Bab 20. Titipan yang Sangat Berat

1388 Kata

Sore itu, kurebahkan tubuh di sofa ruang tamu usai mandi dan membersihkan diri. Kuputuskan pulang lebih awal hari ini karena sedang merasa tak enak badan. Nurma tengah membuatkan wedang jahe untukku di dapur, ketika tiba-tiba potongan kejadian setahun yang lalu melintas dalam pikiran. Malam itu, usai Tarjo berlalu. Sri memaksaku mengakui perasaan yang kupunya untuknya. “Mas Pram ndak cemburu, kan?” tanyanya lagi. Aku geming. Jujur saja tidak. Namun, entah kenapa ketika melihat wajah sendu Sri sedekat ini, pikiranku jadi makin tak keruan. Sampai akhirnya, wanita itu mendaratkan sebuah ciuman di bibirku ketika aku terpejam. Hanya sekilas dan aku langsung memalingkan muka. Ini salah dan aku tak mau mengulang dosa yang lebih parah lagi. Saat itu, kami tak banyak bicara. Sri dan aku geming b

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN