Capitulum XII : Latih Tarung

1660 Kata
     Reizh tak bisa berhenti tersenyum senang beberapa hari ini. Ia begitu senang karena mendapat sebuah metode yang memungkinkan dirinya dapat menajamkan [Aura] miliknya sehingga dapat dijadikan sebagai pelindung dan alat penyerang darurat.      Event Latih Tarung akan dilaksanakan besok. Selama enam hari ini, yang Reizh lakukan hanyalah mempertajam [Aura] dan melatih seni bela diri miliknya. Sehingga, jikalau ia kalah, ia takkan kalah terlalu banyak. Setidaknya, tidak akan terlalu mempermalukan guru kesayangannya yang sudah melatih dirinya dan teman-temannya sedemikian rupa.      "Anak-anak, yang aku bisa katakan sekarang hanyalah... Selamat berjuang." ujar Milovan sembari tersenyum.      "Anda tidak perlu khawatir, sir! Aku yakin, Raziel bisa masuk dalam kategori [Seven Miracle of Sky]!" seru Vernon sembari tertawa.      [Seven Miracle of Sky] adalah sebutan bagi tujuh orang terhebat di tiap generasi. Tujuh orang ini adalah orang-orang yang memiliki karakter kuat dalam sihir maupun sifat mereka. Beberapa diantaranya memiliki julukan sendiri-sendiri. Tapi fakta yang tak bisa dibantah dari mereka adalah fakta bahwa mereka adalah orang-orang yang kuat di tiap angkatan.      "Kenapa kau tidak merekomendasikan dirimu sendiri jadi salah satu dari mereka? Kenapa kau tidak berusaha menjadi salah satu dari mereka, malah mengucap bahwa Raziel akan menjadi salah satunya?" tanya Milovan.      "Aku hanya merekomendasikan orang yang benar-benar kuyakini bisa masuk. Mana mungkin aku yang biasa ini masuk. Hehehe." balas Vernon sembari terkekeh.      "Yah, pokoknya kalian semua harus berusaha sebisa kalian. Keluarkan semua yang kalian bisa. Tapi ingat, jangan terlarut dalam kata-kata provokasi. Karena itu dapat memengaruhi [Symmetrical Point] yang kalian miliki."      "Memang, kenapa sir? Kenapa [Symmetrical Point] bisa berbahaya jika terpicu emosi?" tanya Zaviel.      "Kekuatan kalian akan lepas kendali jika terpicu emosi. Itu bukan sesuatu yang kita inginkan, bukan? Jadi, berhati-hatilah. Bagi kalian yang merasa memiliki tempramen tinggi, sering-seringlah bermeditasi, karena akan menurunkan tempramen kalian. Secara otomatis, kalian akan menjadi lebih dewasa, atau setidaknya menjadi lebih tenang dalam menanggapi masalah."      "Berarti Raziel itu, kebanyakan bermeditasi?" tanya Jay secara langsung membuat Raziel meliriknya tajam dan menjitak kepalanya.      "Bukan begitu juga!" seru Matrix merutuki kebodohan teman sebangkunya itu.      "Ya maaf, aku 'kan cuma bercanda!" cibir Jay membuat satu kelas tertawa dan Milovan tersenyum tipis melihat kelakukan anak muridnya itu.      Hari berlalu begitu cepat. Hari telah berganti, dan sekarang adalah waktu untuk latih tarung dimulai. Semua murid diharuskan menggunakan pakaian olahraga agar murid perempuan lebih bebas dalam bergerak. Tidak mungkin untuk bertarung menggunakan rok, bukan?      Kelas L-V tidak seperti kelas lain yang langsung terjun ke gimnasium. Mereka berkumpul di kelas terlebih dahulu untuk menyusun sebuah rencana. Namun, rencana ini tidak diketahui oleh Milovan, karena mereka berniat untuk membuat kejutan yang menyenangkan.      "Jadi... Aku ingin tanya satu hal. Ini selalu mengganggu ku setiap hari. Bagaimana jika kita melawan orang yang lebih kuat dari kita?" tanya Ash khawatir.      "Jangan khawatir! Aku tahu bagaimana. Cukup tunjukkan kekuatan yang di bawah standar, ketika ia lengah, langsung serang dengan kekuatan penuh. Mencegah kelelahan soalnya." jawab Reizh sembari tersenyum.      Semua orang menatapnya dengan tatapan terkejut. "Hei, apa aku salah?" tanya Reizh bingung.      "Kau benar-benar menakutkan, Reizh! Dari sini aku dapat pelajaran jika duel melawan dirimu, aku takkan segan mengeluarkan kekuatan penuhku!" seru Andreas, bertekad.      Reizh menggaruk kepalanya. Lalu tiba-tiba Raziel menyahut, "aku setuju dengan Reizh. Jika diperbolehkan memakai s*****a, kalau bisa kita aliri [Aura] pada s*****a itu agar tidak mudah rusak."      "Hee... Apakah [Aura] memang sehebat itu?" tanya Jeanna      "Yah, tergantung si pemilik tahu cara menggunakannya atau tidak. Jika bisa, itu bisa dijadikan sebuah zat ofensif maupun defensif. Seperti kata Mr. Milovan, memiliki [Aura] itu dapat mempermudah hidup." balas Matrix mengangkat bahu dan kedua tangannya bersamaan.      Semua orang terpana, "Wuah, ternyata begitu!"      Tak lama, sebuah bel berbunyi menandakan bahwa Sparring akan dilakukan tidak lama lagi. Akhirnya, dua puluh empat anak itu langsung berlari bersama menuju gimnasium dan duduk di tribun secara berderet enam ke samping dan empat ke bawah.      "Selamat pagi, rekan-rekan Exitium! Namaku Chayl Morgan, mahasiswi jurusan Kemahiran Sihir dengan keahlian telekomunikasi Kelas Lanjutan Akademi Pedang Langit akan memandu acara kita hari ini! Aku akan mengatakan beberapa hal, seperti, roda nama akan berputar secara acak, jadi kalian bisa saja melawan junior, teman kalian, bahkan senior kalian!      "Sihir yang boleh digunakan dalam latih tarung ini hanyalah sihir tingkat satu sampai tingkat 3, jika memakai sihir di atas tingkat itu, nama dari pemain tersebut akan secara otomatis dicoret dari daftar dan tidak diperbolehkan berpartisipasi pada Rainbow Galaxy Fest mendatang.       "Seperti biasa, kita akan terlebih dahulu memutar 276 nama untuk mengetahui siapakah yang akan bertarung pertama kali!"      Nama pada layar hologram diputar. Dua buah nama terhenti secara bersamaan.      Raziel Ziverian [L-V] | vs | Aslan Scott [P-I]      "Astaga. Ini mengerikan. Anak kelas L, melawan kelas P! Apalagi ini Aslan Scott! Apakah roda nama meminta untuk dihancurkan?" cibir Zaviel.      "Senior Chayl,"      "Ya, ada apa Junior Scott?"      "Boleh aku meminta pertukaran lawan? Aku tidak ingin dianggap sebagai penindas yang lemah, terlebih itu adik kelas."      "Tidak apa." tiba-tiba Raziel bersuara, "kuharap aku bisa belajar sesuatu dari Senior. Mohon bantuannya."      Aslan tersenyum. "Baiklah, aku akan mengajarimu beberapa trik."      Pertarungan antara Raziel dan Aslan telah dimulai. Raziel juga sudah mulai mengulur-ulur kekuatannya. Ketika Aslan menyerang dengan pedangnya, Raziel hanya menghindar dan tidak mencoba untuk membalas. Ah, mungkin tepatnya tidak memiliki kesempatan. Wajah yang biasanya datar itu berubah menjadi begitu kesulitan saat ini.      "Kau masih belum ingin menyerah, Ziverian?"      "Masih belum!"      Raziel mengeluarkan sebuah pedang hitam yang ia lapisi dengan [Aura] miliknya yang berwarna ungu. Kharisma yang dikeluarkan dari pedang itu sangatlah luar biasa.      Archel : [Tapi sejauh yang kulihat, Raziel sudah kalah, bahkan sejak Aslan mengeluarkan pedangnya.]      Rex : [Setuju. Level kalian dengan dia sangat jauh berbeda.]      Bahkan Raziel yang merupakan siswa terkuat di L-V?      Aegis : [Tak bisa kupungkiri bahwa aku juga kagum dengan keduanya. Mereka memiliki beberapa trik tersembunyi.]      Luz : [Bagaimanapun juga, dengan bakat yang dimiliki Raziel dia akan melampaui Aslan di masa depan. Dia akan mendapatkan gelar jenius.]      Huh. Aku jadi iri dengannya. Yah, aku iri karena aku tahu aku takkan pernah punya masa depan yang begitu cerah sepertinya.      Blaze : [Kata siapa kau tidak akan pernah punya masa depan gemilang?]     Yah, aku menerkanya dari bakat yang kumiliki sekarang, tentu saja.      Rex : [Kenapa kau pesimis sekali sih? Kau ini hanya belum memunculkan sihir, oke?]      Aegis : [Benar. Kau hanya belum memunculkannya, bukan tidak memilikinya. Buktinya, kau bisa, 'kan, memakai sihir [Inventory]? Sihir yang terbilang sederhana, namun tidak mudah untuk mewujudkannya. Kalau kau tidak bisa sihir, kau takkan bisa membuat jurus seperti [Step] ataupun [Inventory], tahu!]      Benarkah? Kalau begitu bagaimana caranya aku bisa membuka sihirku?      Luz : [Mungkin belum waktunya. Kau tidak tahu, ya? Kalau sihir itu akan muncul ketika seorang individu telah siap menggunakannya.]      Duh. Berarti perkembanganku ini lambat sekali ya?      Blaze : [MEMANG.]      Reizh berdecak di kala Blaze menekankan kata 'memang'. Ia merasa kesal, karena pikirnya, tanpa diberitahupun, ia tahu. Mungkin tubuhnya belum cukup kuat untuk memiliki sihir. Mengingat hal semacam itu, Reizh lagi-lagi bertekad untuk memperkuat tubuhnya.      Tiba-tiba, sebuah ledakan yang cukup mengejutkan semua orang terdengar dari arena. Di sana Raziel sudah begitu berantakan sementara Aslan dengan santainya menangkap pedangnya yang terjatuh dari udara.      "Aku menyerah!" seru Raziel mengangkat tangannya. "Senior benar-benar hebat, aku kagum."      "Hm?" Aslan mengangkat dua alisnya, "Aku yakin kau benar-benar mengatakannya secara tulus. Kulihat dari garis wajahmu, kau bukan orang yang mudah mengakui seseorang."      Raziel hanya tersenyum tipis dan tepuk tangan bergemuruh di gimnasium. Berikutnya, nama kembali di putar dan kali ini, nama yang keluar adalah nama kakak kelas, melawan kakak kelas lainnya.      "Raziel, kau begitu hebat tadi!" puji Jeanna sembari membesarkan mulutnya.     "Itu bukan apa-apa." balas Raziel sembari merapikan keadaan tubuhnya yang cukup acak-acakan.     "Ternyata mereka sekuat yang ada di rumor, ya? Bagaimana jika aku melawan salah satu dari mereka?" gerutu Jay sembari memasang wajah kesal, sekaligus khawatir. Raziel duduk di sebelah Reizh. Reizh memberinya sebotol air mineral dan langsung dihabiskan oleh Raziel. Dia menatap Reizh.      "Bagaimana tadi?"      "Maksudmu pertarungannya?" tanya Raziel memastikan.      "Iya, apa kau menontonnya tadi?" ulang Raziel.      "Tentu saja! Kau melompat ke sana kemari... Menghindari serangan senior Aslan... Kau begitu hebat bisa tidak mati melawannya! Soalnya, aku bakal otomatis mati berdiri jika melawannya." kekeh Reizh      Raziel tersenyum tipis.      "Hei, akhir-akhir ini ku lihat kau sering tersenyum, kenapa?"      Raziel mengangkat alisnya, "Memangnya tidak boleh?"      "Boleh sih. Soalnya, aku jarang melihatmu tersenyum, dan kuakui wajahmu tampan jika tersenyum. Tapi masih jauh dari ketampanan milikku yang hakiki ini." ucap Reizh sembari menyisir rambutnya ke samping.      "Dasar bodoh." dengus Raziel sembari terkekeh kecil.      "Omong-omong, luka-lukamu tidak apa-apa? Sepertinya cukup menyakitkan." tanya Matrix menepuk pundak Raziel.     "Lumayan menyakitkan bila kau tepuk begitu, Matrix."      "Ah! Maafkan aku! Kukira pundakmu baik-baik saja!"      "Bukan apa-apa. Santai saja,"      "Lukanya mau kusembuhkan sedikit? Aku lumayan mahir dalam penyembuhan," ujar Skye yang diangguki oleh Raziel.      "Wah, Skye. Sejak kapan kau berlatih?" tanya Jeanna.      Skye terkekeh, "sudah lama, tapi baru kuperdalam beberapa hari terakhir ini. Lumayanlah, sedikit lagi mengejar ketinggalanku,"      Tak lama, luka-luka di tubuh Raziel berangsur-angsur membaik walau tidak sepenuhnya. Namun, menurut Raziel, sekitar 50% sakitnya telah terangkat. Skye turut senang dengan perkembangannya. *** Waktu berlalu cukup lama hingga akhirnya papan nama kembali berputar dan melakukan pekerjaannya. Akan tetapi, ketika dua slot nama tersebut terisi, kehebohan terjadi. Pasalnya, nama orang yang paling dikenal di Akademi Pedang Langit tertera pada salah satu slot di papan tersebut. "L-V melawan kelas T-I?" "Apakah papannya melakukan kesalahan atau mataku yang salah?" "Ini luar biasa! Pertandingan ini hanya akan berlangsung selama beberapa detik saja, percayalah!" "Kasihan sekali, keberuntungan anak L-V itu benar-benar buruk sampai langit pun tak ingin mengasihaninya." Sementara seluruh stadium dipenuhi diskusi tentang nama dan kelas yang tertera pada papan nama, Reizh menghela napas berat dan bergumam pada dirinya sendiri, "Terkutuklah aku dan mulut terkutukku." L/N : Haiya! Gimana nih gais? Menurut kalian siapa nih yang bakal menang? L-V atau T-I? Yuk ditebak yuuk! Btw, Ternyata susah nulis dengan kepala pusing dan tubuh yang panas. Jadinya, buru-buru karena gak tahan liat layar hape. Dan... Inilah yang terjadi jika saia menulisnya buru-buru. Kalo ada typo, komen aja ya guys. Nanti saya benerin :) Okelah, hope you enjoy! Jangan lupa dukung terus The Sacred Imperium, dan nantikan Reizh untuk memulai perjalanannya! What if, Luna
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN