Ch.08 Masa Laluku Bukan Urusanmu!

2107 Kata
Zefanya dilanda kebingungan. Kalau telepon itu dijawab, Sean bisa curiga. Bagaimana kalau suaminya tahu dia punya hutang? Terlalu takut akan dikulik hingga terbongkar pertukaran dengan Amanda. Bukankah sang ayah sudah mengancam akan menculik sepupunya jika itu sampai terjadi? ‘Aku tidak boleh menerima telepon ini!’ Maka, ia pun cepat menekan tombol tolak dan mematikan saja ponselnya tersebut. “Siapa yang telepon? Kenapa tidak dijawab?” tanya Sean berjalan menuju istri barunya. Zefanya membalikkan badan, lalu tertawa. “Bukan siapa-siapa! Dia ... uhm ... dia hanya teman kantor yang suka padaku. Terus merayu hingga membuatku muak! Jadi, aku tolak saja teleponnya.” Tentu, sang mafia tidak mau percaya begitu saja, bukan? Ia tetap menyorot tajam dan menyelidik, “Ada yang kamu sembunyikan dariku?” “Tidak ada,” geleng Zefanya masih tersenyum tegang. “Tidak ada yang kusembunyikan darimu.” “Kamu punya pacar?” desis Sean mulai bernapas berat, d**a pun kembang kempis. “Tentu tidak ....” Napas Sean memburu, “Jangan bohong! Kamu punya pacar atau tidak! Siapa yang menelepon!” “Are you jealous, Hot Stuff?” kikik Zefanya menyeringai, tidak menanggapi dengan serius. Sesuatu yang kemudian membuat suaminya naik pitam. Sean dilanda emosi memuncak. Zefanya yang ada di sisi ranjang didorong olehnya hingga terjatuh ke atas peraduan dan dengan cepat ia tindih. “Kamu dengarkan aku baik-baik, si4lan!” “You crazy pig!” teriak Zefanya memberontak, terutama karena Sean mencengkeram erat kedua tangannya ke atas kepala. Ia bisa merasakan kakinya dilebarkan dengan kedua lutut sang lelaki. Jantung berdetak sangat kencang. “Kamu punya pacar, Mi Amor? Bukankah sudah kukatakan jangan membuat skandal, hmmm?” desis Sean menelusuri leher Zefanya hingga ke bagian d**a. “Haruskah aku mengulang perbuatan kita di hotel kemarin? Haruskah aku ... membuatmu hamil agar pacarmu pergi?” Mata wanita muda itu melotot. “Kamu sudah gila, Sean! Aku tidak punya pacar! Lepaskan aku! Lepaskan atau kulaporkan pada ayahku!” Zefanya merinding sendiri membayangkan dirinya hamil. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Kali ini, Sean tertawa mendengar ancaman tersebut. “Laporkan saja pada ayahmu. Bukankah kalian tidak dekat? Aku ragu dia atau Paman Massimo kesayanganmu akan membantu. You know ... kalau kamu berhubungan dengan lelaki lain, berarti kamu mengkhianati janji suci pernikahan kita.” “Dan aku berhak protes pada keluargamu kalau kamu sampai berselingku. Sekali lagi, aku tanya dan jawab yang jujur. Siapa yang menelepon? Jawab!” Napas Zefanya terengah, kalimat Sean barusan membuat nyalinya ciut. ‘Benar juga, kalau dia mengatakan aku selingkuh, jutsru aku yang akan dihabisi oleh Ayah dan Paman Massimo.’ “Sudah kukatakan, itu adalah teman kantorku yang terus mengejar meski sudah kukatakan aku tidak mau dengannya. Dan sudah kukatakan juga kemarin, aku tidak ada niatan menjalin hubungan dengan siapa pun juga!” Sean memposisikan wajahnya tepat di atas paras cantik Zefanya. Saat ia bernapas, udara hangat mengembus mengenai pipi sang istri. “Kali ini, aku akan mempercayaimu. Satu hal yang harus kamu ingat, aku tidak suka skandal! Jadi, jangan membuat skandal apa pun terutama berhubungan dengan lelaki!” desisnya serius. Zefanya mengulum senyum sinis, “Sudah puas? Bisa lepaskan aku? Cengkeramanmu menyakiti pergelangan tanganku.” “Iyakah? Aku kira wanita suka dicengkeram begini? Bukankah itu meningkatkan adrenalin bercinta?” kekeh Sean memandang dengan wajah nakal mengintimidasi. “Mau bukti?” “Screw you, Sean!” desis Zefanya, mengatakan bahwa lelaki itu sungguh menjengkelkan. “Jangan bermimpi bisa bercinta denganku lagi!” “Tenang saja, kamu juga bukan tipe wanita idamanku. Karena ... kamu sudah tahu tipe wanita yang aku sukai seperti apa, bukan?” Satu mata Sean berkedip nakal, dan ia melepaskan cengkeramannya di pergelangan tangan Zefanya. Senyum tipis muncul di wajah cantik, “Oh, maksudmu Ghea? Yeah, dia memang cantik, lembut, sangat cocok untuk menjadi ibu.” Sambil mengusap pergelangan tangan yang memerah, ia berucap, “Sungguh disayangkan kamu berpisah dengannya. Coba kamu masih dengan dia, pasti kita tidak perlu berada di sini bersama,” tanggap Zefanya tetap cuek dan segera beringsut berdiri. Tuan Besar Lycus tersenyum smirk. “Ya, dia memang tidak sepertimu yang berangasan dan suka membantah! Cobalah menjadi seperti dia, penuh kelembutan dan rasa takut kepadaku. Siapa tahu aku bisa tertarik padamu,” kekehnya setengah menyindir. Namun, Zefanya memang tidak bisa hanya diam, “Sayangnya, Hot Stuff, aku hanya menurut pada orang yang kucintai. Dan aku, tidak boleh jatuh cinta kepadamu,” balasnya menyeringai sama smirk-nya. Pemilik rambut panjang itu kemudian bertanya, “Aku bisa melihat dari tatapmu, aku tahu kalau kamu masih mencintainya. Apa yang terjadi antara kamu dan dia?” “Bukan urusanmu!” jawab Sean membentak. “Kalian masih saling mencintai? Atau bagaimana sebenarnya? Dia juga nampak risih dengan kehadiranku! Saat aku dipeluk Reagan, dia cepat menarik putranya kembali!” “Sikapnya itu ... seolah dia tidak mau anaknya berdekatan denganku. Apa kamu tidak memperhatikan?” tandas Zefanya. Menarik napas dalam, ia menegaskan pandangannya, “Aku rasa Ghea tidak menyukaiku!” “The fuuck you want, hah!” bentak Sean. “Jangan berkata buruk tentang Ghea atau aku akan melemparmu ke kandang ular kobra di belakang!” Mata Zefanya melotot, “Seriously? Kamu punya kandang ular kobra?” Sean menyeringai, “Mau lihat? Ayo, bicara yang tidak-tidak lagi soal Ghea, dan akan kulempar kamu ke san!” “Aku tidak mau jadi rintangan bagi hubungan cinta siapa pun, Sean! Katakan itu padanya! Jangan sampai dia mengacau kehidupanku yang sudah kacau ini!” tandas Zefanya. Napas Tuan Besar Lycus memburu, ia menatap tajam pada istrinya. “Sudah kubilang, masa laluku dengan Ghea bukan urusanmu!” “Jangan sok tahu tentang perasaanku padanya! Tutup mulutmu itu!” Ganti Zefanya yang menghela jengah. “Fine! Whatever! Aku tidak mau ada masalah dengannya. Tapi, kalau dia yang duluan menunjukkan permusuhan, maka aku pun tak segan untuk menunjukkan siapa diriku kepadanya!” Mendadak, suara Sean terdengar menggelegar. “Aku bilang cukup dan tutup mulutmu! Jangan bicara soal Ghea lagi!” “Kamu ikut ke pantai denganku dan anak-anak!” perintah Sean sembari menyalakan sebatang rokok. “Jangan mandi terlalu lama!” tandas sang mafia mengakhiri pembicaraan. Zefanya tidak menjawab, ia masuk ke kamar mandi dan mengunci pintu. Di sana, barulah ia mengembus napas sangat panjang dan berat. ‘Sial! Kenapa aku sesial ini, Tuhan? Dililit hutang sampai terpaksa menikahi lelaki b******k bernama Sean Lycus!’ pekik Zefanya dalam hati, menatap bayangannya di dalam cermin. ‘Setelah menikah, aku harus bertemu dengan mantannya yang bernama Ghea. Belum lagi ternyata Sean punya anak dari dua wanita yang berbeda! Bagaimana bisa aku jadi ibu mereka?’ ‘Aku bersumpah, kalau wanita itu menyerangku karena dia cemburu atau apa pun juga, aku akan mencakar wajah polosnya itu tanpa ragu! Sean masih mencintainya, itu pasti! Tapi, aku juga tidak akan diam saja kalau diserang!’ ‘Aku ingin keluar dari situasi ini, Tuhan! Tolong, beri aku keajaiban. Aku terlalu muda untuk mati karena stres berkelanjutan!’ Ponsel yang tadi dimatikan, diam-diam ia bawa ke dalam dan nyalakan dalam mode silent. Beberapa pesan langsung masuk. Bajingaan Sialaan [Mencoba menghindar? Besok adalah batas waktu cicilan! Hutangmu sudah bertambah menjadi $120.000 sekarang akibat denda keterlambatan.] Bajingaan Sialaan [Tidak bayar, maka tiap hari akan dikenai denda $200. Kamu sudah menandatangani surat perjanjian dengan kami. Secara sah, kami berhak mengambil rumahmu, Zefanya yang cantik!] Bajingaan Sialaan [Segera bayar hutangmu kepada kami, atau jangan salahkan kami bila sebentar lagi kamu dan saudaramu yang manis itu kami lempar ke jalanan!] Membacanya dengan lemas, hati Zefanya bagai diremat keras. “Baru saja mendapat $50.000 dari Amanda dan dia sudah menaikkan bunganya menjadi $20.000? Gila! Ini sungguh gila!” engah sang wanita memukuli wastafel marmer. Menatap ke pintu kamar mandi, meminta tolong pada suaminya? Hell no! bukankah *** Sean masih berada di kamarnya, menunggu Zefanya selesai mandi. Peristiwa yang barusan terjadi membuatnya kembali mengingat kejadian beberapa waktu lalu. “Kamu bisa memiliki tubuhku, tapi tak bisa memiliki hatiku,” ucap Ghea pada satu masa kepadanya. Sebuah ucapan yang sampai sekarang membuat hati sang mafia tampan bagai dihantam oleh ratusan palu godam. Pernah menjadi sepasang kekasih, lalu berpisah, bertemu kembali, dan itu yang kemudian ia dapatkan. Cinta bertepuk sebelah tangan. Fakta bahwa ada Reagan di antara mereka tak membuat Ghea ingin kembali pada Sean. Sang mantan tetap ingin hidup tanpa dirinya. Jika mengingat semua ini, remuk redam perasaan seorang Sean Lycus. Sedemikian hancur sampai ia menolak mati-matian saat dijodohkan kepada Zefanya. Apalagi, usia istrinya itu sama dengan usia Ghea. Bagi Sean, cinta hanya mendatangkan derita. Lepas dari Ghea kala dulu berpisah, ia menikah dengan wanita lain, dan istrinya pun tak jauh berbeda. Terpaksa ia hukum dan ceraikan karena membuat sebuah kebohongan yang luar biasa menyakitkan. Membuat ia nyaris tak bisa mempercayai wanita mana pun. Dua kali merasakan cinta, dua kali pula harus hancur lebur karenanya. Ia mengembus asap putih dari bibirnya yang tebal menggoda, “Aku lebih baik tidak mengenal cinta karena itu hanya akan membuat kacau hidupku.” Lalu, ia melirik ke pintu kamar mandi. “Untung saja dia bukan tipe wanita yang bisa membuatku jatuh cinta. Kalau Ghea adalah Kucing Kecil, maka dia adalah anak singa yang menyebalkan!” dengkusnya ganti membayangkan wajah sang istri baru. “Hmm, meski tubuhnya yang hanya dibalut pakaian dalam itu sunguh seksi, tetap dia sungguh menjengkelkan!” kekeh Sean mengingat moleknya Zefanya saat di kamar hotel. “Harusnya aku lakukan saja waktu itu biar dia tidak banyak omong seperti sekarang!” Menarik napas panjang, Tuan Besar Lycus bergumam pelan, “Sekarang, yang paling penting adalah mengamankan bisnisku dengan Massimo Giovanny. Tidak boleh ada kesalahan apa pun, semua harus berjalan lancar.” “Jangan sampai kedudukanku sebagai pemegang kepempimpinan Klan Lycus di New York tergantikan. Aku lebih baik mati daripada kehilangan kedudukan itu!” desisnya tersenyum dingin. *** Saat bersiap berangkat ke pantai, pintu kamar Sean diketuk. Zefanya membukanya dan terkejut melihat seorang lelaki tinggi berkulit putih serta berwajah Asia ada di hadapan. “Maaf mengganggu, apa Sean ada?” tanya sang pria. “Masih di kamar mandi. Kamu siapa?” balas Zefanya dengan satu pertanyaan pula. “Oh, ya, hai, namaku Evan. Kamu pasti Zefanya, ya? Istri barunya Sean?” angguk pria tampan itu mengulurkan tangan. Zefanya menjabat tangan Evan sambil menghela napas kesal. “Ish, sepertinya aku akan selalu dikenal dengan julukan Istri Barunya Sean Lycus! Menyebalkan sekali!” Lalu, ia melepaskan salaman dan berjalan menuju kamar mandi. Menggedor pintu, ia berteriak, “Sean! Ada yang mencarimu! Namanya E—“ Belum selesai berteriak, pintu sudah terbuka dan lelaki setinggi 190 sentimeter sudah ada di depannya, menatap tajam. “Aku tidak tuli! Berhentilah berteriak!” desis Sean. Tubuh gagahnya berjalan meninggalkan Zefanya yang menggeleng jengah. Sambil menatap pada Evan, ia bertanya, “Jalur kedatangan sudah kamu amankan?” “Sudah aku amankan. Aku meletakkan beberapa anak buah kepercayaan kita di sekitar lima titik yang kuanggap rawan. Jika ada masalah, mereka akan keluar dan membantu,” jawab Evan mengangguk. Nama lengkapnya Evander Xu. Dia adalah tangan kanan Sean Lycus. Seorang mantan agen CIA dengan kecerdasan di atas rata-rata yang ahli dalam membuat strategi. “Aku kaget saat Ghea bercerita kamu datang membawa istri,” kekeh Evan melirik Zefanya. “Apa ini yang kamu bilang ada sedikit masalah dan bisa teratasi? Kamu baik-baik saja?” Sean mengangguk, “Aku terpaksa menerima perjodohan sialan ini. Gaya Sisilia kuno, para tetua masih percaya bisnis terbaik adalah bisnis antar keluarga. Jadilah Lycus dan Giovanny menyatu sebagai keluarga dengan pernikahan ini.” “Apa bisa menikah tanpa cinta?” geleng Evan kembali melirik Zefanya. “Dia masih sangat muda. Kira-kira seusia Ghea, benar?” “Ya, dia masih 25 tahun. Fuuck, Evan! Aku tidak mau membahasnya! Aku dan dia sudah sepakat untuk merahasiakan pernikahan t***l ini dari dunia luar,” dengkus Tuan Besar Lycus. “Aku akan ke pantai dengan anak-anak menikmati weekend. Kamu urusi sekali lagi jalur kedatangan, oke?” Evan mengangguk, “Ya, tenang saja, aku dan Claudio akan memeriksa sekali lagi. Kamu bersantailah di pantai dengan anak-anak.” *** Di sebuah kamar tidur, seorang wanita sedang termenung seorang diri. Apa yang baru saja ditemui di Lycus Mansion membuat sesak dadanya. ‘Kenapa Sean bisa tiba-tiba menikah? Kata Zefanya, mereka dijodohkan? Aku tidak mengerti, kenapa dia mau dijodohkan? Dia bukan tipe orang yang bisa diatur, bukan?’ Ghea menghela napas panjang. ‘Aku tidak cemburu, hanya kaget, itu saja. Sekarang, aku sudah menikah, dan aku mencintai suamiku.’ ‘Hanya saja ... rasanya aneh melihat Reagan memanggil Mommy pada orang lain. Aku tidak mengenal siapa itu Zefanya. Tidak tahu dia wanita yang baik atau tidak.’ ‘Sekilas saat berkenalan, dia nampak baik. Akan tetapi, semua itu tidak bisa dipastikan sebelum benar-benar mengenalnya.’ Kembali mengembus berat, “Bagaimana kalau dia bukan wanita yang pantas disebut Mommy? Apakah aman menitipkan Reagan padanya?" "Aku harus bicara dengan Sean tentang masalah ini!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN