Sedang di pikirkan

1222 Kata
Kedua Paman Ye Shao terperangah, bukan hanya tak bisa lagi mengangkat bahu, bahkan untuk menutup mulut mereka yang menganga juga akan membutuhkan beberapa usaha. Ye Shuan Bai mendekat ke arah meja untuk memastikan sendiri apakah yang di lihatnya itu sama sekali tidak menipunya, “Bagaimana mungkin? Ini adalah undangan emas pelelangan akbar yang asli,” kata pria paruh baya itu dengan begitu takjub. “Sungguh? Tidak mungkin salah satu dari delapan undangan emas acara itu berada disini,” tambah Ye Feng Qi yang juga dengan sangat tergesa-gesa mendekati meja. “Di atasnya tertulis nama Ye Shao, ini adalah tinta hitam khusus, ini adalah tinta dari Blackpearl yang sangat langka. Astaga, bagaimana Ye Shao mendapatkan sesuatu seperti ini?” Ye Shao mengambil undangan yang menjadi pusat perhatian kedua pamannya. “Relasiku sangat kuat Paman, Kakek Meng memberiku undangan ini secara cuma-cuma.” “Keponakan Ye? Apa kau sudah memutuskan dengan siapa dirimu akan pergi?” kata Shuan Bai. “Tunggu?! Undangan itu asli?” Feng Qi terkejut melihat respon Kakak Tertuanya, dia mengatakan itu dalam hatinya. “Karena ini undangan yang di berikan langsung oleh Kakek Meng, tentu aku akan mengajaknya, satu orang lagi adalah ayahku. Aku tau ini bisa meningkatkan pengaruhnya di kota M,” jawab Chen berlagak santai. Ye Rou dan Nona Gong yang mulanya terlihat geram kemudian tersenyum sungging menertawakan kedua saudara Ye Tianlong dalam hati mereka. “I-itu berarti kau hanya akan membawa dua orang ya, kan? Satu undangan itu berharga empat slot, itu artinya Keponakan Ye masih punya satu slot yang tersisa. Bagaimana dengan memberikan Paman Shuan Bai mu ini satu slot yang tersisa?” Arogansi Paman Ye Shao yang satu itu langsung luntur dari wajahnya. Ye Shuan Bai bahkan tersenyum lebih ramah jika harus di bandingkan dengan penerima tamu hotel berbintang. “b******n ini, apa dia baru saja meminta Keponakan Ye memasukkannya dalam grup pelelangan milik Meng Gu Cao, sungguh tidak tahu malu,” pikir Feng Qi. “Sialan, kami bekerja sama untuk bisa mendapatkan satu undangan perunggu dari seseorang dengan membayar mahal. Aku dan putraku dan Kakak Tertua dengan putranya Ye Shuan Dahai. Kami mengumpulkan empat ratus ribu yuan demi satu undangan. Saat dia melihat satu slot kursi undangan emas, dia bahkan melemparkan kursi perunggunya.” “Dasar rubah licik, apa kau pikir hanya dirimu yang menginginkannya?” umpat Ye Feng Qi dalam hatinya. “Nak Ye, untuk apa memberikan Slot kosong itu pada Paman Tertuamu, lihatlah, dia bahkan memegang undangannya sendiri di tangannya. Kau lebih baik mengajak Paman Feng mu untuk ikut denganmu. Akan sangat sayang kalau membiarkan satu tempat itu kosong, ya kan?” Ye Feng Qi bahkan menarik Kakaknya, Ye Shuan Bai. Hingga dia tersentak ke belakang. “Sungguh sodara yang tidak berbakti, bukankah membeli undangan ini adalah idemu, itu artinya ini milikmu!” sanggah Shuan Bai. “Siapa yang memiliki niat untuk memamerkannya kemari? Bukankah itu Kakak? Kau mengangkat bahu, melemparkan undangan itu ke meja, seolah kau mengatakan, lihat apa yang kupunya sambil memiringkan senyum. Itu artinya ini milikmu!” balas Feng Qi seraya mendorong undangan itu ke tubuh Kakaknya. “Beraninya kau!! Tutup mulutmu dan pergilah bersama dengan ayah, aku akan pergi bersama rombongan Keponakan Ye!” tidak ingin kalah, Shuan Bai juga mendorong undangan perunggu itu ke arah adiknya. “Pak Tua, kau harus bangga. Saudaramu yang lain sangat akur satu sama lain,” kata Ye Shao. “Benar Nak, mereka sangat kompak sehingga aku kehabisan kata-kata untuk mengomentari sikap yang di tunjukkan keduanya. Mereka terlalu sopan,” sindir ayah Ye Shao, Ye Tianlong. “Paman, karena kalian terlalu kompak, sejujurnya aku tidak sampai hati untuk memisahkan kalian. Paman-paman, Keponakan ini berpikir untuk membawa saudara ayah yang lain. Bagaimanapun, Keponakan ini juga memiliki seorang bibi,” kata Ye Shao. Keduanya pun berhenti bertengkar, mulut mereka ternganga karena terkejut. “Kau benar Nak, Mengajak Ye Mei Lin lebih baik daripada mengajak Paman-pamanmu. Mereka adalah pasangan baik yang tidak bisa di pisahkan, sebaiknya tetap biarkan mereka bersama,” ucap Ye Rou dengan perasaan riang. “Tentu mengajak Bibi Mei lebih baik daripada membiarkan slot kosong, kalau Kakek Tua Shui Feng mendengarmya, dia pasti berusaha untuk merebut slot itu dengan kukuh. Lebih baik biarkan slotnya terisi,” pikir Ye Shao. Shuan Bai dan Feng Qi berdiri dengan penampilan mereka yang acak-acakan, wajah mereka kembali kusam memendam iri terhadap keluarga Tianlong, karena Ye Shao telah membuat keputusannya, mereka tidak perlu bersikap baik lagi untuk menjilat pemuda itu. “Karena Keponakan sudah membuat keputusan, maka kami harus pergi,” kata Shuan Bai. “Benar, ada urusan lain yang harus kami lakukan di luar sana,” imbuh Feng Qi. “Tunggu Paman, bukankah kalian memintaku memindah jaket dari meja agar kami bisa menjamu kalian dengan kue kering dan juga teh hangat? Bahkan Nona Gong masih belum beranjak ke dapur, apakah kalian mau langsung pergi begitu saja?” ucap Ye Shao menyeringai. “Tuan Ye Shuan dan Tuan Ye Feng, Tuan Muda kami benar, setelah bertamu bukankah kami harus menunjukkan keramahan kami?” kata Nona Gong. “Tidak perlu, kami buru-buru,” jawab Ye Shuan yang kemudian menarik adik keduanya pergi dari kediaman Ye Tianlong. “Buru-buru? Hmph! Omong kosong, bahkan kalian mempunyai waktu untuk menyombongkan undangan perunggu yang kalian beli, sekarang ketika kalian melihat kami memiliki undangan emas, kalian malah melengos pergi. Tidak tahu malu.” “Seekor katak dalam sumur ingin memakan daging angsa,” imbuh Ye Rou. Kedua katak yang ingin memakan daging angsa tersebut telah pergi pulang dengan membawa rasa malu, di dalam mobil, kedua saudara Ye Tianlong sama-sama mengerutkan dahi. “Ku pikir bisa memamerkan Undangan itu pada Saudara Tianlong, orang yang kukira tidak akan pernah mendapatkan undangan karena mengandalkan putranya yang tidak berguna, siapa yang mengira kalau Ye Shao putranya benar-benar telah berubah?” kata Ye Shuan. “Aku juga tidak percaya, Patriark Keluarga Meng bahkan memberikan anak itu kehormatan untuk mencantumkan namanya di atas undangan emas. Rasanya seperti memamerkan kacang pada anak yang memiliki es krim kacang.” “Aku benar-benar malu, rasanya aku kehilangan mukaku hari ini.” “Kakak, kita masih memiliki kesempatan untuk membalas mereka, kita bisa membuat mereka merasa malu, bahkan lebih dari ini.” “Kau masih berpikir untuk hadir pada Pelelangan Akbar itu?” tanya Ye Shuan sembari melirik adiknya yang menyetir dengan sinis. “Tentu saja, disana kita bisa melawan mereka, pura-pura menaikkan harga yang mereka tawarkan, kemudian saat harganya sudah tidak masuk akal, kita lepas untuk mereka,” kata Feng Qi. “Bodoh, saat dua kubu dari keluarga Ye hadir, orang-orang akan membandingkan mereka. Siapa yang memiliki pengaruh lebih besar akan di untungkan, dengan Undangan perunggu kita, mana mungkin kita bisa mendapat dukungan di bandingkan dengan mereka yang memegang undangan emas?” “Kita hanya akan menjadi bahan tertawaan, dan itu sama sekali tidak lucu,” imbuh Shuan Bai dengan tegas. “Jadi..., empat ratus ribu yuan kita buang percuma. Sial,” kata Feng Qi sembari membuang muka. “Empat ratus ribu bukanlah jumlah yang sedikit, bagaimana kita akan membiarkannya cuma-cuma?” Feng Qi yang tadinya mulai lesu tiba-tiba kembali bersemangat, “Bodoh! Perhatikan jalan saat kau sedang menyetir,” imbuh Shuan Bai mengejutkan adiknya yang hampir menyerempet kendaraan di depannya. “Maaf Kak, tapi apakah kakak memiliki cara untuk membuat empat ratus ribu itu tidak terbuang cuma-cuma?” Shuan Bai tersenyum begitu licik, kemudian dia berkata..., “Sedang kupikirkan.” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN