TUJUH

1808 Kata
Angin malam menerpa wajah Finn ia berdiri di balkon kamarnya dengan sinar rembulan menyinarinya. Asik melamun, Finn tidak sadar sedaritadi Jack mengetuk pintu kamar Finn sampai tangannya hampir kebas. "Kau ini tuli atau mati sih?!" omel Jack, menerobos masuk. Sedangkan sang adiknya tercinta hanya menatapnya dengan wajah dungu seakan akan mengatakan "kau ini kenapa?". Melihat wajah dungu adiknya, Jack hanya menghela nafas. Ia melangkah mendekat kearah Finn yang masih berdiri di balkon. "Aku ingin bicara padamu, Finn." kata Jack. Finn tak membalas kalimat kakaknya, ia hanya berjalan dan duduk di atas kasur empuk berukuran king size nya, sangat jauh berbeda dengan kasur di kamar sewaan Nara tadi. "Apa ada sesuatu yang menganggumu akhir akhir ini, Finn?" tanya Jack, yang ikut duduk di atas kasur itu. "Kau ingat Nara-" "Northent." ucap Atlas, yang tiba tiba berada di depan pintu kamar Finn yang terbuka, memotong kalimat Finn. "Dia ada di ruang tengah." lanjut Atlas, dengan wajah datarnya. Finn yang terkejut langsung bangkit dari duduknya sambil menatap Atlas sampai hampir tidak berkedip. Dengan terburu buru, Finn keluar dari kamarnya dan langsung menuju ke ruang tengah untuk menemui Nara. Atlas tidak berbohong, Finn benar benar melihat gadis yang sedari tadi menganggu pikirannya di ruang tengah mansion. "Kupikir kau yang harus bertanggung jawab karna anak buah kakak mu sudah menganggu waktu istirahatku, Finn." kata Nara, sambil mengusap darah segar yang mengalir dari bibirnya yang robek. Kamar sewaan Nara di sergap saat dirinya sedang tidak dalam posisi waspada oleh belasan laki laki. Selain ditodong dengan pistol oleh belasan orang, Nara yang mencoba untuk melawan juga dihajar dan akhirnya diseret ke mansion itu. "Lepaskan tangan kotormu darinya!" perintah Finn, kepada dua anggota Black Hat yang memegangi pergelangan tangan Nara dengan sangat kuat. "Thanks." ucap Nara. Tak lama kemudian, Atlas dan Jack menyusul ke ruang tengah, bergabung bersama Finn dan Nara di tempat itu. "Apa yang kau lakukan padanya?!" kata Finn, mencengkram kerah baju Atlas dengan sangat erat sampai sampai Atlas hampir tercekik. "Kita semua akan tahu." balas Atlas tenang, sambil menatap kearah Nara. Perlahan Finn melepaskan cengkraman di kerah baju kakaknya itu. Ia masih marah, tapi tak ada guna nya ia menghajar kakaknya. "Semua orang di kota ini membicarakannya... The Lone Wolf..." kata Atlas, duduk di kursi besar dan empuk yang ada di ruangan itu. "Vodka, Ms. Northent?" lanjut Atlas, menawarkan segelas vodka kepada Nara. "Aku tidak minum selain beer." balas Nara. "Ah ya, maaf aku lupa kau orang Utara." kata Atlas, sambil tersenyum. Atlas pun mempersilahkan Nara duduk di sofa yang ada di lain sisi dan menyodorkan segelas beer yang baru saja diantarkan oleh pelayan. Sedangkan Finn dan Jack ikut duduk di sisi kakaknya. "Aku tidak bisa membiarkan seorang Lone Wolf berkeliaran begitu saja di kota ku, Ms. Northent." kata Atlas, setelah meminum vodkanya. "Kau melukainya." celetuk Finn. "Secara teknis, bukan aku yang melukainya. Dan dia dihajar karena melawan." balas Atlas. Balasan Atlas membuat Finn semakin jengkel. Finn tidak mengerti, seharusnya ia berada di pihak kakaknya, tapi ia merasa sangat marah melihat Nara terluka. "Aku hanya punya tiga pertanyaan untukmu, Ms. Northent. Kau bisa menjawabnya dengan jujur atau kau bisa langsung mengatakan dimana kau mau mayat mu dikuburkan." kata Atlas, kembali ke percakapan bersama Nara. Nara hanya menyeringai dan mendengus meledek seakan akan kalimat Atlas tadi hanya candaan baginya. "Kau meledek kakak ku!" seru Jack, melihat respond Nara. Belum sempat Jack bangun dan memukul Nara, Finn sudah menahan Jack terlebih dahulu. "Baiklah, langsung ke pertanyaan saja. Apa yang kau lakukan di kota ini? Siapa yang mengirim mu? Dan apa yang sedang kau kerjakan?" tanya Atlas, sambil mengisyaratkan anak buahnya yang berada di samping Nara untuk menodongkan pistol di pelipis Nara. "Sebelum ku jawab pertanyaanmu, bisa kah kau menyuruh kacung mu yang satu ini untuk menurunkan pistolnya? Aku tak bisa meminum beer ku dengan nikmat jika ada pistol menempel di pelipisku." kata Nara. Anggota Black Hat yang tadi menodongkan Nara menatap kearah Atlas, setelah Atlas memberi isyarat dengan anggukan, anggota Black Hat itu langsung menurunkan pistolnya. "Aku hanya mampir di kota ini sebentar, untuk membetulkan pedangku. Ah bukan, itu pedang Aaron. Kau ingat dia kan?." jelas Nara. "Pedang Aaron? Ku kira semuanya lenyap ditelan api." gumam Jack, cukup keras. "Ya, orang orang juga mengira seperti itu. Bahkan aku rasa kebahagiaanku juga ikut lenyap dilalap oleh api." balas Nara, yang mendengar gumaman Jack. "Kau masih punya dua pertanyaan yang belum terjawab, Ms. Northent." kata Atlas mengingatkan, sedangkan Nara hanya mengangkat kedua alisnya. "Gealson yang mengirimku, kami sepakat 20 ribu keping emas. Harga yang fantastis, bukan?" ucap Nara, menanggak beer nya lagi. "Kau dan Gealson sepakat 20 ribu keping emas? Untuk apa?" tanya Jack, yang kaget mendengar harga yang fantastis itu. "Untuk membawa adiknya pulang." jawab Nara. Ketiga Darion di hadapan Nara hanya bergantian menukar tatap. Mereka semua bingung, apa yang terjadi saat ini. "Ya, ya, aku tahu ini urusan keluarga mereka. Tapi aku juga tidak bisa menolak 20 ribu koin emas." kata Nara, melihat kening Atlas yang mengkerut sambil menatapnya. "Gealson meminta mu membawa pulang Derry dengan bayaran 20 ribu koin emas? Kenapa? Bukankah mereka selama ini bermusuhan?" ucap Finn, yang kini angkat bicara. "Seorang kakak akan selalu merindukan adiknya, iya kan, Atlas?" balas Nara. "Tidak mungkin, Gealson sangat murka ketika tunagannya berselingkuh dengan adiknya sendiri. Itu yang membuat perang dingin di perbatasan Timur dan Selatan." kata Jack. Nara tak membalas, ia hanya saling beradu tatap dengan sosok pria datar di hadapannya. Sejak Jack dan Finn mengoceh sendiri mencoba menebak nebak apa maksud Gealson "menyewa jasa" seorang Northent, Si sulung hanya diam menatap Nara. Mulut dan wajah Atlas memang diam, tapi otaknya terus bekerja, mencerna infomasi mengejutkan yang baru saja ia terima. Orang dihadapannya bukan hanya gadis biasa. Sepuluh tahun lalu ia sudah tahu jika Nara memang bukan gadis biasa, tapi ia tak menyangka jika anak kecil yang ia temui sepuluh tahun lalu akan menjadi gadis yang berbahaya seperti sekarang ini. "Apa yang meyakinkanku bahwa kau tidak berbohong, Ms. Northent?" tanya Atlas. Jack dan Finn yang tadinya sedang berdebat langsung terdiam. Ruangan besar itu menjadi sunyi kembali, hanya ada suara percikan percikan dan kayu api yang terbakar di perapian. "Aku tidak akan berbohong untuk orang yang menyediakan beer seenak ini, Mr. Darion." jawab Nara, meneguk habis beer yang diberikan tadi. Beberapa menit terjadi kesunyian kembali. Hanya ada aksi saling tatap antara Atlas dan Nara. Aura berbeda yang dipancarkan Atlas biasanya membuat orang lain takut menatap matanya lama lama. Namun Nara yang sekarang tetap sama seperti Nara yang ia temui sepuluh tahun lalu. Nara membalas tatapannya tanpa keraguan dan ketakutan. "Let's make a deal with us, Ms. Northent." kata Atlas, kembali angkat suara. "Wow wow, aku tidak membuat kesepakatan oleh dua orang, Mr. Darion." "Aku pastikan ini tak akan menganggu misi yang diberikan Gealson padamu." balas Atlas. Nara membuat pertimbangan dalam kepalanya. Semua kemungkinan yang akan terjadi ia pikirkan matang matang di dalam otak cerdasnya. "Apa tawaranmu?" tanya Nara. "Kau tangkap tikus tikus kecil suruhan Derry yang ada di kota ini. Dan aku akan mendapat bantuan untuk menangkap Derry oleh anggota Black Hat di seluruh kota ini." jelas Atlas. "Oh come on, Mr. Darion. Kalau anggota mu saja tak bisa menangkap tikus tikus kecil Derry, bagaimana bisa mereka membantuk ku menangkap Derry. Kau ini bodoh atau bagaimana sih?" balas Nara, menggeleng gelengkan kepalanya. Balasan Nara sepertinya membuat Atlas jengkel. Rahang kuat milik Atlas mengeras, sangat terlihat pria itu menahan amarahnya. "Aku bisa saja menangkap tikus tikus kecil Derry dengan mudah jika aku tahu siapa saja tikus tikusnya." kata Atlas. "Aaahhh... Baiklah baiklah, aku mengerti. Kau tidak bisa membedakan yang mana penduduk kota mu dan yang mana antek antek lawanmu hahahaha... Padahal aku tadi melihat beberapa dari mereka selama aku berada di kota ini." ucap Nara mengerti. Atlas menghela nafas untuk meredam amarahnya. Secara tidak langsung ia merasa terhina di depan gadis muda yang berada di hadapannya. "Aku minta tawaran di naikan." ucap Nara lagi, sambil menyeringai. "Tidak! Atlas, apa yang kau lakukan? Dia akan meminta tawaran semaunya." seru Jack. "Calm, brother." kata Atlas. "Apa tawaranmu?" lanjut Atlas, bertanya pada Nara. "Aku hanya meminta sedikit tambahan." jawab Nara, mengangkat bahunya. "Aku minta seekor kuda jantan, dan aku yang memilihnya sendiri." lanjutnya. Ketiga Darion itu bisa bernafas lega mendengar tawaran tambahan yang Nara minta. Bagi Darion's seekor kuda jantan bukanlah sebuah masalah. "Katakan pada Harold untuk mempercepat perbaikan pedang Ms. Northent, Michael." perintah Atlas kepada Michael, yang langsung dilaksanakan olehnya. "Anything else?" tanya Atlas lagi. "Aku akan menangkap tikus tikus Derry sendirian, aku akan menghajar anak buahmu jika ada dari mereka yang ikut campur." jawab Nara. "Remember, I am a Lone Wolf." lanjutnya Nara mendapat balasan sebuah anggukan dari Atlas yang bertanda dirinya setuju dengan cara kerja Nara. Setelah Nara dan Atlas berjabat tangan, Nara bangkit dari tempat duduknya dan menuju keluar dari mansion itu untuk kembali ke tempat penyewaan kamarnya. Melihat Nara yang keluar dari sana, Finn menatap Jack dan Atlas seolah bicara dengan kedua kakaknya, berharap kakak kakaknya mengerti. "Cepatlah!" kata Jack, sambil terkekeh dan mendorong Finn. Sambil tersenyum lebar, Finn berlari menyusul Nara yang sudah sampai di halaman depan mansion. "Naraaaa... Tunggu sebentar! Aduh kenapa kau jalannya cepat sekali sih?" panggil Finn, sambil berlari menghampiri Nara. Merasa namanya dipanggil, Nara menghentikan langkahnya dan membalikan badannya. "Kau terlalu banyak merokok." ucap Nara, melihat Finn yang membungkuk dengan nafas yang terengah engah parah. Karna kalimat Nara, Finn langsung menegakan badannya dan membersihkan tenggorokannya sambil mengatur nafasnya lagi. "Bagaimana kalau kau bermalam disini? Kau lihat kan? Rumahku besar, hanya ada aku dan kakak kakak ku dan para pelayan disini. Masih banyak kamar kosong untuk kau tempati." tawar Finn. "Cih, dasar tukang pamer." batin Nara. "Aku sudah bilang padamu, aku tidak berminat. Tapi terimakasih atas tawarannya, Mr. Darion." kata Nara, kemudian melanjutkan langkahnya menjauh dari mansion itu. "Baiklah baiklah, aku antar kau sampai kamar sewaan mu." tawar Finn lagi. "Kenapa kau ini sangat keras kepala sih? Ku bilang tidak mau, ya tidak mau!" tegas Nara. Lelaki di hadapan Nara hanya membisu, gadis itu pun langsung menghela nafas dan melanjutkan perjalanannya lagi meninggalkan Finn sendirian disana. Finn hanya bisa menatap punggung gadis berambut coklat yang di kepang rapih itu semakin menjauh dari jangkauan matanya. Dengan berat hati, ia berbalik arah ke mansion. Dengan wajah yang tertekuk, baru kali ini ada seorang wanita yang menolaknya. Sangat disayangkan wanita yang menolaknya justru adalah wanita yang membuat ia jatuh cinta. Ketika membuka pintu mansion, ia sudah ditunggu oleh Jack dan Atlas disana. Melihat adiknya masuk sendirian, Jack menatapnya seakan akan meminta penjelasan apa yang terjadi. "Diamlah, jangan meledek ku!" sergah Finn, kesal ditatap seperti itu oleh Jack. Tanpa mempedulikan Atlas, Finn langsung masuk ke kamarnya dan mengunci pintu kamar. Dan melempar tubuhnya ke kasur empuknya. "Ini sungguh tidak adil, kenapa aku malah jatuh cinta dengan wanita yang terus terusan menolak ku?" oceh Finn. Lama kelamaan mata pemuda itu memberat, rasanya ingin tetap terjaga tapi kelopak matanya memaksa turun. Kemudian ia pun terlelap dalam mimpinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN