"Untuk saat ini, fokus saja dengan pelatihan kekuatan kalian. Kalian sudah mendapatkan Loicerys masing-masing. Memperoleh beragam macam mantra sihir bukan hal yang mustahil lagi. Jangan lupa latihan fisik juga dikerjakan. Karena sesungguhnya penyihir bukanlah siapa-siapa ketika dalam keadaan [Lost]. Mereka hanya bisa pasrah menunggu ajal. Kalian tidak mau itu terjadi, 'kan?"
Mereka semua mengangguk dengan cepat. Ya, apakah ada orang yang siap dan ingin mati? Mungkin, orang yang sudah putus asa dengan hidupnya? Tapi apa ada orang yang sebegitu putus asanya hingga ingin bunuh diri? Ah, sudahlah. Bukan urusan mereka juga.
"Oh, anak-anak, hari ini aku ingin mengajak kalian ke dalam hutan untuk berburu. Yah, sekadar latihan juga sebenarnya. Tapi dalam latihan kali ini kalian hanya boleh menggunakan s*****a tajam. Aku akan benar-benar melepas kalian. Tidak boleh menggunakan sihir.
"Namun, aku akan memberikan sebuah gelang bercahaya hijau. Jika gelang ini sudah berwarna merah, itu tandanya kalian sudah terpojok dan diperbolehkan menggunakan sihir. Sihir yang digunakan pun harus berskala kecil, karena hutan ini berhubungan langsung dengan sekolah, dan akan membuat kegaduhan jika kalian menyebar sihir skala besar.
"Kalian tidak akan dibagi menjadi individu, melainkan kelompok. Setiap kelompok berjumlah 4 orang. Kelompok ini akan ditentukan dengan undian. Siapapun yang mendapatkan kertas dengan tulisan 'L' berhak menjadi pemimpin dalam kelompok dan memutuskan apapun yang akan dilakukan oleh anggota kelompoknya.
"Kita akan menjelajah hutan lebih dalam, melewati batas teritorial, mungkin kalian akan kewalahan, tapi, seperti yang pepatah katakan, pengalaman adalah guru terbaik, dan aku percaya itu. Kalian juga harus percaya, karena itulah kunci kesuksesan. Jangan pernah membenci kegagalan, justru cintailah ia. Karena tanpanya, kalian takkan pernah belajar dan akan jatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya."
"Baik!"
"Sekarang, ambil s*****a kalian, persiapkan diri, dan kita akan segera ke dalam hutan."
"Laksanakan segera!"
Seluruh anak kelas L-V sudah bersiap dengan pedang, panah, atau s*****a apapun yang dapat mereka gunakan dengan baik. Setelah beberapa pengarahan kecil, akhirnya mereka berpencar sesuai perintah pemimpin kelompok mereka.
Reizh berada pada satu kelompok bersama Skye, Zaviel, dan Raziel yang menjabat sebagai ketuanya. Raziel mengarahkan anggota kelompoknya untuk berburu monster-monster kecil yang mudah untuk dibunuh. Hal itu bertujuan untuk membiasakan semua indera merekam semua hal tragis yang akan terjadi.
Sampai dimana, Raziel mengajak mereka ke arah barat. Dimana terdapatnya seekor [Big Troll] setinggi 8 meter dengan gada kayu berduri yang sangat waspada. Raziel meminta Skye dan Zaviel menyerang kakinya, bila perlu hingga putus, agar [Big Troll] itu tidak dapat bergerak dengan bebas. Sedangkan Raziel sendiri fokus pada tangannya, agar putus pula. Di sana, Reizh diberikan sebuah tanggung jawab untuk langsung mengakhiri [Big Troll] dengan serangan vital di leher.
Seketika, mata indah layaknya kristal milik Reizh berbinar melihat tinggi monster itu. Bukan tanpa alasan, Reizh senang karena akhir-akhir ini dia mencoba beberapa teknik yang unik. Dia mencoba terbang. Ya, tanpa [Counter] sama sekali.
Awalnya, sisi irasional Reizh mencetuskan sebuah ide gila yang ternyata membuahkan hasil. Dia mencoba menendang udara selama mungkin, dan tubuhnya melayang. Blaze yang menyadari itu, menyebutnya sebagai [Step].
[Step] adalah suatu teknik unik yang memungkinkan sang pengguna melayang di udara. Ini adalah sebuah inovasi baru yang diciptakan oleh Reizh. Maka dari itu, Blaze dengan spesial memberinya nama [Step].
Reizh mulai menendang udara sebagaimana prosedurnya dan tubuhnya mulai melayang. Setelah merasa cukup tinggi, Reizh menahan napasnya dan melangkah mundur sebanyak dua kali kemudian berlari dengan kecepatan penuh dan mengayunkan pedangnya.
Begitu sebuah tebasan melukai sang monster dan membuat sebuah teriakan yang memilukan, Reizh terus-terusan menebas hingga akhirnya suara itu berakhir. Reizh menghela napas dan mendarat di dekat para rekannya.
"Kau... Bisa menggunakan sihir angin, Reizh?" tanya Raziel heran.
"Err... Bukan." jawab Reizh agak ragu, "Ini teknik yang kubuat sendiri. Namanya [Step]. Sama sekali tidak menggunakan [Counter] loh."
"Benarkah? Kakak harus mengajari aku!" seru Zaviel
"Ehm, tentu saja. Semua yang ingin belajar pasti aku ajarkan sebisaku."
Pada pertarungan berikutnya, karena pengalaman yang cukup, semua dapat dihancurkan dengan mudah. Mereka terus-terusan menyerang monster-monster sampai akhirnya gelang mereka menunjukkan bahwa waktu kembali sudah tiba.
Mereka semua kembali ke mulut hutan. Di sana, Milovan sudah menunggu kedatangan mereka. Senyuman hangatnya tak pernah luntur dari wajah tampannya. Dia rasa, murid-muridnya ini sudah membuatnya bangga bahkan sebelum dia mengenal mereka lebih jauh.
"Bagus, sejauh ini perkembangan kalian sudah baik. Aku bangga dengan kalian. Terlebih Reizh. Bisakah kau menjelaskan bagaimana kau terbang?" perkataan Milovan membuat teman-teman Reizh langsung menatap pemuda itu dengan ekspresi ingin tahu yang besar.
"Tentu! Dengan senang hati aku akan menjelaskan caranya." ucap Reizh
Reizh mulai menjelaskan tata caranya pada teman-temannya. Teman-temannya merasa teknik itu tidak akan begitu sulit. Sederhana, seperti kata Reizh. Namun, saat praktik, teman-temannya tidak dapat melakukannya. Reizh yang juga tidak mengerti menjadi bingung sendiri. Padahal ia yakin teman-temannya sudah melakukan persis apa yang ia sampaikan.
Milovan tidak menyalahkan Reizh untuk itu. Itu semua dikarenakan teknik yang disebut Reizh sebagai [Step] itu kemungkinan adalah teknik khusus yang hanya dapat digunakan oleh Reizh.
"Ada sebuah pemberitahuan untuk kalian semua. Minggu depan, akan diadakan latih tarung antara anak kelas L. Di sini, akan ada beberapa petinggi sekolah dan orang-orang yang memiliki kemampuan hebat datang menonton. Jika kalian memiliki kemampuan untuk menarik perhatian mereka, maka, masa depan kalian akan lebih terjamin.
"Untuk kalian, aku sarankan menggunakan [Aura] kalian dalam bertanding. Tapi, semakin lama kalian dapat menarik-ulur sebuah kompetisi, akan semakin baik. Tapi, jika kalian yakin dapat menghabisi lawan dalam sekali serang, dan tidak begitu menguasai teknik tarik-ulur, jangan mencobanya.
"Tapi, jika kalian bisa memainkan sebuah permainan dengan baik dan benar, itu akan menjadi permainan yang spektakuler. Oh, dan harus diingat lagi, ketahui batasanmu. Jika kau yakin akan kalah, maka bertarunglah secara pasti. Meskipun kalah, setidaknya kau memiliki beberapa perlawanan yang tidak membuatmu kalah secara konyol."
Seluruh murid kelas L-V mendengar jabaran itu mendengarkan dengan saksama. Mendengar sebuah kata-kata latih tarung, semuanya menjadi semangat. Minggu depan masih lama, dan Milovan berniat memupuk kedua puluh empat anak muridnya menjadi bintang lapangan nantinya. Ia berharap, murid-murid yang telah ia ajari ini tidak membuatnya kecewa.
Namun, mengingat sampai detik ini, murid-muridnya tidak pernah membuat ia kecewa, ia menepis pemikiran akan ketidakmampuan muridnya.
"Apa kalian memiliki trik untuk diajarkan padaku?"
Kini Reizh tengah berada di dalam ruang alam bawah sadarnya, bersama keempat [Side] miliknya.
"Kenapa kau tidak menciptakannya sendiri?" ujar Aegis
"Memangnya bisa?"
"Bisa dong. Kau cukup pikirkan apa saja yang ingin kau buat. Bagaimana jika kau mengevaluasi beberapa jurus dari orang-orang yang memiliki Loicerys." balas Aegis. "Buktinya, kau bisa membuat [Step.]"
"Contohnya?"
"Mungkin seperti [Basic Barrier] atau [Base Shield]. Bedanya, kau melakukan itu dengan [Aura] bukan [Counter]." jelas Luz.
"Hm... Sebenarnya, aku ini punya [Counter] atau tidak? Pertanyaan ini sangat menggangguku." keluh Reizh sembari menghela napas berat.
"Kau punya. Namun, kapasitasnya sedikit. Karena itu, kau tidak bisa mengeluarkan sihir skala besar. Kau hanya bisa memanfaatkan [Aura] unik milikmu. Setidaknya, untuk lolos ke semifinal [Sparring] di minggu mendatang." sahut Rex tiba-tiba.
Reizh bertanya lagi, "Adakah alasan mengapa kapasitas [Counter] milikku sangat sedikit?"
"Ini hanya perkiraanku. Ini semua karena kau membuka [Symmetrical Point] sebelum waktunya. Usia persyaratan minimal seseorang membukanya adalah 15 tahun. Itu karena, seseorang sudah cukup bijak dan bisa mengatur keluar-masuknya [Counter] pada tubuhnya.
"Akan tetapi, kemungkinan ini tidak bisa dijadikan sebuah patokan. Hm... Tapi yang jelas, semua ini menandakan bahwa kau harus berusaha lebih keras dibandingkan orang lain, untuk mengejar ketertinggalanmu." jelas Archel.
"Jadi, intinya aku bisa menambah kapasitas di [Counter Pool] milikku?" ulang Reizh.
"Ya, dengan cara meditasi, di sebuah tempat yang mengandung banyak [Rune] maupun [Spell]. Tapi kurasa untuk sekarang, kau belum begitu membutuhkan sihir. Pertajam saja ilmu bela dirimu, dan pertajam [Aura] milikmu." jelas Archel
"Bagaimana?"
"Astaga! Kau banyak tanya sekali, sih?" cibir Blaze, "Sebenarnya berapa banyak hal yang tidak kau ketahui? Semakin lama aku mendengarnya, semakin kesal pula aku. Dengar ya, mempertajam sesuatu dalam dirimu hanya bisa didapatkan dengan usaha, usaha itu perlu kau pikir sendiri caranya, agar hasilnya maksimal, karena berdasarkan pemahamanmu sendiri." seru Blaze.
Reizh langsung dikirim kembali ke dunia nyata. Dirinya tak bisa berbuat apa-apa. Karena pada kenyataannya, yang dikatakan Blaze itu benar adanya. Ia harus berusaha menemukan metodenya sendiri agar mencapai kesuksesan yang maksimal.
Setelah berpikir secara logis, Reizh memilih untuk duduk bersila dan memulai praktik yang sama dengan saat ia ingin membuka [Aura]-nya sekali lagi. Ia duduk dan memikirkan segala ketakutannya di dunia ini. Mulai dari kehilangan orang terdekat, tidak memiliki teman, dibenci oleh orang-orang terdekat, kehilangan kepercayaan, dan yang terakhir, takut bila tidak bisa menemukan kedua orang tuanya sebelum ia meninggal.
Tiba-tiba seluruh tubuh Reizh bergetar. Hal ini disebabkan ketakutan terbesarnya ia gabungkan menjadi satu. Sekumpulan asap hitam menanggalkan tubuh Reizh, dan bersamaan dengan itu, tubuh Reizh kembali normal. "Apa yang terjadi?" tanya Reizh sembari terengah-engah, entah pada siapa.
A/N :
Yosha. Aku update lagi guys~ apa kabar kalian? Semoga sehat dan tetap aman di rumah ya! Jangan sakit-sakitlahhh~. Btw, Luna masih bertanya-tanya, apakah kalian tertarik dan mulai bertanya-tanya, kemanakah arah Reizh dkk. Berjalan?
Yah, semoga saja jalan yang baik dan benar. Tidak melenceng kemanapun. Wkwkwk.
Ooh La La La,
Luna