Sang Pengkhayal Tumbang

1604 Kata
 • Sang Pengkhayal Tumbang Hari menjelang gelap, Ye Shao berjalan dengan santai di tengah hiruk pikuk kota. Suasana di kota menjadi semakin ramai menjelang malam hari. Tampak para karyawan yang pulang dari tempat kerja mereka masing-masing, beberapa siswa yang sedang menuju rumah mereka dan orang-orang dengan pakaian berandal beralu lalang. “Udaranya sangat dingin... Apakah akan turun salju? Ini akan menjadi musim dingin ke delapan ratus tujuh puluh kali sejak aku berpisah denganmu, Putri Saljuku. Apa kita akan dipertemukan lagi di musim dingin ini, atau di musim dingin berikutnya. Ketahuilah bahwa aku selalu menunggu dan mengharapkan pertemuan kita,” ujar Ye Shao dengan penuh penghayatan sampai dia terlihat seperti seorang aktor yang berperan dalam opera. Orang-orang yang lewat memperhatikan Ye Shao sambil menyembunyikan tawa mereka. “Aku mendengar sesuatu!” pikir Ye Shao. Ye Shao langsung melihat sekelilingnya. “Dari mana suara itu berasal?” Ye Shao mendengar suara para gadis yang sedang riang dengan percakapan diantara mereka. “Bukan itu.” Ye Shao mendengar suara klakson mobil yang terus berbunyi di perempatan besar yang berada sejauh seratus dua puluh meter di depannya. “Bukan itu.” Ye Shao mendengar suara gonggongan anjing di Pet Shop yang seolah memanggil ambulan yang sedang membunyikan sirinenya. “Tidak! Bukan itu juga.” Semua indra yang dimiliki Ye Shao memang lebih tajam daripada orang kebanyakan sehingga dia bisa mendengar berbagai macam bunyi, bahkan dia bisa membedakan sebuah bunyi yang tersembunyi di dalam keramaian. “Itu dia! Suaranya berasal dari dalam Gang!” Ye Shao langsung berlari sekencang mungkin ke dalam Gang. Setelah dia sampai kesana akhirnya dia melihat apa yang sedang terjadi. “Apa kau sudah melihat isi tasnya?” “Ya Bos! Ternyata wanita ini memegang uang yang cukup banyak, yah... Ini adalah tanggal muda, sepertinya dia baru saja menerima gaji.” “Woohooo! Kita akan berpesta miras malam ini.” “Bos! Tidak ada seorangpun di sekitar sini yang akan tau... Apa Bos membaca apa yang ada di dalam pikiranku?” “Ya! Aku juga sedang memikirkannya juga, wanita pegawai ini cukup cantik juga.” Wanita yang sedang terduduk ketakutan itu terus mundur ke belakang sampai dia terhadang oleh sebuah tembok. “Tolong! Seseorang tolong aku!” wanita itu berteriak. “Diluar itu sangat bising, apa kau pikir suara teriakanmu akan sampai ketelinga seseorang? Hehe... Malam ini kau akan menemaniku dan sodaraku yang lainnya.” Para berandalan itu tersenyum dengan memasang wajah bin*l mereka, satu persatu dari mereka melepas sabuk di celana mereka. “Ikat tangan dan kakinya, ayolah... Aku tidak sabar untuk segera mencicipinya. Hahaha!” “Tidak! Jangan! Jangan lakukan itu! Seseorang! Siapapun! Tolong aku!” Ye Shao melempar tasnya ke kepala salah satu berandalan itu. “Tak disana tak disini, kemanapun aku pergi hanya akan ada orang-orang dengan pikiran busuk di kepalanya,” ujar Ye Shao, wajahnya tertunduk dengan menunjukkan kemarahannya. “Cihh! Kukira apa, ternyata hanya bocah SMA yang tersesat.” “Pulanglah, Nak! Bersihkan tubuhmu dirumah, jangan malah berkeliaran dan membuat dirimu semakin kotor, nanti mamamu ngomel loh.” “Yang harus dibersihkan itu justru kalian semua, kalian membuat dunia ini semakin kotor, air saja tidak akan membersihkan kebusukan kalian. Tapi tinjuku pasti!” Ye Shao mengangkat kepalanya dan memandang rendah para berandal itu. “Dasar anak kecil jaman sekarang, apa mereka memang sudah tidak tau caranya mendengarkan orang yang lebih tua, hah?” Satu berandal maju ke arah Ye Shao. Berandal itu berhenti di hadapan Ye Shao lalu menampar kecil Ye Shao beberapa kali. “Pulanglah Nak! Ini adalah urusan orang dewasa, anak kecil sepertimu lebih baik pulang dan belajar saja.” Dengan tiba-tiba Ye Shao menggenggam tangan yang dari tadi menyentuh pipinya itu, Ye Shao mencengkram dengan keras. “Oy! Anak kecil.. Apa yang kau lakukan, hah?” kata Berandal itu sambil memasang wajah kesal. “Arrrrghhh!!!” jerit berandal itu tiba-tiba. Jarinya dipatahkan oleh Ye Shao, saat berandal itu mengerang sambil memegang tangannya yang kesakitan, Ye Shao memukulnya dengan sangat keras sampai berandal itu memuntahkan sesuatu dari perutnya dan akhirnya dia pingsan. Berandal lain yang melihat itu sempat merasa ketakutan sebab mereka melihat tatapan yang di tunjukkan oleh Ye Shao sama sekali bukan seperti tatapan anak kecil yang biasanya ketakutan. Sebaliknya itu seperti tatapan yang biasa ditunjukkan oleh seorang bos gembong mafia terkuat di film-film. “Satu kuman dibersihkan... Tinggal enam yang tersisa. Jadi... Pilihlah, pergi sambil berguling dari sini... Atau terkapar disini tanpa bisa berguling sama sekali.” Tatapan Ye Shao seperti seekor singa kelaparan yang melihat beberapa ekor anak sapi. **** Ye Shao dan Karyawan Wanita yang sempat menjadi sandera kawanan berandal berhasil keluar dari dalam gang tanpa adanya luka sedikitpun, dan seperti yang dikatakan Ye Shao sebelumnya, para berandal itu terkapar tanpa bisa berguling sedikitpun. “Adik... Terimakasih banyak, kalau tidak ada kau yang datang untuk menyelamatkanku, aku sudah tidak tau lagi seperti apa hal buruk yang akan ku alami. Adik! Sekali lagi aku berterima kasih!” kata Karyawan Wanita itu sambil menunduk memberi hormat pada Ye Shao. Ye Shao tidak melihat ke arah Karyawan Wanita itu, bahkan dia bertindak seolah Ye Shao tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Karyawan Wanita itu. Ye Shao hanya berdiri sambil menyelempangkan tas di bahu kanannya. “Eh? Apa adik ini sedang mengabaikanku?” pikir Karyawan Wanita itu. “Adik! Apa adik berkenan memberi tahu kakak ini siapa nama penyelamat jiwa kakak ini?” “Aku tidak memiliki nama, karna itu aku memiliki banyak julukan. Pengelana tanpa nama, pembasmi naga, pria dengan pukulan yang membara, atau seorang raja diantara para raja. Namaku tak seorangpun di dunia ini tau, kecuali satu orang. Dia yang mampu mengenaliku dan memanggil namaku, pastilah reinkarnasi si putri salju. Nona... Apa kau tau namaku?” Karyawan Wanita itu ternganga mendengar apa saja yang baru dikatakan oleh Ye Shao. “Eheheh... Adik, bagaimana aku bisa tau namamu... Bukankah ini kali pertama kita bertemu?” “Kalau begitu kau bukan dirinya, itu artinya urusanku disini sudah selesai.” “Eh? Adik kecil yang aneh... Sejak tadi dia membicarakan apa sih? Terus caranya bicara dengan orang yang lebih tua darinya kenapa sangat tidak sopan sekali? Dia bahkan tidak melihat ke arahku. Apa aku kurang cantik baginya? Apa pesona kakak yang lebih tua dariku ini kurang menarik bagi anak seusianya?” dalam hati Karyawan Wanita itu. Ye Shao beranjak dari tempat dia berdiri karena lampu untuk pejalan kaki sudah hijau. Saat dia berjalan beberapa langkah kedepan garis hitam putih itu sebuah sinar yang menyilaukan datang dari samping kirinya diikuti oleh suara klakson yang memekakkan telinga. “Adikkkkkk!!!!” sebuah teriakan di susul oleh suara teriakan lainnya. Ye Shao melempar tasnya ke arah karyawan Wanita yang telah ia selamatkan. Bukannya beranjak dari jalur itu, Ye Shao malah memasang kuda-kuda dan meletakkan kedua tangannya kedepan untuk menghentikan kedua cahaya yang menyilaukan itu. “Jangan meremehkanku!” dalam hati Ye Shao. Dalam sekejap sebuah benturan terjadi, darah memuncrat dan tersebar kemana mana, Karyawan Wanita yang ada di dekat Ye Shao bahkan terkena cipratan darah itu yang memenuhi separuh wajahnya. Jantung Wanita itu seakan-akan memompa darah lebih cepat dari biasanya, seperti darah itu menyebar mengalir keseluruh bagian tubuhnya, disusul oleh keringat dingin, kaki Wanita itu tak tahan menopang tubuhnya hingga akhirnya dia jatuh terduduk namun dia tidaklah pingsan, wanita itu hanya menutup mulutnya saking tak kuasanya dia melihat apa yang ada di depannya. Semua orang dengan cepat mengerumuni tempat itu, beberapa dari mereka bahkan menelpon ambulan. “Ya ampun... Benar-benar mengerikan.” “Apa ada saksi mata yang menyaksikan detik-detik kecelakaan ini sedang berlangsung.” “Kebanyakan orang yang ada disini pasti melihatnya bukan, sebelum truk container itu menabrak, supirnya sempat mengklakson truknya dengan keras jadi semua orang dengan spontan menoleh ke arah tersebut.” “Sial! Aku sedang mendengarkan musik menggunakan earphone saat itu, aku hanya melihat orang berbondong-bondong kemari jadi aku penasaran. Astaga... Ini mengerikan.” Ambulan datang tak lama setelah dia dihubungi, bahkan beberapa mobil polisi ikut dikerahkan dalam insiden itu. “Minggir minggir!” “Ah... Betapa kecalakaan yang mengenaskan,” kata Petugas Ambulan yang melihat tubuh Ye Shao tergeletak bermandikan darah. Ye Shao hanya dapat melihat kerumunan orang mengelilinginya secara samar. “Jari korban menunjukkan pergerakan, korban masih hidup! Segera lakukan evakuasi!” Para petugas ambulan dengan sigap membawa tandu mereka keluar dan mengangkat Ye Shao dengan hati hati ke tandu. Para polisi yang juga sudah ada di tempat kejadian perkara langsung menyebar dan mengintruksikan semua orang yang ada di tempat itu supaya mereka mundur. “Jangan ada yang melewati garis polisi! Semua orang menjauh dari TKP.” “Komandan! Dua orang terkena Shock yang hebat, satunya adalah seorang karyawan wanita yang terlihat memegang tas korban, di dalam tasnya kami menemukan kartu identitasnya, dia adalah seorang siswa SMA, namanya Ye Shao. Dia.... Dia adalah putranya Ye Tianlong.” “Cihh! Dia bukan anak muda sembarangan rupanya. Hubungi setiap rumah sakit terbesar di kota Y untuk menyiapkan kamar dan perawatan terbaik untuk Tuan Muda Ye. Perintahkan mereka untuk mengerahkan semua kemampuan mereka untuk membuat Tuan Muda Ye hidup!” “Siap laksanakan, Komandan!” “Dan untuk satu orang lainnya yang terkena Shock?” “Dia adalah sang sopir truk itu, Komandan.” “Ah... Dia akan sangat lama di penjara.” Satu mata Ye Shao tidak bisa dibuka, dia tidak merasakan apapun kecuali dingin yang menyelimuti dirinya. Satu matanya dapat melihat sebuah atap putih, beberapa kali dirinya merasa terombang-ambing, di sekeliling penglihatannya seperti warna merah, itu karena matanya tertutup oleh darahnya sendiri. “Sial! Aku sudah memasang ke enam Barrier Surgawi, mata yang menyilaukan itu adalah mata Naga Pembawa Malapetaka, bahkan ke enam Barrier Surgawiku tidak bisa menahan keganasannya. Sial! Apa aku akan mati seperti ini?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN