“Bukan begitu, Kinan. Bapak marah karena Pak Lik Munip tidak bisa menjadi teman yang baik. Kalau dia niat bantu Mama sama Kinan, bukan begitu caranya. Itu sama saja menjerumuskan,” kataku. Gadis itu menunduk dalam. Aku rasa Kinan sedikit kecewa karena aku mengatakan hal demikian. Iya, memang sudah tidak ada rasa sayang di hatiku kepada Sri. Aku hanya prihatin, karena ternyata nasibnya tidak seberuntung yang aku pikir. Dan Munip yang tahu hal itu malah bersikap demikian. “Kita pulang sekarang, ya.” Kinan mengangguk lemah. Dia kembali naik ke motor dan bersiap untuk kuajak pulang. Sesampainya di rumah, Kinan langsung pamit untuk beristirahat di kamar. Sementara Nurma mengajakku ngobrol di kamar. Wanita itu pasti sangat penasaran dengan apa yang terjadi tadi. Juga hal yang ingin kuceritaka