"Kau sukses membuat gempa di jantungku, Mary. Berciuman dengan Aaric Fox, bertunangan dengan Aaric Fox. Are you serious? Apa yang kau pikirkan saat melakukan itu?" gerutu Alice setelah kelasnya selesai, menghampiri Mary yang tengah berdiri di koridor kampus membuka ponsel membaca satu per satu pesan yang masuk di sosial media. Pesan itu semata-mata kontroversi hubungannya dengan Aaric, membuat Mary semakin tersadar akan siapa sebenarnya sosok Aaric. "Kecilkan suaramu, Sista," ujarnya menyadari beberapa mahasiswa lain melirik ke arah mereka. "Apa yang aneh dengan itu?" tambahnya. Alice memutar pandangan, membelalakkan mata bulatnya memastikan Mary tidak asal memberinya instruksi. Alice berdecak menatap sahabatnya itu. Ia selalu merasa bertanggung jawab atas segala hal yang terjad