Pernikahan

1266 Kata
"Kenapa kalian.. " ucapan Defni terhenti saat Abraham dengan cepat menjawabnya. "Vania tadi terjatuh sayang" sambar Abra grogi. Ia takut Defni akan berpikir macam-macam padanya. "Ouh yasudah sayang kalau begitu. Vania ini ibu belikan tas terbaru yang kamu mau itu loh" mata Vania berbinar saat melihat tas incarannya ada di tangan ibunya. "Wow bagaimana ibu mendapatkannya. Bukannya ini sudah sold out. Makasih ya bu" ucap Vania sambil memeluk ibunya dan mengambil tas merk channel itu. "Kebetulan teman ibu ada yang liburan ke Amrik dan ibu menitip tas ini padanya. Kamu suka kan sayang" tanya Defni. "Suka banget bu makasih banyak ya " jawab Vania sambil menenteng tas itu lalu memutar badannya sekali dan berkaca di jendela besar rumahnya. "Ibu senang kalau kamu juga senang sayang. Terima kasih juga sama papa Abra karena dialah yang memberikan ibu uang untuk membeli tas ini" "Terima kasih pa" ucap Vania lalu mengecup pipi Abra. Defni tidak mempermasalahkannya karena dari dulu memang Vania suka mengecup pipi papa kandungnya semasa hidup. "Iya sayang" jawab Abra gugup karena mendapatkan ciuman tiba-tiba dari Vania. Hari berlalu dengan cepat tak terasa sekarang pernikahan Defni dan Abraham digelar begitu mewah dan meriah. Souvenirnya saja emas antam 5 gram. Vania salut dengan kekayaan yang dimiliki oleh Abraham. Abraham sendiri adalah seorang pengusaha tambang dan batu bara selain itu ia juga memiliki usaha berlian. Pantas kalau Abraham begitu kaya raya dan ibunya tergiur dengan kekayaan dan ketampanan papa tirinya itu. Sejenak Vania merasa kesal dan marah karena merasa tak adil, ibunya bisa mendapatkan pria sesempurna Abra, apalagi papa tirinya itu masih single dan belum menikah sama sekali saat menikah dengan ibunya. "Wow Vania papa tirimu tampan sekali! kayak artis turki itu loh yang kita tonton di tivi!! " Jesica begitu terpesona melihat Abra papa tirinya Vania. Begitu juga dengan emak-emak yang datang ke acara pesta itu. Mereka tak berhenti memuji dan mengaguminya. Vania memutar bola matanya malas. Ia malah menjauh dan mengambil minum di meja hidangan. Setelah itu acara lempar bunga digelar. Semua orang antusias terutama Jesica. Vania malas ikutan tapi dipaksa oleh sahabatnya itu. Vania hanya berdiri dan begitu tertarik dengan acara itu. "Satu.. Dua.. Tiga.. " bunga itu dilempar oleh ibunya dan semua orang berebutan mengambilnya termasuk Jesica. Tapi bunga itu mendarat tepat di tangan Vania. "Wah selamat Vania. Sebentar lagi kau akan menyusul!! " seru Jesica saat melihat Vania memegang bunga itu.Vania hanya diam saja dan malah menyerahkan bunga itu pada Jesica. "Ogah aku nikah muda!!" Vania memang tak ingin menikah muda karena ia ingin fokus mengejar cita-citanya sebagai seorang model. Selama ini Vania diam-diam menjual foto-foto seksinya di only fans karena saat itu ekonomi keluarga mereka sangat sulit dan Vania terpaksa melakukannya. Ia juga suka melakukan photoshoot untuk endorse di i********:. "Vania kamu dipanggil sama ibumu tuh"kata Jesica menyampaikan. Vania menghampiri ibu dan papa tirinya untuk melakukan foto bersama. " Sini sayang" Defni menarik tangan Vania dan Vania bediri di tengah mereka. Mereka berfoto bersama dengan beberapa gaya. Vania merasa Abra terlalu dekat dengannya tapi. ia tak berpikir apa-apa. Lalu saat sesi foto terakhir ibu dan papa tirinya dengan kompak mencium pipinya. Vania malu karena dicium oleh Abra. Wajahnya sudah memerah seperti tomat. Sedangkan Abr terkekeh melihat Vania. 'Itu balasan untuk kenakalanmu kemarin baby' gumam Abra dalam hatinya. Setelah acara selesai mereka menginap di sebuah hotel bintang 5. Tadinya Vania menolak ikut karena ingin tidur dirumah Jesica tapi ibunya malah memaksanya ikut. Mau tak mau Vania menuruti perkataan ibunya. Defni dan Abra memasuki kamar pengantin mereka. Sedangkan Vania berada di kamar sebelahnya. Ia merasa bosan dan memainkan hpnya. Sebuah pesan dari Jesica membuatnya senang karena ia hanya sendirian disini. Saat ia sedang asyik bertukar pesan pintunya diketuk oleh seseorang. Vania pikir itu house keeping hotel ternyata itu adalah Abra yang hanya memakai kaos polo dan celana pendek. Ia melihat dengan jelas bekas cupangan di leher Abra. "Vania kau belum makan sayang? ini papa antarkan makanan untukmu" ujar Abra karena mereka lupa memberikan Vania makan malam. "Papa tidak perlu repot-repot. Ini kan malam pertama kalian. Kalian kan bisa telepon layanan hotel. Lagian Vania sudah besar pa" "Papa ingin memastikan sendiri kamu makan. Jangan lupa dimakan ya sayang atau papa tungguin disini? " tanya Abra. "Tak perlu pa, Vania bisa sendiri kok. Kasihan ibu kalau papa tinggal." tolak Vania tak enak. "Yasudah kalau begitu. Nanti telpon papa kalau ada apa-apa oke. " "Oke pa" Vania menutup pintu kamarnya lalu tersenyum sambil menatap makanan yang diberikan oleh Abraham. Papa tirinya itu sangat perhatian padanya. Ia memegang dadanya yang berdetak tak karuan. 'Aduh kenapa aku jadi begini. Kenapa wajahku jadi panas dan sesak nafas begini. Tidak Vania dia papa tirimu" Vania menggeleng-gelengkan kepalanya dan mulai memakan makanan yang dibawakan oleh Abra. Sedangkan di kamar sebelah Abra dan Defni menjalani ritual malam pertama mereka. Abra dengan semangat memompa Defni tapi pikirannya melayang memikirkan putri tirinya itu. 'Tidak apa yang sudah aku pikirkan. Aku hanya mencintai Defni. ' "Kenapa sayang kamu lagi banyak pikiran? " tanya Defni saat menyadari Abra melamun. "Tidak sayang sepertinya aku kecapekan" jawab Abra gugup. "Bilang dong sayang. Kita kan bisa melakukannya nanti. Aku ngerti kok. Sepertinya kita tidur saja ya hari ini." usul Defni. "Beneran gapapa sayang? maaf ya sayang aku janji besok akan lebih ganas dan lebih buas lagi" kata Abra menggoda Defni. "Aku tagih janjimu sayang" Defni mendaratkan kecupannya di bibir Abra. Entah mengapa sekarang Abra merasa ciuman Defni kali ini terasa hambar.Mereka memilih tidur sambil berpelukan. Keesokan paginya mereka memutuskan pulang kerumahnya Abra. Barang-barang mereka sudah berada di rumah Abra berkat bantuan para bodyguard Abra. Vania menatap penuh kagum saat melihat rumah Abra seperti istana yang megah. Para pelayan dan bodyguard berdiri di samping kanan kiri mereka dengan rapi berbaris memberi hormat pada mereka. "Ini rumah papa?! " tanya Vania dengan mata berbinar. "Iya sayang. Mulai sekarang ini rumah Vania" jawab Abra sambil merangkul Defni masuk ke dalam rumah. Vania menatap iri pada ibunya yang sangat beruntung mendapatkan berlian seperti Abra. Pelayan membawakan barang-barang mereka masuk ke dalam. Vania mengikuti orang tuanya dari belakang. Vania berdecak kagum melihat desain interior rumah itu yang bergaya Eropa. "Papa dengar kamu senang berenang sayang. Disini ada kolam renang yang luas dan kamu bisa berenang sesuka hatimu" ujar Abra. Vania melihat kolam renang yang luas lengkap dengan penghangat airnya dan bisa berenang jika malam hari juga tanpa takut kedinginan. "Bi Marni tolong antarkan Vania ke kamarnya" suruh Abra. "Mari non, bibi anterin ke kamarnya non" Vania mengikuti bi Marni dari belakang sampai mereka di lantai 2. Saat pintu dibuka Vania tercengang karena kamarnya begitu luas dan mewah. Di dalamnya serba pink karena Abra mendesainnya khusus untuk Vania. Ada banyak boneka Hello Kitty dan walpapar dindingnya berwarna pink. Selimut dan sprei nya juga berwarna pink polos serta terdapat meja belajar yang luas untuk Vania. Ranjangnya begitu empuk saat Vania mendaratkan bokongnya disana. "Non ini kamarnya non. Perlu bibi bantuin beresin barangnya? " tanya bi Marni. "Tidak perlu bi makasih ya" tolak Vania seraya tersenyum. "Baik non kalau begitu bibi izin turun ke bawah dulu kalau ada apa-apa panggil bibi aja ya non di bawah" ujar bi Marni. "Iya bi terima kasih" jawab Vania. Vania merebahkan tubuhnya saat bi Marni keluar dari kamarnya. Sebuah pesan masuk ke dalam hpnya. Saat Vania membuka nya Vania tersenyum karena pesan itu dari Abra, papa tirinya. "Kamu suka sayang? " tanya Abra. "Iya suka banget pa" jawab Vania cepat. "Malam ini mau berenang sayang? nanti papa juga ikut berenang sama ibumu" "Oke pa" Vania berencana agar memakai setelan bikini yang seksi malam ini. Ia akan menggoda papa tirinya itu. 'Kita akan lihat seberapa besar kau mencintai ibuku' batin Vania sambil tersenyum licik.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN