Hitung Mundur

1603 Kata
• Hitung Mundur Meng Bingbing dan Ye Shao turun menggunakan Gondola, murid-murid lainnya segera turun gunung, sebagian dari mereka berlari ke arah gerbang yang ada di atas gunung untuk memastikan siapa yang tiba lebih cepat. Hao Di kalang kabut, dia sedang kebakaran jenggot. Dia tidak menyangka akan terjadi masalah, dan itu akan serunyam ini. Dia ikut berlari di belakang para murid yang turun gunung sembari mencoba menelpon Ketua Meng nya. “Ketua Meng susah sekali di hubungi, bagaimana ini? Siial!” “Mungkin Shu Ao bersama Ketua, aku akan menelponnya dan memastikan!” Sementara itu di atas gondola, Meng Bingbing terus memasang wajah kesal terhadap Ye Shao, dan Ye Shao... Dia memasang wajah heran pada seseorang. “Siapa? Dan kenapa dia ada disini?” “Dia Duan Ji, sepupuku. Dia juga murid terbaik dari perguruan ini, dia akan menjadi saksi saat kita memulai di garis start. Ini untuk mencegahmu melakukan kecurangan,” kata Meng Bingbing sambil memperkenalkan pria seumuran Ye Shao yang ada di sampingnya itu. “Pffft!!! Curang? Kau pikir aku akan curang? Kenapa harus curang? Aku percaya aku bisa mengalahkanmu, bahkan jika aku memberimu banyak kesempatan, kau tidak akan bisa mengalahkanku.” “Tuan Muda Generasi Kedua, aku tidak tau bagaimana kau bisa se percaya diri itu. Dengan wajah putih tampanmu itu aku yakin, kau tidak pernah keluar rumah untuk membiarkan dirimu terkena panas, kau jarang berolahraga. Jangankan menaiki tangga, berdiri di eskalator saja akan membuatmu kelelahan.” “Oh ya? Kau berpikir begitu? Kita lihat saja,” kata Ye Shao dengan angkuh sambil menyudutkan Meng Bingbing dengan memandangnya secara langsung. Wajah Meng Bingbing merona seketika melihat Ye Shao yang berwajah tampat itu memandanginya. “Aku benci pada Tuan Muda Generasi Kedua, tapi yang satu ini mempunyai wajah tampan yang susah sekali untuk di tolak, dasar!” umpat Meng Bingbing dalam hati. “Adik Bingbing tersipu? Jarang sekali aku melihat dia seperti ini. Pria ini berbahaya, kalau dia sampai membuat Bingbing suka padanya, aku tidak akan pernah mempunyai kesempatan,” pikir Duan Ji. Murid-murid perguruan keluarga Meng dan juga Hao Di tidak jauh dari gondola yang berjalan perlahan itu, mungkin mereka akan sampai di kaki gunung dalam waktu yang hampir bersamaan. Hao Di masih berusaha menghubungi Shu Ao, karena masalah yang ia hadapi saat ini sudah menjadi sangat genting. “Akhirnya diangkat juga!” “Ya, halo Sodara Hao, ada apa? Banyak sekali panggilan dan kau sendiri terdengar terengah-engah, apa kau di kejar sekumpulan berandalan di suatu tempat?” jawab Shu Ao. “Shu Ao, berhentilah bercanda, sekarang ini kita terlibat masalah genting. Tolong katakan pada Ketua, Nona Bingbing berulah dan menyinggung Tuan Muda Ye! Sekarang mereka turun ke kaki gunung untuk bertaruh! Sudah ya!” Hao Di langsung menutup teleponnya dan segera berlari lebih cepat, sementata itu Shu Ao yang berada di sekitar Ketua Meng diam terpaku setelah menerima telepon dari Hao Di. “Xiao Ao, kenapa kau terpaku seperti itu? Ada apa?” tanya Meng Gu Cao. “Ketua... Tadi Xiao Di menelpon, dia bilang ada keadaan genting. Dan keadaannya itu...” “Ya! Kenapa?” “Nona Bingbing menyinggung Tuan Muda Ye, dan mereka turun ke kaki gunung untuk bertaruh,” jawab Shu Ao. Kakek Meng yang masih sibuk mengancingkan baju khas chinanya itu tidak lagi peduli dengan kancing bajunya, Pak Tua itu langsung melepas baju itu begitu saja dan pergi bergegas ke arah gondola. “Gadis itu! Dia sama gegabahnya seperti ayahnya!” “Ketua?!!!” “Ahh... Yang benar saja!” kata Shu Ao yang juga memutuskan untuk mengikuti Kakek Meng. “Sialan! Aku lupa kalau gondolanya hanya satu! Anak itu.... Sudah ku bilang untuk menambahkan jumlahnya tapi apa?! Dia sama sekali tidak mendengarkanku,” kata Meng Gu Cao. “Mungkin Tuan Jiang masih sibuk, Ketua.” “Telepon Xiao Di, dan cari tau bagaimana situasinya sekarang!” seru Meng Gu Cao. “Baik Ketua!” jawab Shu Ao yang kemudian segera mengambil hapenya dan menelepon Hao Di. Di bawah kaki gunung, Meng Bingbing dan Ye Shao melakukan pemanasan sebelum menaiki tangga menuju ke kediaman Keluarga Meng. Para murid lain dan juga Hao Di juga sudah berada di bawah dan menyaksikan keduanya melakukan pemanasan. “Shu Ao? Ya! Ada apa? Apa kau sudah mengatakannya pada ketua?!” “Sodara Hao, aku sudah memberitahukan ketua tentang hal ini, dan dia memintaku untuk mencari tau situasinya sekarang bagaimana?” “Situasinya gawat... Nona Bingbing dan Tuan Muda Ye serius untuk melakukan pertaruhan, katakan pada Ketua untuk menunggu Nona dan Tuan Muda Ye di depan gerbang. Mereka akan balapan menyusuri tangga-tangga ini.” Hao Di menutup teleponnya karena kelihatannya pertandingan antara Ye Shao dan Nona Meng Bingbing akan segera di mulai. “Xiao Di meminta kita menunggu di gerbang, Ketua.” “Kenapa?” tanya Meng Gu Cao. “Pertaruhan antara Nona Bingbing dan Tuan Muda Ye, di lakukan dengan adu balap, siapa yang bisa naik kemari lebih dulu adalah pemenangnya.” “Begitu?” Meng Gu Cao lalu tersenyum. “Aku sama sekali tidak meragukan kemampuan cucuku Bingbing, meskipun dia seorang wanita, bakatnya jauh lebih baik dari ayahnya, Jiang. Aku yakin tantangan menaiki tangga ini akan mudah untuknya, tapi bagaimana dengan Tuan Muda Ye? Ini cara yang bagus untuk melihat seberapa baik Tuan Muda Keluarga Ye mempraktikkan seni beladirinya,” kata Meng Gu Cao dalam hatinya. **** Pertandingan ini di rasa sangat berat sebelah, setidaknya begitu yang di rasakan oleh kubu Meng Bingbing. Mereka sangat percaya pada kemampuan Nona Meng itu, sebab latihan menaiki tangga adalah hal yang biasa bagi murid perguruan keluarga Meng. “Tuan Muda, lakukan pemanasannya dengan benar atau kau akan terkilir ketika memijak sepuluh tingkat, aku yakin kaki kecilmu itu tidak akan kuat,” ucap Meng Bingbing dengan nada meremehkan. Ye Shao tidak membalasnya, Ye Shao hanya melipat celananya setinggi lutut dan melipat bajunya hingga kelengan. Meng Bingbing begitu terkejut dengan otot tangan dan kaki yang di miliki Ye Shao. “Dia... Bagaimana mungkin dia begitu berotot? Apa dia atlet marathon? Apa aku telah membuat kesalahan dengan menantangnya?” pikir Meng Bingbing. “Tuan Muda itu kakinya sangat berotot, dia seperti biasa berolahraga... Apa dia pecinta olahraga?” “Kalau otot kakinya saja sebesar itu... Mungkin Tuan Muda itu memiliki stamina yang besar juga.” “Hei... Apa kalian mulai goyah? Tak peduli apakah dia atletik atau tidak, ini dan itu berbeda. Percayalah, ini bukan kandangnya. Nona Bing pasti menang!” Meng Bingbing menghela nafas lega mendengar apa yang di katakan oleh rekan-rekannya itu. “Hufft... Mereka semua benar. Ini bukan kandangnya, mungkin dia hebat dalam lari marathon, tapi lari di jalan dengan di tangga itu berbeda, semakin menanjak jalan akan semakin sulit di lalui, dan lagi... Jika salah langkah melewati tangga, maka bisa mengakibatkan cedera fatal. Sip! Aku percaya aku bisa menang darinya,” pikir Meng Bingbing. “Duan Ji, kau bisa ambilkan aku sebuah batu?” kata Meng Bingbing. Duan Ji mengambilkan sebuah batu sebesar kepalan tangan kepada Meng Bingbing, lalu dia memperlihatkan batu itu pada Ye Shao. “Nona? Kau mau meletakkan batu itu di jalan yang aku lalui?” ucap Ye Shao. “Kau pikir aku akan melakukan hal memalukan itu, dengar! Ini sebagai pengingat saja. Saat batu ini kulempar, dan saat batu ini terjatuh menyentuh tanah, maka kita bisa memulai perlombaannya. Jadi kau harus perhatikan batu ini baik-baik,” jawab Meng Bingbing. “Tidak perlu repot-repot nona Meng, kau bisa lari lebih dulu... Aku akan menghitung sampai sepuluh setelah kau memijak tangga pertama, lalu aku akan mulai berlari,” jawab Ye Shao dengan arogan. Jelas hal itu membuat Meng Bingbing kesal, dia merasa di rendahkan oleh Ye Shao. Rekan-rekan Meng Bingbing yang mendengar juga menjadi panas. “Dasar! Dia pikir dia itu siapa bisa bersikap sombong disini.” “Dia memberikan murid perguruan Meng keringanan? Apa dia merasa kalau dia lebih baik dari kita?” “Pria ini memang harus di berikan pelajaran!” “Nona Meng? Aku tidak akan menyesali apa yang telah aku katakan, jika aku bilang akan menghitung sampai sepuluh, maka akan aku lakukan. Aku tidak meremehkanmu, Nona. Hanya saja... Jika aku melakukan ini, pertandingannya akan terasa lebih adil,” kata Ye Shao. “Adil? Omong kosong! Aku tidak pernah di rendahkan sampai ke titik ini sebelumnya, pria ini berani sekali, aku tak peduli! Aku akan menang, setelah itu aku akan memukuli, menendang dan mencabik-cabik pria tidak masuk akal ini,” pikir Meng Bingbing. “Aku tidak peduli jika kau kalah, tapi jika kau menginginkan pertandingan seperti itu, maka aku tidak punya alasan menolak. Aku akan lari terlebih dulu, dan jangan pernah kau menganggapku curang,” kata Meng Bingbing. “Kau tidak dengar apa yang ku katakan? Dengan begini pertandingannya akan adil,” balas Ye Shao sambil memandang Meng Bingbing. Meng Bingbing yang melihat betapa percaya dirinya Ye Shao itu merasa sedikit terguncang, pasalnya... Saat Meng Bingbing melihat mata Ye Shao, dia tidak melihat Ye Shao sedang bermain-main dengan ucapannya, dia serius, dan dia tidak akan kalah. Melihat tekad dari diri Ye Shao, membuat gadis itu tidak bisa tinggal diam dan akhirnya dia memutuskan untuk berlari. “Nona Bing sudah mulai berlari!” seru para murid perguruan keluarga Meng. “Satu! Dua! Tiga! Paman Di, lanjutkan hitunganku!” Xiao Di terkejut ketika Ye Shao berseru, dia dengan spontan melanjutkan hitungan Ye Shao. “Empat! Lima!” Meng Bingbing menoleh ke belakang sekejap untuk melihat apa yang di lakukan rivalnya itu, Ye Shao tampak mengambil ancang-ancang untuk berlari. “Sudah sejauh ini, kurasa Tuan Muda itu sudah terlambat untuk menyesalinya. Dia... Tidak akan pernah bisa menyusulku!” “Kau mengecewakanku, Nona Meng. Kau memang terlihat sangat cepat, tapi sayang... Aku lebih cepat darimu!” “Sepuluh!!!!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN