8

1560 Kata
Vanesha Biandra Mahardika menegang di tempat duduknya karena semua temannya sedang menagih pajak jadian pada Ucup. Anak kelasnya heboh karena Yusuf Fairuz Amzari menambahkan 'Echa' di semua bio media sosialnya dan mempertanyakan siapa sosok Echa ini? Hubungan cowok itu juga sesekali di hubungkan dengan dirinya. “Pantes lo manggil 'Echa' ke Vani ya, Cup.. ga taunya lagi kangen sama pacar. Awas ntar lo ga bisa bedain mana Echa-nya elo Cup,” goda Kito. “Tuh liat.. Vani jadi baper tau.. speechless tuh dia.” Ingin rasanya Vani menyumpal mulut Ayi karena perkataan temannya itu membuat Ucup menoleh padanya. Dan sialnya ia juga menoleh pada cowoknya itu. Cie cowoknya.. “Justru gue ga akan lupa sama pacar gue kali ini,” ucap Ucup dengan maksud tertentu. “Ngomongnya ga usah ke gue kan? Gue pacar lo apa?” tanya V       ani sewot. Ia tidak suka suasana seperti ini. Ia merasa melakukan sesuatu yang salah dan makin kesini perasaan berdosa selalu menghantuinya. “Hahahaha maaf,” ucap Ucup dan kembali pada obrolannya dengan Robi. Saat suasana kelas sudah cukup tenang, tenang dalam artian tidak lagi mengusik pacar barunya Ucup, Ayi mengajak temannya yang cukup gemar makan itu kekantin. Vani beralasan ia malas gerak dan menyuruh Ayi pergi dengan yang lain saja. “Dia ga lagi mager kok, Yi.. Cuma lagi bokek aja gara-gara beliin pacarnya yang cuma demam biasa sekarung buah,” ucap Dea dan berlanjut dengan mengejek Vani yang terlalu cinta mati pada Putra dan rela menguras uang jajannya bulan ini. Tak lupa menunjukkan bukti fisik berupa postingan Putra di i********: miliknya. Vani yang terlalu fokus meladeni cercaan ketiga teman dekatnya tidak menyadari tatapan tidak suka Ucup padanya. Cewek itu terus saja mengoceh tentang kelakuan ketiga temannya yang tidak seperti kelakuan seorang teman. “Kami ngantin ya, Van,” teriak Kito. “Bodo amat,” celetuk Vani dan menjatuhkan kepalanya di atas meja. Namun ia kembali dalam posisi duduk saat mendengar suara deheman seseorang. “Ngapain?” tanya Vani mendongak. “Ngajak lo nagantin” “Lo mau nunjukin ke semua orang kalo kita emang jadian?” bisik Vani. Ia tidak sedang menghawatirkan tanggapan semua orang tentang dirinya tapi ini tentang bagaimana Putra akan menjawab pertanyaan orang-orang nantinya. Lagi-lagi Putra membuatnya stress. “Gue cuma bersikap sebagai pacar yang baik. Siapa peduli sama semua orang? Hal yang penting buat gue adalah lo pacar gue. Dan cuma satu orang yang harus tau, Fiki tercinta.” Vani mendengus kesal dan mengikuti langkah cowok itu dari belakang, ia ingin jaga jarak agar gossip tidak merebak. Padahal selama ini ia tidak pernah memikirkan gossip yang mungkin menimpanya. “Uang jajan lo habis cuma karna dia demam?” tanya Ucup berbalik dan membuat Vani hampir menabraknya. “Gue ga mau dicap jadi pacar jahat, makanya-” “-peduli apa sama cap-cap-an orang? Gue ga suka ya lo se total itu sama pacar palsu,” terang Ucup dan tidak membiarkan Vani melanjutkan alasannya. “Loh, kenapa emang? Wajar kok.” “Karena pacar lo itu gue, gimana sih?” teriak Ucup di koridor yang sedang kosong. “Tapi semua orang taunya-” “-kan tadi udah gue bilang, peduli apa sama orang?” hardik Ucup dan meninggalkan Vani dibelakang, ia menuruni tangga zig-zag itu seperti kesetanan. “Ini gue jadi diajakin makan apa engga sih?” tanya Vani pada dirinya sendiri dan kembali kekelasnya. Ia juga tidak ingin dipermalukan. Siapa yang tau isi otak cowok itu, ya kan? Mungkin saja ia akan ditinggalkan setelah pesanannya datang. >>>>  Vani masih ingat dengan jelas tatapan kesal Ucup padanya saat bell tadi. Pacarnya itu terlihat marah, dalam hati Vani bertanya apakah ia melakukan sesuatu yang salah? Makanya saat ini siswi SMA dengan nama lengkap Vanesha Biandra Mahardika itu berjalan seperti siput agar tidak cepat sampai dibawah. Vani tidak tau apakah Ucup yang tadi berjalan mendahuluinya tanpa berkata apa-apa ataupun melihatnya masih menunggunya atau sudah pulang. Atau jangan-jangan mereka ga jadi pacaran? Tanpa disadari Vani, ia sudah sampai di parkiran dan sekarang sedang dipelototi oleh Ucup. Seketika Vani merasa agak takut, namun secepat itu pula ia mendapatkan kesadarannya. Untuk apa takut? Ya kan? “Lo nungguin gue?” tanya nya. “Memang siapa lagi pacar gue yang bisa ditungguin selain elo?” tanya Ucup kesal. “Hari ini lo marah terus, salah gue apa?” tanya Vani kesal tapi tetap menerima uluran helm dari cowoknya itu. “Lo ga salah kok, gue aja yang salah nungguin pacar di kantin sendirian sampe bel dan ga jadi makan.” “Maaf.. lo ga ada riwayat magh kan, Cup?” “Bodo amat.” ucap Ucup dan menstarter motornya. >>>>  Vani merasa bersalah saat melihat seragam Ucup yang lecek karena ia memegangnya erat. Salahkan juga cowok itu yang mengendarai motor seperti orang kesetanan. Tak membiarkan pacarnya itu pulang, Vani menyita kunci motor milik Ucup dan memaksanya ikut masuk. Cewek itu ingin membayar kesalahannya karena membuat Ucup tidak memiliki makan siang. “Ga usah, Cha” ucap Ucup. “Ga apa-apa Cup, sekarang lagi ga ada orang,” terang Vani. “Maksud lo apa nih? Justru karna ga ada orang,” ucap Ucup mulai kesal. “Maksud gue, sekarang lagi ga ada temen-temen gue jadi lo ga perlu diintrogasi. Kalo soal mama tiri gue, dia ga akan banyak tanya kok.” “Sayang.. ga usah ya?” pinta Ucup mengurangi kekeras kepalaannya. “Kok lo sayang-sayang-in gue?” tanya Vani tidak suka. “Ya lo keras kepala sih.. gue kan udah bilang ga usah. Ngeyel banget jadi cewek.” Vani menghentak-hentakkan kaki memasuki rumahnya dengan mengabaikan Ucup. Di beranda rumah itu Ucup duduk selonjoran, ia kesal pada Vani dan sangat tidak mungkin ia meneriaki cewek itu di rumahnya sendiri. Masalahnya adalah cewek itu masih menyimpan konci motornya di dalam kantong seragamnya. Gimana Ucup mau ambil coba? Tak lama setelahnya motor lain memasuki pekarangan rumah Vani, Ucup terlihat tidak peduli menskipun cowok yang dikenalnya sebagai pacar palsunya pacarnya sedang menelitinya dari atas sampai bawah. Jengah lama-lama berduaan dengan Putra, Ucup mencoba menelfon Vani. Dan kejutannya adalah nomor yang dituju berada dalam kantong Putra. Dalam hatinya ia bertanya sejauh mana Putra bertindak dalam pacaran setingan mereka? Beruntung Vani segera muncul karena kalau tidak Ucup berjanji akan pulang dengan angkutan umum dan masa bodoh dengan motornya. Vani muncul dengan segelas jus mangga dan menyodorkannya, “Abisin dulu baru pulang,” ucap Vani, cewek itu agak gugup karena ada Putra yang sedang mengawasi mereka. “Makasih.. gue pulang.” “Hm.. hati-hati.” Setelah memastikan Ucup menghilang dari jarak pandangnya Vani melengos pergi, di belakangnya Putra ikut mengiringinya. Si pacar palsu tampak sangat penasaran dengan pemandangan yang di dapatinya barusan. “Ga ada penjelasan apa-apa ke gue gitu?” tanya Putra. “Emang kita pacaran beneran?” “Jadi dia pacar lo?” “Emang gue bilang begitu ya?” “Bagus deh.. bagus kalo lo ga lupa kalo posisi lo disini adalah pacarnya Putra. Cowok paling oke sejagad raya.” “Ckckck lo katanya mau UN kenapa masih aja muncul disini?” tanya Vani kesal. Di matanya, Putra terlalu memikirkan anggapan orang banyak padanya tanpa peduli jika ia harus mengutamakan pendidikan. “Rian-” “-Rian kenapa?” tanya Vani panik. “Biasa aja dong.. Rian kan mau ulang tahun. Dan sabtu ini kita semua harus ngosongin jadwal. Lo pikir siapa selain gue yang bisa kesini dan ngasih tau lo?? Deva sibuk belajar, Cinta ga akan mau gerak kalo ga ada pujaan hatinya. Dan jangan bilang lo mau Rian sendiri yang datang dan ngasih tau lo?” gerutu Putra kesal. “Lewat sms atau telfon kan bisa,” jawab Vani galak. “Oh ya.. gue bahkan ga yakin lo inget dimana narok hape,” seketika mendengar pernyataan Putra Vani langsung terbelalak. Ia baru ingat kalo hapenya tertinggal di kamar Putra saat ia menjenguk temanya itu. Tidak bisa disebut tertinggal juga sih. Putralah yang menyambar hapenya untuk berfoto dan mempostingnya ke i********: milik Vani. Salah satu alasan kenapa media sosialnya itu dibanjiri komentar. “Jangan bilang lo posting foto jelek lo lagi,” ancam Vani. “Tenang aja, gue posting yang paling keren kok,” seringai Putra. Ingin rasanya Vani membenturkan diri ke tembok. Ia akan mendapat amukan Ucup tiap hari kalau begini. “punya pacar ga peduli asli apa palsu kok nyusahin banget,” ucap Vani membatin dan menyambar hapenya dari tangan Putra. >>>>   Tari menyambut anaknya dengan senyum jahil, namun sang anak tampak masih sagat kesal. “Apa karena kejadian tadi?” tanya wanita itu pada diri sendiri. Ia bangkit dan berjalan mendekati anak semata wayangnya itu. “Dua hari ini mama liat kamu pulang nganter Vanesha dulu.” “Mama denger gossip dari mana lagi? Temen mama atau siswa mama?” tanya Ucup melepas kemejanya yang terlihat acak-acakan di bagian pinggang. “Lihat sendiri kok. Dan hari ini kamu marahin dia kan? Kenapa pacar cantik begitu dimarahin?” tanya Tari. “Jadi kalo pacar cantik ga boleh dimarah? Terus aku marahnya sama siapa? Sama pacar orang?” tanya Ucup, ia tidak suka dengan mamanya yang membela Vani. “Jadi ngaku nih ceritanya?” Seringai sang mama menyadarkan Ucup bahwa barusan ia mengakui kalau dirinya dan Vani memang sedang pacaran. “...” “Waah.. senangnya punya calon mantu.” “Cuma pacar ma..” ucap anak semata wayang yang terlanjur keceplosan dan meninggalkan mamanya di balik pintu kamar agar tak lagi ditanyai hal aneh lebih lanjut.   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN