“Vivi!” Teriak antusias Arabelle, gadis itu berjongkok dan merentangkan kedua tangannya lebar-lebar saat dokter hewan membuka pagar besi. Seekor anjing jenis Husky mengonggong keras menjulurkan lidahnya dan berlari dengan cepat, melompat pada pelukan Arabelle.
“Apakah dia sudah benar-benar sehat Alex?” tanya Arabelle yang bersusah payah menenangkan anjingnya yang tengah melompat-lompat memeluknya.
Sudah lebih dari seminggu Vivi di rawat Alex karena sebuah luka di punggungnya, seseorang telah berusaha melukai Vivi di belakang Arabelle.
“Sudah, kau sudah bisa membawanya.”
Arabelle tersenyum lebar, “Terima kasih Alex” ucapnya antusias.
Alex mengangguk malu seraya mengusap tengkuknya, pria itu tampak ragu untuk berbicara melihat dan Vivi yang sangat berantusias. “Eh, itu Ara, apa kau sudah menanyakannya pada Nerissa?.”
Arabelle menengok, “Minggu depan kami mau melakukan amal bersama di Loor, jika kau mau, datang saja. Nerissa juga pasti ada.”
Alex tersenyum ragu, “Bagaimana dengan Kenan?” sudah lama Alex tertarik dengan Nerissa, namun keberaniannya menciut karena gadis pujaannya memiliki kakak seperti Kenan William.
“Tentu saja ada, di mana ada Endrea, disitu ada Kenan.” Jawab Arabelle dengan cepat dan membuat reaksi Alex berubah menjadi muram. “Tapi kau tidak usah khawatir, Endrea bisa menahan dan menjinakan Kenan. Di dunia ini, hanya Endrea yang bisa mengatur Kenan.”
“Benarkah?.”
Arabelle membusungkan dadanya seketika, “Tentu saja. Percayakan semuanya padaku.”
***
“Jadi, kamu sudah tertarik dengan Ara?” Greta berdiri dengan anggun melihat punggung puteranya yang masih terbalut dengan jass, Raefal membuka dasinya dan membuang napas dengan berat beberapa kali. “Aku sudah menelpon Nicholas dan meminta mengatur waktu makan malam keluarga, dia setuju. Besok kita akan pergi kerumah Ara.”
Raefal langsung membalikan badannya dan melihat Greta, “Aku mengerti.”
“Katakan dulu padaku. Ara menarik bukan?, dia gadis yang manis dan polos.”
Raefal mengusap rambutnya dengan kasar. Polos?. Benar, Arabelle polos, dan kepolosannya sudah membuat otaknya menjadi tidak berfungsi hingga nyaris bodoh permanen. Raefal ingin melakukan pertemuan keluarga karena beberapa tujuan, bukan karena dia tertarik dengan Arabelle.
Apalagi setiap kali Raefal bertemu dengan Arabelle, gadis itu selalu memberikan kesan yang buruk padanya. Mana bisa Raefal jatuh cinta pada seorang gadis yang bruntal seperti Arabelle Giedon.
“Biasa saja.” Jawab Raefal dingin.
Greta berdecih tidak terima, “Meski dia tidak seanggun dan mantan kekasihmu, dia adalah wanita baik-baik. Bukan wanita yang berpura-pura baik.”
“Bu, sudahlah. Masa lalu tidak pantas untuk di ceritakan lagi” protes Raefal tidak suka, Greta mengedikan bahunya dengan acuh lalu pergi keluar. Raefal duduk di kursi dan memejamkan matanya, melepaskan beberapa hal yang menambah rasa lelahnya.
“Arabelle Giedon, Mina Wilson. Kita lihat saja besok, drama apa yang sebenarnya terjadi di antara kalian.”
***
Vivi melompat dari mobil dan berlari dengan cepat tampak senang, Arabelle segera keluar menyusul dan membukakan pintu. Suasana rumah terasa menjadi semakin asing setelah pertengkarannya dengan Nicholas.
Samar-samar Arabelle mendengar suara yang sangat familiar tertangkap dalam pendengaran Arabelle. “Vivi, kau mendengar suara nenek sihir itu juga kan?” bisik Arabelle setengah membungkuk, sontak Vivi menggong-gong.
Raut di wajah Arabelle berubah menjadi muram, melihat wanita tua berpakaian tradisional dengan memakai tongkat berjalan ke arahnya di dampingi Mina.
“Dari mana saja kau malam-malam seperti ini baru pulang?. Apa kau belum puas telah melukai Kate dan kini bersikap liar berkeluyuran di luar?.” Omel Sana dengan setumpuk omelannya, Arabelle hanya mengorek kupingnya dan menguap.
“Kau tahu Vivi, paman Julian mengatakan. Jika kau terlalu sering mendengarkan suara orang miskin, kau akan menjadi tuli. Ayo Vivi, aku tidak mau tuli” kata Arabelle seraya berlari mengajak Vivi pergi.
“Anak kurang ajar!” Teriak Sana geram.
“Sudahlah nenek, kita biarkan saja dulu dia bebas sekarang. Nanti setelah ayah pergi, baru nenek membalasnya.” Bisik Mina menenangkan.
Sana menghela napas. “Kau benar. Dia sama bruntalnya dengan wanita itu, sikapnya sangat rendahan. Hanya kau cucu kebanggaan nenek” hina Sana dengan umpatan.
Arleta, ibu kandung Arabelle sesungguhnya bukanlah anak kandungnya Sana. Sana hanya memiliki satu anak kandung, yaitu Kate. Karena itu, perlakuan Sana terhadap Arleta dan keberpihakannya kepada Kate untuk merebut Nicholas sangat terang-terangan, termasuk perlakuannya yang sangat berbeda kepada Arabelle dan Mina.
Susah payah Sana mempersatuan Kate dan Nicholas setelah meracuni Arleta secara perlahan, tidak akan pernah dia membiarkan Arabelle menghancurkannya dan membuat rencananya menguasai kekayaan Nicholas hancur berantakan.
Dulu, setelah Arleta meninggal dan berwasiat kepada Nicholas agar menikahi Kate agar Arabelle bisa tetap memiliki sosok seorang ibu. Nicholas mentah-mentah menolaknya. Kebesaran cintanya kepada Arleta tidak akan bisa di ganggu gugat.
Suatu hari Arabelle mengalami kecelakaan, gadis itu koma dalam waktu yang cukup lama. Obat-obatan dan bahan kimia perlahan merusak tubuhnya. Ketika Arabelle sadar, ginjalnya telah rusak. Arabelle membutuhkan pendonor.
Tidak mudah bagi Nicholas menemukan pendonor yang cocok untuk Arabelle.
Sana datang mengajukan diri menjadi pendonor untuk Arabelle dengan syarat agar Nicholas menikahi Kate dengan alasan menuruti wasiat terakhir Arleta. Mau tidak mau Nicholas menuruti kemauan Sana demi kesembuhan Arabelle.
Apa yang telah Nicholas lakukan selama ini semuanya demi Arabelle.
Namun rupanya pernikahannya dengan Kate menjadi masalah yang besar, karena pernikahan kerajaan adalah pernikahan seumur hidup. Nicholas tidak bisa menceraikan Kate dengan mudah karena semua hukum dan pengadilan istana yang rumit, semua orang-orang istana memiliki sekutu masing-masing.
Di dalam kamar Arabelle sudah selesai mandi dan membaringkan tubuhnya di ranjang, gadis itu memandang keluar jendela dan melihat bagaimana gelapnya malam itu.
Vivi sudah tertidur dalam tendanya sendiri di sebelah ruangan.
“Ara” Nicholas membuka pintu, Arabelle melihat sekilas dan melihat keluar lagi. Nicholas masuk dengan ragu, dia menyadari puterinya masih marah. “Ara sayang” Nicholas duduk di sisi ranjang dan memeluk Arabelle. “Apa kau masih marah pada ayah?.”
“Kenapa kau mengizinkan nenek lampir itu datang ke sini?” tanya Arabelle dengan ketus dan menepis pelukan Nicholas.
“Ayah tidak tahu Ara, mungkin Kate memintanya datang setelah kau melukainya. Karena itu ayah bilang padamu, kau harus bersikap hati-hati. Ayah tidak ingin kau terluka ketika ayah lengah dan pergi jauh darimu.” Nasihat Nicholas memeluk Arabelle lagi dan mengabaikan kemarahan puterinya. “Kau paham kan apa yang ayah maksudkan?.”
“Iya, iya” jawabnya ketus seraya menyikut-nyikut perut Nicholas untuk menjauh.
“Ara, besok Greta dan Raefal akan berkunjung ke sini. Kita akan makan malam besama, ayah harap kau ada di rumah dan tidak membuat ulah.”
“Aku tidak mau. Aku tidak mau melakukannya lagi!”
“Ara, dengarkan ayah!” Nicholas memeluk Arabelle semakin erat dan menahannya untuk tidak pergi. “Jika kau tidak mau dan tidak setuju dengan perjodohan ini, bertunanaganlah dan bertahan beberapa bulan dengan Raefal. Tunggu semua pemindahan asset seluruh harta ketanganmu Ara, dan selama menjadi tunangan Raefal, belajarlah berbisnis.”
Arabelle terdiam cukup lama dan mencerna kata-kata Nicholas, gadis itu berbalik dan menatap Nicholas lebih dekat. “Tapi kenapa harus bertunangan ayah?, aku tinggal menunggu pemindahan asset.”
Nicholas tersenyum kecil dan mengusap rambut Arabelle, “Harta yang ayah berikan harus kau kelola Ara, bukan hanya untuk di habiskan. Jika kau mendapatkan semuanya tanpa tahu apa-apa, kau akan menghancurkan apa yang telah ayah bangun.”
Arabelle terdiam dan mulai berpikir, perkataan Nicholas terdengar masuk akal.
“Kau juga harus dapat dukungan ketika Kate menuntut harta. Karena itu, berjanjilah kepada ayah.”
“Apa?”
“Belajarlah dengan baik, Rae adalah seorang pengusaha yang sukses dan sangat kompeten. Setelah kalian bertunangan, gunakan waktu itu untuk kau belajar berbisnis dengan dia.”
“Aku memilki Endrea dan paman Julian yang sangat sukses, aku bisa belajar kepada mereka.”
“Mental mereka berbeda Ara. Sesempurna apapun kehidupan Endrea, Julian mendidiknya dengan keras.”
“Ayah juga bisa mendidikku. Kenapa harus orang lain?” tanya Arabelle masih ingin tahu.
“Jika aku yang mengajarimu, kau tidak akan mudah mendengarkan. Kau akan selalu membuat ulah dan semena-mena. Ayah tahu itu Ara, ketika kau belajar dari orang lain. Ayah ingin kau tidak hanya belajar berbisnis, Ayah juga ingin kau belajar bagaimana sulitnya kehidupan nyata. Ayah ingin sikapmu berubah Ara, jaga emosimu, pikirkan apapun yang akan kau lakukan, setiap kau mau mengambil keputusan pikirkan baik buruknya.”
Kali ini Arabelle terdiam..
“Ayah serius Ara. Jagalah sikapmu kedepannya, perbanyaklah teman-teman yang suatu saat nanti bisa kau andalkan. Apa kau mengerti?.”
Arabelle masih terdiam, namun dengkuran halus keluar dari mulutnya.
“Puteri kita sangat nakal Arleta” dengus Nicholas dengan senyuman, melihat Arabelle yang tengah memeluknya dengan kaki membelit dan kepala menengadah karena memperhatikan ayahnya berbicara. Arabelle tertidur pulas dengan mulut terbuka hingga menimbulkan suara dengkuran halus.
***
“Berikan gaun ini kepada Arabelle. Ibu ingin dia mengenakan ini nanti malam” Greta meletakan kotak besar berisi gaun dan sepasang sepatu.
Raefal menggeleng enggan, dia mengunyah makanannya dan memilih fokus membaca berita harian.
“Kenapa Rae?, kau yang meminta pertemuan ini.”
“Arabelle Giedon tidak kekurangan gaun mewah” sangkal Raefal dengan mulus, sebenarnya Raefal tidak ingin bertemu dengan Arabelle yang sebenarnya, bisa-bisa rencananya kacau. “Baiklah” putus Raefal tiba-tiba berubah pikiran.
Greta langsung tersenyum puas, “Kemarin saat datang kemari, Ara tidak memakai aksesoris apapun. Dia gadis mewah yang sederhana, mungkin sebaiknya aku membelikan salah satu anting terbaik dari koleksi perusahaanmu.”
“Jangan Bu!” Sela Raefal dengan cepat. “Arabelle tidak terlalu menyukai perhiasan.”
“Pantas saja, perhiasan yang pernah aku berikan tidak dia pakai” Greta mangu-mangut setuju.
Raefal menegakan tubuhnya dengan cepat, untuk saat ini Raefal tidak akan memberikan apapun selama kakak tiri Arabelle bertingkah dan masih mengaku-ngaku jika dirinya Arabelle.
Raefal beranjak dengan cepat setelah menyelesaikan membaca berita hariannya, “Aku berangkat kerja” pamitnya seraya mengambil kotak baju, lalu mengecup pipi Greta.
“Hati-hati di jalan.”
***
“Lihat itu, hanya makan malam saja Ayah memanggil chef kerajaan untuk memasak. Memangnya apa istimewanya anak nakal itu, setiap saat membuat ulah. Jika saja tidak ada darah Giedon yang mengalir di tubuhnya, tidak akan ada yang sudi mengenal dia. Ayah benar-benar tidak adil kepadaku” Omel Mina mereasa cemburu melihat keluar di mana ada mobil-mobil kerajaan yang datang dan mempersiapkan langsung acara yang dikatakan Nicholas sederhana.
“Bagaimana kau menghadapi nanti malam?, Raefal akan tahu kebenarannya. Ini akan membawa masalah besar kepada kita meski anak nenek.”
“Ibu tenang saja. Aku memiliki rencana untuk mengatasinya.”
“Jangan mengacaukannya” tekan Kate sebelum berbalik pergi.
Mina menyerigai jahat penuh rencana, pandangannya terpusat pada assistant Raefal yang keluar dari mobil membawa sebuah kotak hadiah. Pandangan Mina mengedar waspada, Mina memutuskan berlari menuruni tangga dan membukakan pintu setelah terdengar bel.
“Selamat pagi.” Ekspresi Liam berubah suram saat tahu siapa yang membukakan pintu. “Saya di utus Tuan Raefal untuk mengirimkan pakaian kepada Nona Arabelle.”
“Saya Arabelle.” Jawab Mina dengan mata berbinar-binar.
Wajah Liam mengegang, namun dia tetap memaksaan senyuman masamnya dan menyerahkan hadianya kepada Mina meski Liam tahu dia bukan Arabelle yang asli. Namun pesan Raefal mengenai kebohongan Mina harus tetap berjalan hingga acara nanti makan malam berlangsung.
***
Matahari mulai menurun, semua orang semakin sibuk untuk mempersiapkan acara makan. Berbeda dengan Arabelle, gadis itu masih sibuk memeluk cemilannya sambil duduk di atas meja. Pakaiannya yang masih sederhana, rambut acak-acakan membingkai wajah cantiknya.
Arabelle berdecih jijik melihat Kate dan Mina yang sejak tadi pagi melakukan banyak perawatan.
“Apa yang kau maksudkan?, Aku ibumu!. Dan kau tidak mengizinkan aku untuk ikut makan malam di rumah ini?.” Teriakan Sana terdengar di ruangan sebelah.
“Maaf Bu, keluarga Levine sangat terhormat. Ibu tidak pernah bisa menjaga ucapan ibu ketika marah, jadi sebaiknya jangan.”
“Nicholas, aku yang sudah menyelamatkan nyawa puterimu. Dan ini balasanmu kepadaku!”
“Aku sudah membalas semuanya dengan uang dan menikahi Kate!” Teriak Nicholas balas marah. “Ini untuk masa depan puteriku, tidak ada yang boleh mengacaukannya” ingat Nicholas lagi sebelum pergi.
Arabelle turun perlahan masih memeluk toples makanan dan mulut penuh, gadis itu melangkah hati-hati kearah belakang dan melihat tiga orang wanita yang paling dia benci di dunia. “Hahaha.. kasihan sekali hanya sebatas makan malam saja nenek tidak bisa ikut.” Ejek Arabelle dengan tawa yang keras.
“Jaga sikapmu Ara!” Bentak Kate berteriak, Sana hanya terdiam memijat kepalanya sendiri. “Dia nenekmu, tidak sepantasnya kau bicara seperti ini.”
“Kalian hanya tiga ekor betina yang terlatih.” Gumam Arabelle masih mengejek.
“Lihat itu, kau tidak ada bedanya dengan gembel Ara” hina Mina yang sudah bedandan sangat cantik memakai gaun mahal yang dibawa Liam. “Wajah jelekmu sangat menjijikan. Tidakah kau takut, jika nanti calon tunanganmu berpaling kepadaku. Seperti apa yang terjadi pada Greyson.”
Arabelle langsung melemparkan toples di tangannya kearah Mina hingga membuat toples itu pecah berkeping-keping hingga membuat ketiga wanita di depannya menjerit kaget.
Dengan kepala terangkat angkuh Arabelle bicara, “Dengarkan aku. Nenek buyutku adalah Yang Mulia Ema Giedon, Kakekku bergelar pangeran kedua Jason Giedon, dan ayahku Nicholas Giedon adalah pangeran generasi ke Sembilan. Wajahku tidak perlu melakukan perawatan yang bersusah payah seperti kalian. Tanpa mandipun, wajahku sudah bersinar seperti serbuk berlian.”
“Kurang ajar!” Teriak Sana menyala-nyala, tubuhnya menegang meremas dadanya yang sakit. Wanita itu berdiri dan mengayunkan tongkatnya, “Dasar pelacur.”
Arabelle melongo terlihat kaget, namun suara kentutannya yang besar lebih dulu berbicara dari pada mulutnya.
“Anak setan!” Tunjuk-tunjuk Sana dengan tongkatnya sambil terbatuk-batuk menahan bau kentut. Arabelle hanya mengedikan bahunya dengan acuh lalu pergi begitu saja.
***
"Kenapa Tuan Nicholas tidak tinggal di istana?” tanya Raefal bertanya-tanya, mobil yang mereka tumpangi memasuki area perumahan.
“Aturan didalam istana seperti sebuah penjara. Karena itu Nicholas mengikuti langkah Julian Giedon.”
Raefal mengangguk paham, perlahan mobil yang mereka tumpangi memasuki kediaman Nicholas. “Bu, ada yang ingin aku katakan sebelum kita masuk ke sana.”
“Katakan.”
“Ibu sudah tahu kan Arabelle memiliki seorang ibu dan juga kakak tiri. Selama ini aku menyelidikinya, kedua wanita itu menggangu kehidupan Ara.”
Kening Greta mengerut seketika, dia terkejut dengan apa yang di katakan anaknya, dan Greta terkejut jika Raefal mau menyelidiki Arabelle sampai sejauh ini. setidaknya itu menunjukan jika anaknya peduli kepada Arabelle.
“Ibu harus pandai menilai drama apa yang akan di lakukan, jangan sampai terhasut.”
“Aku mengerti” jawab Greta memutuskan mendorong pintu dan keluar di susul Raefal. Greta melihat ke sekeliling, lalu ke depan pintu di mana Kasela sudah menunggu kedatangan mereka.
“Selamat datang Nyonya, Tuan.” Kasela membungkuk kecil, mendorong dan membuka pintu.
Raefal menyerigai seketika, melihat Nicholas yang berjalan cepat untuk menyambut kedatangan mereka, di belakangnya ada Kate juga Mina yang memakai gaun pemberian Greta.
“Greta, lama tidak berjumpa” Nicholas langsung memeluk Greta dengan akrab, mereka terlibat beberapa patah kata membicarakan. “Rae, senang bertemu denganmu” Nicholas mengajak bersalaman.
“Selamat malam Tuan.” Sapa Raefal dengan senyuman lebar.
“Selamat datang” Sapa Kate dengan tawa yang dipaksakan memeluk Greta, bibir Greta hanya mengeluarkan gumaman kecil karena pandangannya tertuju pada Mina yang mengenakan pakaian yang seharusnya di kenakan Arabelle. Kekesalan Greta semakin naik karena perhiasan yang di kenakan Mina.
Wajah Greta berubah dingin hingga membuat Mina kikuk dan tertunduk menatap lugu.
“Ini Kate isteriku, dan ini Mina. Kakak Arabelle.” Nicholas memperkenalkan.
Raefal langsung berdecih jijik, melihat bagaimana Mina tetap memasang wajah polos tidak berdosa di hadapan dirinya setelah bagaimana lancangnya wanita itu berbohong dan mengaku-ngaku sebagai Arabelle. Raefal sungguh penasaran dengan kebohongan apalagi yang akan dilakukan wanita itu.
Arabelle adalah gadis sombong dan nakal, namun Raefal yakin gadis itu tidak memiliki pikiran jahat.
“Masuklah, kita berbincang didalam.” Nicholas menunjukan jalan menuju halaman.
“Ayah!” Teriak Arabelle yang berlari terantuk-antuk dengan senyuman lebarnya.
Melihat anak semata wayangnya bertingkah mencurigakan, Nicholas langsung memelototi Arabelle yang berlari dari kejauhan, “Hati-hati Ara” tekannya membuat Arabelle langsung berjalan anggun.
“Nyonya Greta, selamat malam.” Sambut Arabelle dengan senyuman lebar, namun senyumannya memudar seketika saa melihat Raefal. Arabelle mendekat satu langkah hingga kepalanya menengadah melihat Raefal, “Paman, kenapa kau di sini?” bisiknya dengan otak yang masih tidak meresfon jika pria di depannya adalah Raefal.
Raefal tersenyum memaksaan, “Kau akan tahu yang sebenarnya sebentar lagi” jawab Raefal dengan gigi saling mengerat.
“Arabelle sayang” Greta langsung menghalangi Raefal dan memeluknya. Mina yang sejak awal diam kini berubah kesal melihat kedekatan Greta dan Arabelle yang tidak terduga. Ini akan menyusah dirinya untuk memenangkan hati Greta.
“Semuanya silahkan duduk” Nicholas mempersilahkan semua orang untuk duduk di halaman terbuka sisi danau, para chef memasak di hadapan mereka sehingga bisa di tonton langsung.
Dengan cepat Mina mengambil tempat duduk disamping Raefal mendahului Arabelle dan tidak memperdulikan tatapan tajam Nicholas.
“Kau Mina?” tanya Greta mulai terganggu.
“Iya, ini Mina.” Jawab Kate antusias melihat Mina yang berhasil duduk disamping Raefal dan keterdiaman Raefal yang tidak menunjukan penolakan. “Dia kakak Arabelle, dia sedikit pemalu dan pendiam.”
“Bagaimana pekerjaanmu Raefal?” Tanya Nicholas memotong arah pembicaraan yang mulai dibangun Kate.
“Baik, Tuan. Perusahaan kami sedang berusaha memenangkan cover majalah io.Q”
Nicholas tersenyum samar, sudah lebih dari enam tahun cover majalah tahunan itu di menangkan oleh Julian, “Kau harus masuk grup Golden Rich, di sana semua pendiri dan pengusaha yang mengisi majalah berkumpul. Datanglah dengan Ara, dia memiliki lencana kerajaan sehingga bisa masuk kapanpun dia mau.”
“Ayah, kenapa bicara seperti itu?” Bisik Arabelle risih, “Memannya dia siapa?.”
Nicholas melotot kesal, sangat tidak lucu ucapan dari anaknya yang tidak mengenal calon tunangannya sendiri. Padahal Nicholas sudah memerintah dua kali agar Arabelle menemui Raefal.
“Ara, hari ini aku menyuruh Raefal mengirimkan gaun. Tapi malam ini kakakmu yang mengenakannya, apa kamu tidak suka dengan gaun yang aku pilih?” Tanya Greta dengan lembut.
Arabelle yang masih bingung dengan Raefal, paman gigolo sekaligus pria gay yang selama ini dia anggap begitu ternyata pria itu adalah calon tunangannya. Arabelle menggaruk pipinya yang tidak gatal, “Maaf Nyonya. Saya tidak merasa mendapatkan gaun dari Anda.”
“Lalu, kenapa Mina bisa mengenakan pakaian itu?” Tanya Greta dengan nada sinis.
Wajah Mina pias seketika, tangannya gemetar di bawah. Kepalanya terangkat dan menatap sendu Greta, “Mohon maaf Nyonya, jangan salah paham. Maaf jika Nyonya tidak suka gaun ini saya kenakan, tadi pagi saya di beri gaun ini oleh Ara. Sungguh, saya tidak tahu jika sebenarnya gaun ini gaun pemberian Nyonya.”
Wajah Arabelle membeku seketika, “Apa katamu?. Jangan bicara sembarangan, dasar tidak tahu malu” geram Arabelle tidak terima.
Mina mulai terisak menangis menunjukan sisi terlemahnya, “Aku tahu ini akan berakhir seperti ini. Tapi aku tidak suka dengan sikap pura-pura tidak tahu kamu Ara, bukahkah sejak awal kamu memintaku untuk berpura-pura menjadi kau. Semua itu karena kau tidak menyukai Raefal.”
“Tarik ucapanmu, dasar tidak tahu diri!.” Teriak Arabelle marah, dia terlalu marah dengan tuduhan memuakan Mina. “Kalian cek cctv, siapa yang sebenarnya menerima gaun pemberian Nyonya Greta.”
Mina terperanjat kaget, dia sempat tidak ingat untuk membereskan masalah cctv, “Arabelle itu tuduhan yang sangat jahat. Tuan Raefal” Mina memeluk lengan Raefal dan terisak menangis, “Aku bicara benar adanya. Percayalah padaku, aku bukan wanita seperti apa yang Ara katakan.”
“Benar, Mina tidak mungkin seperti itu. Dia gadis baik-baik” bela Kate angkat bicara.
Nicholas memijat batang hidungnya mulai pusing, baru beberapa saat mereka duduk, masalah telah datang. “Ara, kita bicara” pinta Nicholas dengan geraman.
“Tuan Nicholas, jangan salah paham” tahan Raefal dengan tenang dan menepis pelukan Mina dengan kasar. “Arabelle tidak melakukan hal itu. Malam pertama kita janjian di café, malam itu Mina memang datang dan mengaku Arabelle, namun malam itu juga saya bertemu dengan Ara di Terescop gold. Benarkan Ara?.”
Kemarahan Arabelle sedikit menyusut, gadis itu mengangguk dengan mata berkaca-kaca hampir menangis karena kesal.
“Kemarin juga kita bertemu di restorant dan berbicang biasa. Mungkin sebaiknya Anda menanyakan kebenarannya kepada Mina, karena tadi pagi. Assistant saya Liam, mengatakan jika Mina yang menerima pakaian itu.”
Wajah Mina pias seketika, apalagi Kate yang langsung diam membeku terlalu malu. “Kalian ikut aku” geram Nicholas kepada Kate dan Mina. Kedua wanita itu langsung beranjak membawa malu dan takut karena Nicholas akan marah besar karena telah mempermalukan dirinya.
“Ara” Greta pindah duduk seketika dan meraih tangan Arabelle, “Pasti sangat berat untukmu tinggal di sini”
“Saya sudah terbiasa” jawab Ara kikuk.
“Ara, kita perlu bicara” pinta Raefal segera beranjak, Greta langsung melepaskan genggaman tangannya pada Arabelle dan membiarkan gadis itu pergi bersama anaknya ke taman belakang.
***
“Kau benar-benar Raefal Levine?” Tanya Arabelle masih tidak yakin.
Dagu Raefal langsung terangkat angkuh, “Kenapa?, kau menyesal sudah membuat ulah padaku Ara?.”
Ara tertunduk seketika, dia mengusap dagunya dan terlihat bingung. “ Aku akui aku memang telah berbuat salah dan membuatmu tersinggung, tapi untuk apa yang di katakan Mina. Itu tidak ada hubungannya denganku.”
“Aku tahu itu, meski kelakuanmu seperti setan kecil, tapi otakmu masih baru hingga isinya masih terlalu sedikit.” Ejek Raefal melemparkan kekesalnnya atas tuduhan Arabelle kemarin siang.
“Kau sangat menyebalkan dari apa yang aku kenal kemarin” protes Ara berdecak pinggang, “Dengar ya Tuan Raefal Levine yang terhormat, kau sudah tahu jawabanku mengenai perjodohan kita ini sejak pertama kita bertemu di club itu. Jadi aku tidak perlu sungkan lagi mengatakan, jangan membuang-buang waktumu untuk urusan ini.” Kata Arabelle panjang lebar, lalu pergi.
“Ara” panggil Raefal dengan keras, Arabelle langsung berbalik lagi dan menatap ketus. “Bagaimana jika aku menyetujui pernikahan kita? Dan kau menjadi jodohku?.”
“Apa kau bilang?” Teriak Arabelle yang kembali berjalan kearah Raefal, “Percaya diri sekali mau menjadi suamiku. Memangnya apa kelebihanmu?.”
“Aku?, tentu saja sempurna” jawabnya narsis.
“Apa kau tahu?, didunia ini tidak ada yang sempurna, termasuk kau. Kecuali Hwang Minhyun, dia sempurna Sembilan puluh Sembilan persen karena blasteran Korea dan Surga. Ingat itu!”
“Hwang Minhyun?” Tanya Raefal tidak mengerti.
“Dengar Raefal” Arabelle mendekat dengan dagu terangkat angkuh menarik dasi Raefal, “Di depan Ayah dan Ibumu, boleh saja aku bersikap baik. Tapi jangan berharap di belakang aku bisa bersikap sama. Karena aku tidak tertarik denganmu, jangan macam-macam denganku karena aku bisa memukulmu kapan saja.” ucapnya penuh penekanan.
Alih-alih tersinggung, wajah Raefal memerah melihat bagaimana wajah cantik dan mata polos situ mengancamnya. Tanpa sadar Raefal meraih wajah Arabelle dan menggigit pipinya.
“Arrght b******k apa yang kau lakukan” Arabelle meronta-ronta.
To Be Continue...