TUJUH BELAS

1233 Kata
Finn masuk ke ruang bawah tengah sambil mengendap endap dengan kunci gembok yang ia bawa di tangannya. Setelah menyerahkan mayat mayat yang Jack eksekusi tadi kepada seseorang, ia kembali ke mansion secara diam diam dan mencuri kunci gembok kerangkeng tempat dimana Nara mengurung Susan. "psssttt... Susan..." bisik Finn, memanggil Susan yang berada di balik jeruji besi. "Finn? Apa yang kau lakukan disini?" tanya Susan, ikut berbisik ketika melihat Finn mendekat kearahnya. "Ayo pergi dari sini." ucap Finn, membuka gembok jeruji besi itu. Diam diam Finn menyeludupkan Susan kedalam mobilnya dan segera kabur menjauh dari mansion itu. "Kenapa kau melakukan ini, Finn?" tanya Susan takut-takut. "Aku yakin kau tidak bersalah, kau wanita baik, kau hanya dijebak oleh Derry." jawab Finn. Untuk beberapa saat, tak ada percakapan antara mereka berdua. Hanya tercipta keheningan diantara mereka berdua sampai tiba-tiba Finn berhenti di pinggir jalan gelap. "Aku harus mengatakan ini kepadamu. Aku tak peduli siapa dirimu, aku yakin kau adalah wanita yang baik, aku mencintaimu, Clara." ucap Finn, yang membuat Susan sedikit terkejut. "Jadilah Clara yang ku kenal, kita akan pergi kemana pun kau mau, hiduplah besamaku." lanjut Finn, sambil menggenggam tangn Susan dengan sangat erat. Sementara itu, suasana di mansion semakin menegang karna kekesalan Nara yang memuncak. Emosi Nara meledak, ia menggenggam kerah kemeja Atlas dengan sangat keras sampai Atlas hampir tercekik. Namun, Atlas tak melawan, bahkan ia memberikan gestur tubuh agar Jack tidak memisahkan dirinya dengan Nara. Biasanya jika berada di situasi seperti ini, Nara akan menghajar siapapun yang ada di depannya. Tapi entah mengapa, Nara tak bisa melakukan itu ke Atlas. Bukan karna takut dengan Atlas, tapi Nara merasakan seperti ada sesuatu antara mereka berdua yang membuat mereka tak bisa menyakiti satu sama lain. Nara pun menarik nafas panjang dan perlahan melepaskan genggamannya itu. Ia mencoba untuk tenang dan berfikir jernih agar rencananya tidak semakin berantakan. "Tugasku sudah selesai, aku minta kuda jantanku." ucap Nara dingin. Atlas hanya mengangguk dan keluar dari ruangan itu menuju sebuah kandang kuda yang tepat berada di belakang mansion diikuti oleh Nara dengan tergesa-gesa. Di kandang kuda itu ada 6 ekor kuda kualitas olimpiade. Ayah dari Darion bersaudara memang awalnya seorang peternak kuda. Jadi para Darion bersaudara sepakat untuk meneruskan jejak ayahnya dengan memelihara kuda-kuda itu. 2 dari 6 kuda disana adalah kuda jantan. Seperti kesepakatan, Nara meminta kuda jantan yang akan ia pilih sendiri. Kuda yang satu berwarna hitam dengan postur yang bagus, benar benar kuda kulaitas olimpiade. Sedangkan kuda yang satu lagi berwarna coklat, warnanya hampir sama dengan warna rambut dan mata Nara. Kuda coklat itu posturnya tidak seperti yang hitam, kuda itu lebih kecil tapi kakinya sangat kokoh, lebih cocok untuk berburu dibanding untuk olimpiade. "Ini kuda dari Utara." ucap Nara, sambil mengelus leher kuda coklat itu. "Bagaimana kau tahu?" tanya Jack. Namun, Nara tak menjawab pertanyaan nya itu. "Aku ambil kuda ini." kata Nara, menatap kearah Atlas. Pria dingin berahang kokoh itu tak mengatakan apapun ketika Nara mengatakan ingin mengambil kuda itu, ia hanya mengangguk pelan. "Apa?! Tidak, Atlas. Itu kuda mu, kau merawat kuda itu sejak kuda itu baru lahir." bantah Jack. "Kesepakatannya dia bisa memilih kuda jantan manapun, Jack." balas Atlas, tanpa menatap Jack karna ia tak bisa melepaskan tatapannya dari Nara yang tersenyum ketika kuda itu menjilat pipi Nara. "Berikan pelana kepadanya." perintah Atlas, kepada penjaga kuda di sana. Akhirnya kuda coklat itu dipasangkan pelana oleh Sang penjaga kuda. Entah bagaimana caranya, kuda itu langsung jinak di tangan Nara. Padahal kuda milik Atlas yang satu itu terdengar paling tidak jinak selain dengan Atlas. Setelah pelana dipasang, Nara memakai jubahnya dan naik keatas kuda coklat itu. Dengan mantap ia duduk disana lalu menutup kepala dengan tudung jubahnya. "Siapa namanya?" tanya Nara, kepada Atlas. "Brann." jawab Atlas, dengan nada bangga dan dibalas anggukan oleh Nara. "Kau tidak akan menyakiti adik ku kan? Mau bagaimanapun, Finn tetap adik ku." kata Jack. "Lihat saja nanti." balas Nara dingin, sambil menarik sedikit gagang pedangnya untuk sekedar mengecek senjatanya itu. Kemudian gadis itu langsung menghentakan kakinya yang membuat kudanya melesat kedalam kegelapan jalan. Dengan kecepatan penuh Nara mengendarai kuda nya berharap Finn dan Susan belum jauh dari tempat itu. Beberapa kilometer dari perbatasan kota kecil itu, sampai lah Nara di jalanan yang cukup gelap karna hanya ada sedikit cahaya remang-remang dari lampu jalan yang sudah mulai rusak. Nara berhenti dan turun dari kuda nya untuk memperhatikan sekitar. Ia harus memastikan arah yang ia ambil adalah arah yang sama dengan arah yang Finn ambil. Agak sulit memastikannya karna jalanan itu sudah teraspal dan Finn menggunakan mobil. Terlebih lagi dengan pencahayaan yang kurang. Dengan hati hati Nara memperhatikan jalanan beraspal itu sampai ia melihat ada pola kehitaman bekas ban mobil yang habis melaju dengan kencang sampai sedikit tergelincir disana. Saat Nara memegang bekas kehitaman di aspal, bekas itu masih hangat. Itu artinya bekas itu belum lama. Ia pun langsung cepat cepat naik lagi ke kudanya dan melanjutkan perjalanannya mengejar Finn dan Susan karna ia sudah yakin jalan itulah yang digunakan Finn untuk membawa Susan kabur dari kota itu. Jalan itu hanya ada satu jalur sempit yang hanya bisa dilalui oleh satu mobil. Kanan dan kiri jalanan beraspal itu masih hutan dengan pohon pohon cemara yang menjulang tinggi. Berbeda drastis jika dibandingkan dengan keadaan kota yang dikuasai anggota Black Hat. Kotanya kecil, tapi infrastruktur dan teknologi sudah maju. Bangunannya dibuat sebagus mungkin, tata letak kota yang strategis dan masyarakatnya yang sudah mengenal fashion. Selama menyusuri jalanan itu, Nara merasa seperti ia berada di kampung halamannya. Dengan hutan yang rindang sampai hampir menutupi sinar matahari yang masuk membuat udara menjadi lebih dingin. Yang membuat berbeda hanyalah jalanan beraspal itu. Di Utara tidak ada jalanan beraspal sama sekali, hanya ada padang rumput hutan rindang dan jalan jalan setapak yang sering digunakan para pedagang yang menjual barangnya ke wilayah lain menggunakan kereta kuda mereka. Di sisi lainnya Finn dan Susan masih belum bergerak dari tempat mereka berhenti tadi. Mereka tidak tahu jika Nara mengejar mereka dengan kecepatan penuh. "Aku juga harus memberi tahu ini kepadamu." ucap Susan, yang tangannya masih digenggam erat oleh Finn. "Aku...." "Aku tidak pernah mencintaimu." ucap Susan. Ekspresi wajah Susan langsung berubah drastis. Ia tersenyum lebar dengan tatapan penuh dendam yang membuat wajah cantiknya menjadi sangat menyeramkan. "Aku hanya mencintai satu laki laki seumur hidupku, dan itu adalah Derry! Yang dikatakan perempuan itu benar, aku hanya memanfaatkan mu untuk membantu Derry!" ungkap Susan, sambil berteriak di depan wajah Finn. Tanpa ragu, wanita itu melepaskan genggaman tangan Finn dan mulai mencekik leher Finn yang sudah menolongnya kabur sampai harus mengkhianati keluarganya sendiri. Susan mencekik Finn tanpa ampun. Finn pun mencoba untuk melawan cekikan Susan itu, namun cekikan Susan terlalu keras, ia kesulitan bernafas. Wajah Finn sudah membiru karna hampir kehabisan nafas, bola matanya hampir keluar sampai mulai berubah menjadi kehijauan karna kurangnya oksigen. BUUGGGHHH!!!! Tiba tiba saja ada batu besar yang dilempar ke kaca belakang mobil yang dilempar dengan sangat kuat dari belakang sampai memecahkan kaca belakang mobil. Yang membuat Susan kaget dan melepaskan cekikannya itu. Finn yang masih cukup kuat bergerak langsung membuka pintu mobil di sampingnya dan menghempaskan tubuhnya keluar untuk kabur sambil merangkak rangkak dan terbatuk. Susan tak begitu mempedulikan Finn, ia panik, ia sibuk melihat ke sekelilingnya untuk mencari dimana pelaku pelemparan batu besar itu. Tapi jalanan itu terlalu gelap, ia tak bisa melihat untuk jarak yang jauh. Terlebih lagi malam itu cukup berkabut disana membuat jarak pandang semakin menipis. "SIAPA?! SIAPA YANG MELAKUKAN INI?!" pekik Susan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN