Berdebar dan Menggebu

1456 Kata
"Anjir, mampus. Sosor ... tidak ... sosor ... tidak ..." Lika tanpa sadar memonyongkan bibirnya. Otaknya kini sudah tak pada tempatnya lagi. Perlahan dia mendekati Jay dengan bibirnya yang persis seperti anak bebek. "Mmm ..." ditengah perjalanan tanpa sadarnya, Lika terhenti. Ternyata Jay menahan Lika dengan cara menempelkan kipas angin ke bibir Lika. Lika terdiam, dia mengedip-ngedipkan matanya dan beberapa detik kemudian, akhirnya dia sadar, "Wuaaa!" Lika menggosok-gosok bibirnya lalu mundur menjauhi Jay. "Lu mau nyosor Gua? udah bosan hidup di dunia ini?" "Khun! ini tidak seperti yang Khun pikir, ini salah paham!" "Dasar m***m!" ucap Jay lalu berdiri dari duduknya. "Wua! siapa yang Khun bilang me ... sum ..." Lika hampir Lupa bahwa dia sekarang berada di tempat umum. Dengan cepat dia menurunkan volume suaranya yang melengking. Beberapa orang melewati Lika dan menatap Lika dengan tatapan aneh. "Hai, selamat siang Aunty, selamat siang Uncle. Nak lewat ke? silelah, hati-hati di jalan yah, Aunty, Uncle," ucap Lika sok ramah. Lika berbalik mencari Jay, ternyata laki-laki itu sudah mendaki jauh di atas Lika. "Khun Jay! wadoh, itu payung Gua kenapa bisa terbang kesono?" Lika berlari menuruni tangga untuk mengambil payungnya, "Khun! tungguin aku! eh buset die terbang lagi," Lika berusaha mengambil payungnya dengan susah payah. Karena payung tersebut tertiup angin dan bergulir terus ke bawah. Beberapa menit kemudian, Lika akhirnya bisa menyusul Jay dengan nafasnya yang terengah-engah. Begitu Lika tiba, Jay sudah duduk manis sambil mengipasi dirinya dengan kipas angin. Beberapa anak tangga lagi, maka mereka akan sampai di atas. Lika terduduk lalu menghela nafas naganya beberapa kali. "Capek?" ledek Jay kepada Lika. Lika menyeka keringat di dahinya, lalu mengipas-ngipas wajahnya yang panas, "Huah, bengek banget. Cuaca kok panas banget yak?" "Elu sih, make hoodie, warna hitam pulak, terima aja panasnya," "Khun ... pinjemin kipas donk," "Ogah. Gua juga panas," "Gantian ..." "Gak mau!" Jay menjauhkan kipas di tangannya dari Lika. Namun beberapa detik kemudian, Jay tiba-tiba terlonjak, "Wua!" Jay sontak berdiri. Melihat itu, Lika ikut berdiri. Jay lalu berlari dan bersembunyi di belakang Lika, "A-apaan tu, jangan deket-deket!" Jay hendak memukul makhluk di depannya dengan kipas, namun makhluk yang memiliki tangan lihai tersebut, memegang kipas di tangan Jay. Jay kaget lalu segera melepaskan kipas anginnya. "M-Monyet sialan!" makhluk yang ternyata kera tersebut menatap Jay, seolah mengejek. Jay ketakutan dan masih bersembunyi di belakang Lika. "Hahaha, Khun ... ama Monyet aja takut? liat tuh mereka gak ganggu," "T-tapi mereka ngerebut kipas angin Gua! dasar monyet jahat!" oceh Jay, Lika kembali cekikikan. "Monkey, monkey, balikin donk kipas angin aing, nanti Khun Jay bisa keringetan. Kalau Khun Jay Keringetan bisa bahaya loh, gempar dunia persilatan," "Lu apaan sih? ngomong ama monyet, emank dia ngerti? rebut aja kipasnya, cepetan!" Jay mendorong-dorong Lika. Lika perlahan mendekati makhluk berbulu yang tampak sedikit imut tersebut, lalu mengulurkan tangannya, "Nyet ... ganteng, minta donk kipasnya" Lika mengulurkan tangannya perlahan. Namun, tiba-tiba Monyet tersebut melompat, "Wuaa!" Jay kelabakan lalu menggenggam ujung hoodie Lika dengan gemetar, "Ya udah de! pergi sana!" Jay mengintip Lika dari belakang, "Biarin aja dah! nanti Gua beliin satu kardus." "Hehehe, hahaha," Lika ketawa cekikikan. "Ternyata Khun Jay takut ama hewan ya?" Jay tersadar lalu melepaskan genggamannya dari hoodie Lika, "Diem Lu! ngeselin." "Khun, tuh monkey mirip Mawes gak sih? wuahahaha, tinggal dikasih kacamata doank," Lika tertawa terbahak-bahak. Jay akhirnya juga ikut tertawa. "Sembarangan Lu, kalau Mawes denger bisa ngomel-ngomel dia," Jay melangkah menaiki anak tangga lagi. Melihat ada beberap monyet yang berjalan kesana-kemari, Jay akhirnya berjalan di samping Lika. Takut di sambar monyet, "Emank banyak ya, monyet disini?" "Iyalah, kan ini juga tempat mereka hidup, tapi monyetnya ramah gak sih? nah itu agak gembul, anjir mirip Pak Pras, hahaha." "Pftt ... semua aja Lu bilang mirip," "Wait, wait ... itu mirip Jamy, hahaha mirip bener, harus difoto nih, ntar aku tunjukin ke dia." "J-jadi ada yang mirip Jamy juga?" "Ho oh, tuh liat. Adoh kiyut banget seh, halo Jam," Lika melambai-lambaikan tangannya ke arah monyet tersebut. Jay menatap wajah Lika yang tersenyum ceria. "Sialan. Kok bisa muncul monyet mirip si Tukang Bedak sih?" "Yuk ah Khun, manjat again, Jamy kita pergi dulu ya ..." Lika masih melambaikan tangannya. "Ehem ... t-trus gak ada yang mirip Gua? i-itu yang nengger di atas batu, mirip Gua gak sih?" "Heee ..." Lika memperhatikan monyet tersebut dengan seksama, "Gak ah, gak mirip. Gak ada monkey yang mirip Khun Jay disini." "Gimana sih? Mawes ada, Pak Pras ada. Kalo si Tukang Bedak gak ada gak masalah, ternyata dia ada. Masa Gua gak ada!" Jay cemberut lalu melangkahkan kakinya yang panjang menaiki tangga dengan cepat. "Khun ... anjir, dia ngambek? baru kali ini ada orang yang mau dimiripin ama monkey, Khun ... tunggu!" Lika berlari sekuat tenaga menyusul Jay. Namun, tak ada angin tak ada hujan Jay kembali berlari turun, lalu bersembunyi di belakang Lika. "Lah, ini kenapa lagi? Khun kenapa?" "M-Meengmum!" "M-Mee apaan?" "Laba-laba! tuh disana besar banget, ih ..." Jay bergidik, lalu menggosok-gosok bahunya. "Serius?" Lika tampak bersemangat lalu segera berlari ke tempat yang ditunjuk Jay, "Wah! ini rumah laba-laba yang terkenal itu? keren banget!" Lika hendak melangkah masuk. Namun, Jay menarik topi hoodie Lika hingga Lika terhenti, "Mau kemana?!" "Mau lihat rumah laba-laba," "Gak! langsung aja ke kuil, Gua gak mau masuk sana." "Tapi, kan sayang kalo gak lihat," "Gak mau, serem gitu. Gak mau pokoknya!" "Khun ... wih, ada laba-laba unik mirip Khun Jay, lihat? langsing, kakinya panjang, mukanya juga ganteng," "Haa? mana?" "Yok ah, masuk." Lika menarik Jay. Jay meraung beberapa kali, karena takut laba-laba. Namun, dia terus saja mengikuti Lika. Karena sudah dibohongi Lika dengan iming-iming, laba-laba ganteng yang mirip dirinya. Hampir dua jam mereka berkeliling di tempat itu. Setelah keluar dari rumah laba-laba mereka memasuki gua. Jay memperbaiki penampilannya dan mulai berdoa. Sementara Lika juga ikut berdoa, namun sambil menatap wajah Jay yang sedang memejamkan matanya. Tiga puluh menit kemudian, Jay dan Lika sudah tiba di bawah. Jay bersandar ke mobil yang disewanya. Mengelap dahinya dengan tisu, lalu mulai mengeluh, "Ughh, si Mawes malah ngambil kipas angin Gua. Awas aja nyampe kantor Gua omelin dia." Lika cekikikan mendengar ocehan Jay, "Kok jadi Mawes yang kena? kan yang ngambil Mas Monkey," "Iya, tapi kan monkey-nya mirip Mawes," Jay memasuki mobil, lalu duduk bersandar sambil menghela nafas, "Ngapain Lu masih disana? cepetan masuk," Lika segera bergegas masuk, dan duduk di kursi depan, "Eh stalker. Turun Lu, turun!" "Lah, kenapa? pan tadi disuruh masuk," "Turun!" "Iye, iye. Ampon dah," Lika kembali turun lalu mengintip Jay dari pintu mobil. "Lu mau gantiin posisi Mawes? ngapain Lu duduk di depan?" "La, trus ..." "M-masuk! duduk di belakang." "Belakang? maksudnya di samping Khun Jay?" "Lu jangan banyak bacot ye. Masuk aja!" "Wuah! thank you very much banget nih Khun," Lika memasuki mobil dengan ceria. Lalu menatap Jay yang duduk di sampingnya. Jay lalu memasang kacamata hitamnya dan bergaya keren, "Pak, jalan." Mobilpun melaju. Lika tak henti-hentinya tersenyum, sambil menatap Jay. Dua puluh lima menit kemudian, akhirnya mereka tiba di sebuah restoran untuk makan siang. Jay sudah memesan makanan terlebih dahulu. Makanan yang begitu banyak. Jay sangat mengingat porsi makan Lika yang luar biasa. Melihat begitu banyak makanan di depannya, mata Lika berbinar-binar seolah menemukan harta karun. "Wuahh banyak banget! saya suka, saya suka," ucap Lika sambil bertepuk tangan. "Lu kok bisa makan sebanyak ini?" Jay masih penasaran. Tubuh sekecil Lika, bisa makan sebanyak itu, sungguh keahlian yang luar biasa. "Kata Jamy sih, perut aku tuh isinya lambung semua, hehehe," Lika mulai memasukkan makanan ke mulutnya. "Lu deket banget ya ama Jamy?" "Hmm ... Jamy sama aku tuh udah kayak saudara. Kami dari sekolah bareng-bareng. Trus karena aku Joker akhirnya aku ngekorin Jamy kemana-mana sampe sekarang." "Joker? yang begini?" Jay menaikkan kedua ujung bibirnya dengan telunjuk. Melihat itu, Lika tertawa dan tersedak. Jay langsung berdiri dari kursinya lalu mengusap punggung Lika, "Ngapain sih Lu ketawa? keselek kan? dasar cewe absurd," Lika menatap Jay lekat. Tak pernah dia sangka bahwa dia bisa sedekat ini dengan Jay, "Ya ampun, Khun Jay lagi ngusap punggung Gua, Gua gak mimpi kan?" Puk! Puk! "Au, Khun ... sakit!" Jay menepuk pundak Lika dengan gemas, lalu kembali duduk di kursinya, "Pandangan Lu jaga. Lu mau makan Gua? Lu kira Gua makanan?" "Abisnya keliatan lezat sih," "Apaan?" "Gak! gak ada, aku gak ngomong apa-apa kok," "Trus ngapain Lu tadi ketawa?" "Oh, Khun lucu banget sih, bukan Joker yang di film itu yang aku maksud," "Ah, Joker di kartu?" "Bukan. Joker "Jomblo Kere" eh "Jomblo Keren" juga bisa sih, tapi Jomblo Kere aja, ude paling bener, huahahaha," Lika terus menyuapkan makanan ke mulutnya. Jay menatap Lika sambil tersenyum. Kali ini otak Jay yang traveling kemana-mana. Lika Miana stalker yang urakan itu, berhasil membuat hati Jay berdebar dan menggebu. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN