jaksa. Pake motor ya, habis dari sini mau susul daddy Turing." "Tumben, mommy nggak ikut?" "Nenek ada jadwal besok." "Oh, oke." "Dek," "Hem, aku lagi ngerjain berkas nih buat tuntutan besok." "You okey?" Seketika keduanya diam, Adelia yang mendapat pertanyaan tiba-tiba dari Abang kembarannya pun terdiam tidak seperti biasanya. Apa yang terjadi pada pernikahanmu Sebenarnya Adelia?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN