Capitulum VIII : Menuju Liominne

1503 Kata
     Sementara kelas L-V berada di padang rumput Erilight, seorang pengawal yang berasal dari perbatasan gerbang 1 Kota Pedang Kuno berlari menuju Akademi Pedang Langit secepat yang ia bisa. Begitu sampai, empat kelas yang tengah berlatih di lapangan begitu heran melihat pengawal berlari, tanpa kuda dengan wajah yang sangat panik.      Salah seorang murid berinisiatif bertanya, "Mm... Ada perlu apa hingga Anda berlari begitu kencang, Pengawal?"      "Di langit dekat Padang Rumput Erilight, saya melihat kawanan kangguru terbang, yang menuju padang rumput itu!" ujar pengawal itu terengah-engah.      "Baik... Lalu, apa hubungannya dengan kami? Bukankah ada para petualang yang dapat membereskannya?" tanya salah satu murid lagi.      "Masalahnya, jumlahnya ada lebih dari tigapuluh ribu pasukan! Dan, seingat saya, murid dari akademi ini sedang berlatih di sana!"      Semua orang terkejut. "Apa? Kau tidak bercanda 'kan? Siapa pembimbing nya?" seru Austin Edge, wali kelas L-I.      "Kurasa... Tuan Milovan Clevo." ujarnya sedikit ragu. Ketika ia mengingat-ingat siapa yang ia izinkan      "Dasar si bodoh itu! Baiklah, kami akan segera ke sana. Ayo! Kita bantu mereka. Uh. Sudah kubilang bukan ide bagus menuju padang rumput perbatasan itu. Hah." omel Victoria Bexell, wali kelas L-II.      "Baiklah, akan ku bantu dia. Dia berhutang bantuan pada kita. Kau, laporkan itu pada kepala sekolah." ucap Jeremy Westlind, wali kelas L-IV.      "Baik!"      Pengawal itu berlari menuju ruang kepala sekolah dengan tergesa-gesa. Sementara itu, murid-murid lain diminta kembali ke kelas—pelajaran dihentikan sementara. Sesampainya pengawal itu di ruang kepala sekolah, ia hendak melaporkan apa yang terjadi, namun langsung dipotong oleh pria yang menjabat sebagai kepala sekolah itu.      "Aku sudah tahu. Milovan Clevo, kan?"      "Be-benar, Tuan." jawab pengawal itu terengah-engah      "Sepertinya para guru itu melakukan hal percuma dengan mengirim diri mereka ke sana." desah Noel Stevenson, sang kepala sekolah.      "Kenapa begitu?" tanya Frank Warlock, sekretaris sekaligus wakil sang kepala sekolah. Tidak hanya dia yang penasaran, pengawal itupun bingung, namun tidak berani bertanya. Dia memikirkan bahwa mungkin saja guru-guru akan terlambat datang ke sana dan murid-murid akan...      "Mari kita dengar kisahnya dari para wali kelas itu nanti." ujar pria dengan jabatan kepala sekolah itu sembari tersenyum misterius.      Kini, kami tengah memperhatikan Mr. Milovan dengan kehebatannya terbang kesana-kemari dengan santai dan membunuh tiap-tiap Nom, iblis berbentuk kangguru yang memiliki sayap kelelawar. Ekspresinya bahkan tidak berubah sejak melihat iblis-iblis itu. Aku malah merasa, para Nom itu digunakan sebagai batu loncatan Mr. Milovan untuk menunjukkan kebolehannya pada kami.      Mr. Milovan hanya melompat dan kemudian menunjuk ke arah target yang ingin ia lenyapkan. Ia melakukannya seakan itu bukan masalah besar. Seharusnya ada batasan pada [Counter] seseorang, namun Mr. Milovan tampak tidak terbatas oleh hal tersebut. Dia melakukannya seolah-olah ia sedang menari di sebuah panggung pertempuran berdarah.      "Ada empat orang bergerak secara cepat ke arah sini, tampaknya itu wali kelas kelas lain. Sudah kuduga, pasti ada pengawal yang melihat para kanguru terbang ini." ujar Han Xue sembari menyentuh pelipisnya.      "Hm, mungkin saja."      Saat kami melihat ke arah yang dimaksud Han Xue, terdapat lima orang di sana. Kami melihat wajah kelima guru itu yang menandakan bahwa mereka speechless dengan pemandangan berdarah yang tengah berlangsung dihadapan mereka. Kami semua merasa bahwa mereka akan menjatuhkan rahang mereka jika tidak ada kami di sini untuk menjaga harga diri mereka.      Tak lama setelah keempatnya sampai di sini, pertarungan antara Mr. Milovan dengan tiga puluh ribu Nom berakhir di menit kelimabelas.      "Yo, kalian sedang apa ke sini? Piknik?" tanya Mr. Milovan sembari tersenyum ke arah empat wali kelas yang baru datang.       "Kau... Yang menghabisi mereka semua?" tanya guru kelas L-IV—aku tidak tahu namanya.      "Tentu saja, apa kalian lihat ada orang lain selain kita di sini? Oh iya, wajah kalian itu dikondisikan dulu deh, seperti habis melihat hantu. Yap, anak-anak! Mari kita kembali!" ujar Mr. Milovan sembari tersenyum semringah      "Ayo!"       Kami semua meninggalkan para guru itu yang telah sia-sia berlari ke sini demi menyelamatkan kami. Tapi maaf, tampaknya guru kami jauh lebih hebat dibandingkan kalian semua!      Makan malam telah tiba, di salah satu dari banyak meja di sana, meja kami terlihat paling hidup dan heboh. Kami masih membahas apa yang kami lihat siang tadi. Rasa tidak percaya itu masih tertinggal dalam diri kami.      "Uwah, tadi itu, adalah pengalaman yang takkan pernah kulupakan!" seru Skye.      "Tentu saja, siapa yang cukup gila untuk melupakan hal segila itu?" balasku tertawa sambil meneguk segelas s**u.      "Tak kusangka Mr. Milovan sehebat itu. Uhh... Aku rasa aku bersedia diajarnya hingga lulus dari sini!" ucap Jay sambil tersenyum gemas.      "Kurasa aku juga!"      Makan malam itu menjadi lebih heboh di meja kami. Tentu saja. Bagaimana tidak, kami secara langsung melihat kehebatan guru kami, justru aneh jika kami tidak heboh.      Di tengah makan malam yang bising itu, sebuah suara mikrofon membuat kami secara otomatis terdiam dan melihat ke arah panggung di depan aula makan. Di sana terdapat Mr. Stevenson, alias kepala sekolah kami.      Beliau mengumumkan bahwa kelas L akan melakukan perjalanan ke Liominne untuk mengambil Loicerys milik kami. Kami akan berada di sana selama tiga hari, jadi kami diminta untuk mempersiapkan apapun yang sekiranya akan digunakan di sana.      Ketika Mr. Stevenson turun dari panggung, aku langsung melirik ketujuh temanku.      "Kau tahu, ini akan menyenangkan!" seru Matrix tiba-tiba.      "Ya, kupikir juga begitu!"      Tak terasa, hari dengan cepat berganti. Kini, semua kelas L sudah di dalam bis masing-masing. Sebenarnya, dikatakan bis juga bukan. Karena kendaraan ini akan dapat berseluncur di atas air, dan juga terbang bila diperlukan. Pokoknya, fasilitas yang disediakan akademi paling top, deh!      Setelah beberapa pengarahan, menunggu persiapan telah selesai, akhirnya bis kamipun meluncur. Suasana begitu riang di bis nomor lima ini. Dari gurauan receh Vernon, celotehan Seo-yeon, sampai sangkalan pedas dari Raziel.      Ketika bis sampai di daerah laut, ada banyak lumba-lumba yang mengambil oksigen, seolah-olah sedang melakukan pertunjukkan. Melompat kesana-kemari seakan meminta kami mengabadikan itu. Yah, aku dapat beberapa potret sempurnanya sih. Lucunya, lumba-lumba itu memiliki macam warna yang sangat beragam! Dari merah hingga ungu dapat kalian abadikan.      Namun, keceriaan itu tiba-tiba hilang dikarenakan sebuah monster muncul ke permukaan air. Monster itu kurasa bernama [Ogopogo]. Dia semacam [Lochness] tapi memiliki gigi yang tajam sekali. [Ogopogo] itu tidak hanya sendirian, ada dua lainnya di belakang.       Anak-anak kelas L-V, termasuk aku sudah bersemangat hendak keluar dari bis untuk menghadapi mereka, sekaligus mencoba kekuatan baru yang kami pelajari. Namun, dengan curangnya anak kelas L-I menahan kami. Mereka menatap kami dengan tatapan ; rongsokan seperti kalian bisa apa? Dan aku benci tatapan meremehkan itu. Rasanya aku ingin menusuk-nusuk mata mereka dengan pisau daging milik Nenek.      "s****n! Mereka curi start!" seru Andreas sebal.       "Ya sudahlah, mereka bisa kita urus nanti," ucapku, menepuk pundaknya.      Andreas menatapku, "Kau ini sabar seka—"      "Tinggal kita culik satu kelas terus cincang dan jual ke pasar gelap. Jangan lupa darahnya kita kasih ke penyihir hitam. Selesai." lanjutku.      "Setuju," sahut Raziel yang tidak kuduga.      Satu bis tertawa termasuk Mr. Milovan. Anak-anak L-I selesai melawan [Ogopogo] setelah empat puluh menit kemudian. Tiba-tiba Jeanna selesai melihat arlojinya dan bersuara.      "Empat puluh menit? Aku yakin kita bisa menyelesaikannya lebih cepat dari empat puluh menit sampah yang mereka ciptakan."      "Setuju."      Setelah monster dikalahkan, bis kembali melaju. Tak lama, kami telah sampai di menara yang dimaksud. Menara itu memiliki tinggi yang tidak dapat diukur. Semuanya merasa kagum dengan menara ini. Termasuk aku, tentu saja. Siapa yang tidak terkagum dengan sebuah menara menjulang dikelilingi oleh taman yang dipenuhi bunga langka?      "Selamat datang di Liominne, para Exitium."      Ah, Exitium adalah sebutan masyarakat umum untuk murid-murid Akademi Pedang Langit alias Sky Sword Academy.       "Perkenalkan, namaku Cellena Gildenguard, salah seorang dari Tujuh Penjaga Menara yang dipilih oleh Lord Holimion. Saya tidak sendiri, ditemani oleh kakak saya, Cedric Gildenguard, saya akan memimpin jalannya tur singkat menara ini."      Cellena adalah seorang gadis yang memiliki [Heterochrome Eyes], atau warna mata yang berbeda. Mata kanannya berwarna oranye, sedangkan mata kirinya berwarna biru. Ia memiliki rambut pirang sebahu dan memiliki poni yang menutupi mata sebelah kirinya.      Lalu bagaimana aku tahu mata kirinya berwarna biru? Mudah, ada sebuah permata berwarna biru diantara tumpukan jerami kuning. Tentu saja aku dapat dengan mudah melihatnya. Lalu, saat ini dia tengah memakai sebuah kemeja lengan panjang berwarna putih, dan celana panjang berwarna hitam.      "Oh ya, karena terdapat lima kelas di sini, akan ada pembagian pembimbing tur. Haydn, L-I. Lena, L-II. Cedric, L-III. Lore, L-IV. Dan aku akan membimbing L-V."      Diam-diam aku bersorak dalam hati karena tidak mendapat pria dengan wajah p*******a yang kurasa disebut Lore. Sungguh, kalian pasti akan lari ketakutan melihat wajahnya itu. Aku berani bertaruh! A/N ; Hai semuanyaaa! Apa kabar? Welcome back to Reizh dkk. story! Hehe, sudah sehari terlewati akhirnya update lagi yah. Kalau ada beberapa kesalahan atau isinya kurang maksimal, maaf ya. Soalnya, di real life, Luna lagi UAS hehe. Kalian lagi UAS juga gak? Doain aja yah, UAS Luna lancar, terus Luna sempet ambil waktu buat bikin cerita dan update teratur setiap hariii~ Mungkin itu aja cuap-cuapnya. Makasih. With big love, Luna
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN