Nezwa sambil merapikan produk-produk dagangannya terus mengumpat dalam hati karena ekor matanya terus melirik ke arah sesosok pemuda di ujung etalase sana, sedang mengatur barang sama sepertinya. Ia segera menyingkir sebelum hatinya semakin tidak bisa dikendalikan. Sayangnya pemuda itu justru mendatangi tempatnya. "Sudah mau maghrib, siap-siap, kita pergi ke pengajian," ucap Fauzi, mengambil alih botol saus yang dipegang Nezwa. "Lagi?" tanya Nezwa, keningnya berkerut rapat. Kenapa sering sekali ikut pengajian, yang ada dia selalu mengantuk. Lagipula tak ada yang menyapa atau mengajaknya bicara di dalam majelis, kecuali Bu Sri. "Iya, biar hati kamu tenang," jawab Fauzi sambil tersenyum. Nezwa mencibir, lalu beranjak masuk ke dalam rumah. Tidak lama kemudian, ia keluar sudah rapi dan wang