Gala membunyikan bel meski terpasang tanda TUTUP di pintu butik tersebut. Setelah menunggu beberapa saat, pintu terbuka.
Sosok peremuan itu, perempuan yang berani menamparnya, muncul di depan pintu. Gala melepaskan kacamata hitamnya dan menyeringai.
"Kita harus bicara," Gala membuka mulutnya.
Aya tak sanggup menutupi rasa kagetnya, "Ka-kamu stalker! Berani sekali membuntutiku sampai ke sini?"
Gala langsung kembali terpancing emosinya, "Stalker??? Kamu pikir apa aku kurang kerjaan? Siapa kamu?"
"Lalu darimana kamu tahu alamatku?" Aya merasa kesal.
Gala mendekat ke arah Aya. Tangannya menyentuh tembok dan tubuhnya condong ke arah Aya hingga kepala mereka begitu dekat, "Aku. Manggala Amarta Birawa. Mencari seseorang sepertimu bukanlah hal sulit!"
"Seseorang sepertiku??? Apa maksudmu?" Aya sungguh sungguh merasakan kekesalan yang amat sangat.
Kenapa lelaki ini tidak membiarkannya sendiri?
"Kamu bukan tandinganku!" Gala menatapnya tajam.
"Aku tidak mengajakmu bertanding. Apa yang kamu lakukan di sini? Tinggalkan aku sendiri!" Aya bicara dengan keras.
"Kamu sudah berani menamparku, menendangku, dan menghinaku! Apa kamu pikir aku akan diam saja?" Gala menyeringai.
"Itu semua karena kesalahanmu sendiri!" Aya membalas ucapannya. "Kamu sudah melecehkanku!"
Gala memaksakan diri tersenyum. Tubuhnya semakin condong ke arah Aya, "Seorang Manggala menyentuhmu, itu bukan pelecehan. Semua wanita menginginkanku!"
"Jangan bilang kamu tidak menyukainya," Gala menyentuh pipi Aya.
Aya bergerak mundur dan menyingkirkan tangan Gala, "Tidak semua wanita menyukainya! Jangan terlalu percaya diri! Dan TIDAK sepanjang hidupku! Aku sudah bilang agar tidak menyentuhku!"
Gala ikut masuk ke dalam bangunan itu. Aya berusaha menutup pintu, tapi Gala lebih kuat dan berhasil memaksa masuk.
"Aku tahu tempat tinggalmu. Jadi, jangan berani macam macam! Kamu akan tahu akibatnya!" Gala mengancam Aya.
Aya mendorong Gala, "Pergi kamu dari rumahku! Kamu sudah melanggar hukum. Ini trespassing."
Gala kembali menyeringai sambil menahan rahang Aya, "Aku akan pergi. Kedatanganku ke sini hanya untuk memperingatkanmu. Jangan berani macam macam! Dengar kata kataku?"
Aya terdiam, ada rasa takut yang ia rasakan.
Bagaimana kalau lelaki ini kembali menyentuh tubuhnya? Dia kuat sekali, aku tak mungkin melawannya. Dan saat ini, aku sendiri.
"Aku pergi!" Gala membalik hendak keluar dari pintu.
Tapi saat melihat ada sebuah manequinn di dekat pintu, ia menjatuhkannya begitu saja hingga tangan mannequin itu belah dan pecah.
Aya melongo tak percaya.
Lelaki itu sungguh kurangajar!
Berani sekali mengintimidasinya seperti ini!
Tapi Aya memilih untuk diam. Ia tak mau memprovokasinya lagi.
Harus ia akui, ada rasa takut yang perlahan mencuat di hatinya.
Aku harus sabar!
Mama bilang, nama Kirani memiliki arti sinar cantik. Sedangkan Gayatri berarti memiliki tiga kekuatan. Mama menasihatiku, sesuai arti tersebut, aku harus menjaga tiga kekuatan sebagai seorang perempuan. Pertama, harga diri. Kedua, kemuliaan. Ketiga, kesabaran.
Tidak pernah Kiran bayangkan, perjalanan mencari cinta pertamanya akan membuatnya mengenal sosok Gala. Lelaki yang menguji kesabaran, merendahkan kemuliaannya dan menghina harga dirinya.
Pertama kali dalam hidupnya, ia mengucap kata kasar!
Bagaimana mungkin lelaki itu berhasil membuatnya marah besar?
Hhh.. Dasar lelaki kurang ajar!
***
Gala melangkah keluar dari rumah Aya. Ia menyeringai...
Hmm.. Sepertinya aku berhasil menakutinya. Dia tidak akan berani macam macam!
Gala naik ke dalam mobilnya. Pintu bangunan itu terbuka Ia memperhatikan kalau perempuan bernama Kirani itu sedang membereskan mannequin yang ia jatuhkan.
Entah kenapa, tiba tiba saja muncul rasa yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Apa ini?
Gala menyentuh d**a sebelah kirinya yang berdesir tidak enak.
"Apa kita pergi pak?" supirnya bertanya.
"Tunggu sebentar," Gala tak ingin beranjak.. Ia terus memperhatikan gerak gerik Kirani dari balik jendela mobil.
Ia melihat perempuan itu keluar dari dalam bangunan dan membawa sesuatu yang terbungkus plastik sampah, masuk ke dalam tempat sampah yang ada di luar.
Gala hendak meminta supirnya untuk bergerak, namun matanya menangkap pemandangan yang mengganggunya.
Ada seorang lelaki mendekati perempuan itu. Lelaki itu menyapanya, Kirani membalasnya, dan mereka tertawa berdua.
Entah apa yang mereka bicarakan.
Perempuan itu terlihat berbeda. Ia berseri seri. Matanya berbinar dengan cantik. Berbeda kala tadi menatapnya dengan penuh kebencian.
Gala mengepalkan tangannya. Ia terganggu dengan pemandangan itu.
Tak hanya itu, setelah berbincang beberapa saat di pinggir jalan. Perempuan itu mengajaknya masuk ke dalam. Pintu pun tertutup.
AKU. TIDAK. SUKA.
Gala merasa geram.
***
Saat membuang pecahan mannequin itu, Aya mendengar ada yang memanggilnya, "Aya!"
Ia pun menoleh. Ternyata sahabatnya, Janaka Wiratama.
"Hai!" Aya membalasnya sambil tersenyum.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Jana bertanya.
"Mannequin terjatuh dan pecah. Terpaksa deh aku buang," Aya menunjuk ke arah tempat sampah.
"Lalu kamu? Apa yang kamu lakukan?" Aya bertanya
"Aku memang ingin mengunjungimu. Lihat ini," Jana mengangkat satu jinjingan di tangannya.
"Apa itu?" Aya mengerutkan keningnya.
"Kesukaanmu. Martabak telur," Jana tersenyum.
"Ah, mau, kebetulan aku lapar. Rasanya dari pagi aku belum makan," Aya mengelus perutnya.
Jana tergelak, "Sekalian aku pesankan delivery makanan. Aku ikut makan malam di sini ok?"
"Ok. Masuk," Aya mengajak Jana masuk ke dalam rumahnya.
"Kamu kemarin kemana? Aku mampir tapi tidak ada," Jana membuka martabak telur yang ia bawa dan menyimpannya di meja.
"Harum sekali..." Aya menghirup wangi martabak yang menggoda indera penciumannya.
"Aku ke Jakarta. Tadi siang baru pulang," jawab Aya.
"Apa yang kamu lakukan?" Jana kembali bertanya. "Kenapa tidak memintaku menemanimu?"
Aya tersenyum, "Ini misi rahasia mencari cinta pertamaku!"
Jana tersentak kaget, "Ka-kamu masih menyukainya?"
"Entahlah.. Aku pikir, kalau tidak dicari, mungkin penasaran seumur hidup," Aya menjawab pertanyaan Jana.
"Ohh.." Jana terdiam. Ia kembali memakan martabak telur yang ada di hadapannya. Tapi, rasanya jadi tidak selera.
***
Mobilnya bergerak kembali menuju ibukota.
Sepanjang perjalanan, Gala merenung dan melamun.
Siapa lelaki tadi?
Ia memukul mukul kursi dengan kepalan tangannya. Ada perasaan tidak suka yang memuncak. Entah kenapa, tapi Gala tidak memahami alasan yang membuatnya seperti ini.
AHH!
Setelah menempuh tiga jam perjalanan, mereka tiba di hotel. Gala ingin cepat masuk ke kamarnya dan menenangkan diri. Ia duduk di sofa dan mengeluarkan whisky dari lemari minuman. Ia menenggaknya secara langsung. Gala melepas dasi dan jasnya.
Ia hanya ingin berbaring dan berdiam diri.
Namun ketukan di pintu menyadarkannya.
"MASUK," Gala berteriak.
Pintu terbuka, sesosok perempuan dengan pakaian super ketat melangkah masuk. Rambut panjangnya terurai rapi. Wajahnya terpulas make up yang membuat kecantikannya semakin menonjol.
Gala hanya mengatupkan bibirnya. Sosok perempuan ini jadi orang terakhir yang ingin ia temui. Perempuan yang ayahnya harapkan menjadi calon istrinya.
Nirmala Harja berdiri di hadapannya.
"Ada apa?" Gala bertanya tanpa berusaha menutupi rasa tidak sukanya.
"Aku hanya ingin mengunjungimu. Sejak papa bilang soal kita, aku hanya berharap kita bisa lebih dekat lagi," Nirmala menjawabnya.
Gala mengabaikan ucapan Nirmala dan beranjak ke kamar tidurnya, "Kamu bisa pulang. Aku ingin tidur."
Dengan cueknya ia melepas kemejanya dan menggantinya dengan kaos.
Nirmala menarik nafas panjang melihat kelakuan Manggala.
"Aku akan menjadi istrimu, jangan seperti itu," ia menghampiri Gala.
"Kamu tidak dengar kalau aku mau tidur?" Gala berbalik dan menatap Nirmala tajam.
"Atau kamu mau tidur bersamaku?" Gala menantangnya dan mendekat ke arah Nirmala.
Nirmala membelalakan matanya, "Ga-gala!"
Gala hanya menyeringai dan membalikkan tubuhnya, "Kamu pulang! Aku tidak mood."
Tapi, tiba tiba saja Nirmala mendekat dan memeluknya dari belakang, "Aku mau. Biarkan aku menemanimu."