Perbedaan si kembar

1182 Kata
"Kenapa berhenti?" Keysha celingukan mencondongkan tubuhnya ke depan, menggunakan tas nya sebagai penyangga di punggung Adelio. Gadis itu buru-buru menjauhkan diri saat Adelio memutar badannya. Wajahnya yang memerah tampak lucu sekali, Adelio pengen gigit. Tapi, sadar diri siapa yang Keysha. "Itu artinya tujuan nya belum sampai?" "I-iya, terus?" Keysha mulai parno melihat sekitar, tatapannya mengarah pada penginapan di seberang jalan. "Tenang aja, emang nya saya cowok apaan bawa sembarangan ke dalam penginapan." "Oh." Adelio menunduk, senyumnya tak bisa ia tahan. Khem, ia berdehem sebelum kembali menatap Keysha. "Saya mau mampir dulu, Daddy ada di dalam mau pamit nganter anak orang sampai ke rumahnya." "Oh." Keysha pun turun tanpa menyentuh Adelio. "Pacar nya posesif ya?" "Huh? Jangan urusin privasi orang." Ketus Keysha. Pacar? Apa itu pacar? Cih, kok kedengarannya meledek ya? Dasar sok tau. Adelio geleng kepala, ikut turun dari motor menaruh helm nya. "Mau ikut?" "Tidak. Terimakasih." "Nggak mau—" "TIDAK." tekan Keysha. Dia hanya membatasi diri, jangan sampai melakukan hal bodoh hanya karena suara lembut seorang pria. Begini-begini dia sudah pro tentang pria, apalagi orang tampan seperti orang di hadapannya ini. Khem, dia tidak munafik kok, cowok ini memang tampan sangat malahan. Mata rusa miliknya terlihat dingin, tetapi, terasa hangat. "Oke, tunggu bentar ya." Adelio pun mengambil langkah lebar berlari kecil ke dalam penginapan. Berlari sambil menyisir rambut adalah ciri-ciri dan kebiasaan pria penggoda. Hadeh, Keysha geleng-geleng melihatnya. "Daddy," Elvano berbalik, ia bangkit dari duduknya melihat sang anak tersenyum lebar ke arahnya. "Kok nggak bareng yang lain," Elvano memeluk Adelio, menepuk-nepuk punggung anak keduanya. "Ada sedikit kendala." ucap Adelio kini beralih pada om nya Jayden. "Yo, bro. Makin hot ya anda." ucap Jayden disambut tawa. "Hahaha, masa kalah sama kalian yang para Daddy." "Iyalah, biar mommymu makin cinta." Celetuk Elvano menepuk d**a songong. Lihat, gimana anaknya nggak songong kalau bapaknya aja begini. "Tuh, denger kata Daddy kamu." Timpal Jayden. "Ya ya ya, kalah El kalau sama kalian. Hahaha. Dad, ada mobil nggak? Mau nganter temen, kasian kalau pake motor." "Yakin temen?" sahut Jayden menggoda Adelio. "Kata, Barra tadi, kamu bonceng cewek. Hayo," Jayden mengulurkan kunci pada Adelio yang tengah menggaruk tengkuk leher nya. Elvano hanya tertawa. "Teman lama, om." jujurnya. Emang teman lama kok, teman yang selalu membuat jantungnya berdebar kencang. Teman selalu membuatnya bersemangat berangkat sekolah, biar bisa liat senyum manisnya. Teman yang bikin dia patah hati, dan sadar diri bahwa dia hanya pengagum rahasia. "Cantik nggak?" Tanya Elvano dan Jayden serentak, sontak Adelio menarik kepalanya mundur selangkah setelah itu mendengus. "Ish, ngagetin tau. Udah ah, kasian dia nunggu." Adelio berbalik takut lama-lama di dekat Daddy sama om nya malah di goreng terus yang ada ketahuan siapa gadis di luar sana. Dasar nya bapak-bapak tukang kepo, Elvano dan Jayden diam-diam mengintip kepergian Adelio dari jendela dan keduanya tersenyum aneh. "Cantik juga." "Kayak nggak asing ya bang?" "Lah? Kenal?" Elvano menaikkan sebelah alisnya, melipat kedua tangan di bawah d**a kokoh nya. "Wait?, Eh, tapi, masa dia salah satu cewek-cewek dulu sih?" "Idih pede kali anda." protes Jayden. Tua-tua begini, dia masih ingat muka-muka mantan jalang Abang nya ini. "Sialan." Elvano mengumpat dalam hati, kembali melihat keluar. "Sudah besar ternyata." gumam nya melihat wajah bersemangat putranya membuka pintu untuk gadis cantik yang bersamanya. Ya, walaupun gadis itu terlihat risih sih. Ah, apa sepihak? Sibuk melihat kepergian Adelio, ia sontak menepuk dahi nya. Ternyata dia lupa mengabari pujaan hatinya. Elvano pun segera merogoh saku mengambil ponsel lalu menghubungi nyonya Logan. "Halo, baby." "Apaan baby, baby… jahat banget nggak ada kabar. Hiks," "Daddy pulang sekarang ya," "Eh, canda mas. Hehe. Jangan dong, baru nyampe kan, udah kamu istirahat aja ya." "Lagian, kamu sih." "Hehe, maaf Daddy sayang. Anakmu udah nyampe belum?" Tanya Abi, ia duduk mengambil piring. "Sudah sayang, dia lagi nganter temen dulu. Baby…" "Hem, kenapa?" Abi menahan senyum, sudah tau suaminya bakal merengek merindukannya. "Kangen~~~" "Pfft… makanya jangan sok-sok 'an ikut Turing kalau ujung-ujungnya ngerengek." "Ish, kamu mah. Gimana kondisi mama?" "Lebih baik dari sebelumnya. Kata dokter…" Abi pun menjelaskan kondisi mertuanya. *** Makan bareng berakhir saling sindir-sindiran, ah, bukan. Sebab, Adelia menang telak. Sialnya lagi, Zaki tidak punya apa-apa untuk melawan Adelia. Dia, sama sekali tidak mengenal istrinya otomatis tidak tahu apa-apa selain diam menahan kesal. Saat ini, Adelia membuka pintu mobil depan. Zaki niatnya mau bantu, sayangnya Adelia terlalu batu. "Saya punya tangan, masih berfungsi sama kayak jantung saya masih berdebar di dekat kakak. Jadi, stop pura-pura perhatian." ketusnya. Kemarin-kemarin mungkin Zaki tidak peduli dengan omongan Adelia, namun, sekarang tidak. Dadanya berdesir mendengarnya seolah sesuatu di dalam sana memberontak. "Dokter Zaki?" Seorang perempuan memanggil Zaki. Adelia pun urung tak jadi masuk ke mobil menolehkan wajahnya begitu juga Zaki. Ia melirik Zaki tampak biasa saja saat perempuan itu semakin dekat dengan mereka. "Hai, sayang. Aku ke klinik nggak ada, ternyata disini." Perempuan itu merangkul leher Zaki, mengecup pipi Zaki sontak Adelia membuang muka tersenyum remeh. Agak sakit sih di hati, cuman… ini sudah biasa baginya. Hanya saja, kenapa harus terang-terangan seperti ini? Kalau seumpama keluarga atau rekan kerjanya melihat, orang akan berpikir apa tentangnya. "Apa yang kau lakukan sialan." sentak Zaki mendorong perempuan itu menjauh darinya. "Zaki, Auh. Kamu kok kasar sih. Aku merindukanmu, makanya—" "Tutup mulutmu sialan. Pergi dari sini sebelum—" "Ah, tampak amat sangat menyedihkan." cibir Adelia, terdengar jelas oleh Zaki dan perempuan itu. Sebelum Zaki mengatakan sesuatu sambil mendorong perempuan itu kesal, Adelia lebih dulu masuk ke mobil. "Ah, apa karena gadis ini kamu berubah? Tidak sopan sekali. Setidaknya sesama ugghh!“ Zaki mencengkram dagu perempuan itu, mendorongnya hingga terbentur di pintu mobil. Tatapannya begitu dingin, rahangnya mengeras ingin membunuh salah satu jalang nya ini. "Dia istriku, bukan perempuan jalang dan murahan sepertimu. Merasa bangga pernah di tiduri, Hem? Kau hanya satu dari sekian banyak perempuan yang tidak tahu diri. Jadi," Zaki mendorong perempuan itu menjauh dari nya. "menyingkir dari hadapanku, sialan. Berani sekali kau melakukan hal gila di depan umum seperti ini, kau akan tanggung akibatnya kalau sampai terjadi sesuatu." ancam Zaki menunjuk perempuan itu lalu menarik pintu mobil kemudian masuk. Dari dalam mobil, Adelia melihat semuanya, dan pura-pura tertidur saat Zaki masuk. Dia tidak ingin berdebat, hatinya sudah lelah melihat kelakuan gila Zaki. Sayangnya, Zaki tidak sepintar Elvano yang begitu pintar menangani para perempuan sewaan nya. "Dee, saya… " terhenti melihat Adelia memejamkan mata. Dia tau, Adelia tidak tidur terlihat dari nafasnya tak tenang. "Sorry." bisiknya mendekatkan diri pada Adelia, berniat memasang seatbelt untuk Adelia. Ketika wajahnya berada tepat di dekat wajah Adelia, nafas gadis itu menyapu pori-pori wajah nya dan itu terasa menggelitik. Zaki pun pelan-pelan menoleh dan wajah cantik dan indah Adelia membuatnya terpana. Matanya memandang setiap inci garis wajah Adelia. Semakin dipandang, Zaki semakin terbuai dalam kecantikan Adelia. Hingga matanya terkunci pada bibir pink berbentuk hati tebal di bawah nampak menggoda di matanya. Glek. Zaki menelan ludah sendiri, bibir Adelia seperti… duk! "Auh!" Zaki memekik memegang hidungnya yang kena sundulan dari Adelia. Gadis itu terlampau kesal, bukannya menjauh malah semakin mepet. Enak saja mau main sosor, memangnya dia apaan. "Adelia!" "Mau lagi, hah!" sembur Adelia menantang Zaki, pria itu pun memukul stir mobil. Hidung mancungnya rasa ingin patah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN