Part 3

2315 Kata
 Pada pagi hari, Agni terbangun di kamar apartemen mewahnya, seperti biasa setiap pagi dia selalu memutar musik, membuat sarapan, dan menonton tv. Sambil menunggu waktu untuk menjemput dan mengantar kekasihnya ke tempat kerja. Agni tampak sangat bersemangat hari ini, lebih dari biasanya, sepertinya ada sesuatu di pikirannya yang membuat dia menjadi begitu antusias.  Waktu sudah menunjukan pukul 7.15 pagi, itu artinya dia harus bergegas untuk menjemput dan mengantarkan kekasihnya pergi bekerja. Setelah itu pada siang harinya, Agni yang sudah selesai mengantarkan kekasihnya, melanjutkan perjalanan lalu datang ke suatu tempat, yakni tempat yang dipenuhi oleh banyak perempuan terutama ibu-ibu. Tempat itu tak lain tak bukan adalah toko perhiasan, yang menjual berbagai aksesoris mahal seperti gelang, cincin, anting, dan kalung.  Agni berniat untuk membeli sebuah cincin, yang akan dia berikan kepada Linda, dengan maksud untuk melamar kekasih hatinya tersebut. Hal itu sudah direncanakan oleh Agni secara matang-matang, dimulai dari tempat, waktu, dan lain-lainnya. Dia benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya secara spesial bagi Linda.  Namun, ada satu hal yang tidak disadari oleh Agni ketika dia sedang berada di toko perhiasan itu. Dari kejauhan, dirinya sedang diawasi oleh seorang pria misterius yang memakai setelan jaket jeans berwarna hitam. Pria itu terus saja memperhatikan setiap gerak-gerik Agni, dan mengikuti Agni kemanapun dia pergi, sampai akhirnya dia bisa mengetahui dimana tempat tinggal Agni.  Lalu, pada sore harinya, hujan lebat kembali mengguyur seluruh kota, sehingga Agni tidak bisa mengajak Linda untuk makan diluar, Linda memberitahu Agni bahwa untuk hari ini dirinya tidak usah dijemput karena dia sudah pulang naik bus, Linda tidak mau jika Agni harus hujan-hujanan demi dirinya. Saat itu Agni merasa sedikit kecewa karena dia jadi tidak bisa melangsungkan rencana lamaran terhadap Linda, namun dia tetap berusaha untuk mengerti tentang keadaan dan tidak marah sama sekali terhadap Linda. Tak lama kemudian, Agni masih mengobrol dengan Linda lewat handphone, ia berpesan agar Linda tetap sehat dan jangan lupa makan. Agni selalu merasa senang ketika memikirkan tentang rencana besarnya, pada sore hari itu setelah Agni membatalkan reservasi dari restoran, dia segera kembali pulang ke apartemennya. Di sepanjang perjalanan pulang dia selalu tersenyum sendiri, sehingga perjalanannya terasa singkat. Saat ini yang ada di pikirannya hanyalah ingin segera mengajak Linda untuk menikah, dan mulai membangun keluarga bahagia bersama wanita yang paling dicintainya itu.  Setelah Agni sampai di basement apartement, dia segera memarkirkan lalu mengunci sepeda motornya, tak lupa dia juga mengusap mobilnya yang terparkir disana, lalu dia bergegas naik ke atas menuju kamar apartemen miliknya untuk beristirahat.  Namun sesampainya dia di depan pintu apartemen miliknya, dia merasa kaget karena ternyata pintu itu tidak dalam keadaan terkunci dan bisa dibuka dengan mudah. Padahal dia ingat betul, ketika dia meninggalkan apartemen miliknya, dia sudah mengunci pintu itu rapat-rapat. Oleh karena itu saat ini Agni merasa janggal sekaligus khawatir, kalau sampai ada maling yang sudah memasuki rumahnya.  Agni mulai masuk secara perlahan-lahan, dia mengendap-endap sambil memperhatikan keadaan di dalam apartemen miliknya itu untuk memastikan bahwa tidak ada orang disana. Suasana disana begitu gelap karena lampunya belum dinyalakan, maka dari itu Agni segera berjalan mendekati saklar lampu supaya suasana disana jadi lebih terang.  Namun tiba-tiba saja, terdengar suara seorang pria yang membuat Agni merasa sangat terkejut.  “Jadi namamu Agni Iskandar?”  “Hah??” Agni menatap ke arah dimana suara itu berasal, sambil terperangah.  Rupanya ada seorang pria yang sedang berdiri di dekat meja wastafel dapurnya. Dengan perasaan terkejut sekaligus gugup, Agni bertanya kepada pria dengan setelan jaket jeans berwarna hitam itu, yang berpostur tubuh tinggi, tampan, dan rambut yang tersisir rapi.  “Si- siapa kamu?? Bagaimana kamu bisa masuk kesini?”  “Kau boleh menganggapku sebagai seorang pencuri ahli ... Kamar apartemen seperti ini bukanlah hal yang sulit untuk kumasuki.”  “Jadi, kau datang kesini untuk mencuri dariku?”  “Bukan.” Ucap pria itu secara tegas.  “Lalu kau mau apa?” Tanya Agni yang semakin merasa gugup dan gelisah.  “Aku datang kesini untuk mengambil kembali uang milikku yang sudah kau ambil.”  “Apa?”  “Jangan pura-pura bodoh, aku tahu bahwa kau adalah orang yang telah mengambil tas uang, yang tergeletak di bawah pohon di kawasan lembang!” Ujar pria itu sambil berjalan mendekati Agni, lalu menarik kerah baju Agni.  Kemudian Agni yang mulai merasa takut dan terancam segera berkata, “Tu- tunggu dulu sebentar, kita bisa bicara baik-baik.”  Namun pria itu segera mendorong tubuh Agni sehingga Agni jatuh dan terguling menghantam kursi sofa. Maka saat itu juga, Agni langsung saja berinisiatif untuk melakukan perlawanan. Dia melemparkan bantal sofa, remote televisi, vas bunga, dan buku-buku, kepada pria misterius yang sedang berada di rumahnya itu, walaupun pria itu bisa menghindari semua lemparan dari Agni, namun lama kelamaan hal itu membuat si pria misterius menjadi murka lalu segera berlari ke arah Agni.  Tak mau kalah, Agni juga berlari ke arahnya, untuk kemudian mendekap lalu mereka saling dorong satu sama lain. Pria itu mencoba untuk melemparkan tubuh Agni ke arah televisi, walaupun dia sangat kesulitan, namun dia berhasil melakukan hal itu, sehingga televisi milik Agni langsung rusak setelah terkena hantaman keras dari tubuh Agni.  Kemudian, pria itu mulai menarik lagi kerah baju Agni dan mengangkatnya supaya Agni kembali berdiri, setelah itu dia menempelkan Agni ke dinding sambil bertanya.  “Dimana uang itu?? Apakah kau sudah menghabiskan semuanya?!” Tanya si pria itu dengan penuh emosi.  Lalu, dengan darah yang mengucur di kening serta mulutnya, Agni menjawab, “Aku tidak tahu apa yang kau maksud!"  "Jangan berbohong!" Ujar pria itu sambil meninju perut Agni.  "Aku tidak tahu."  "Aku akan terus menghajarmu sampai kau mengaku!" Pria itu memukul lagi perut Agni.  Sehingga kemudian Agni mulai mengaku, "Ba- baiklah, aku memang memiliki uang itu... Uhuk uhuk."  “Kalau begitu katakan padaku dimana kau menyimpannya?? Aku sudah mencari ke setiap sudut ruangan yang ada disini, tapi aku tidak bisa menemukannya.”  “Itu karena aku menyimpannya di tempat lain.”  “Katakan padaku dimana?!!”  Lalu tiba-tiba pria misterius itu tersentak, seolah-olah dia tersengat arus listrik yang sangat tinggi, lalu seketika dia langsung jatuh pingsan. Ternyata di tangan Agni sudah ada stunt gun yang sedari tadi dipegangnya. Sebenarnya, dia telah menyiapkan stunt gun di bawah rak televisinya. Tadi, tepat setelah pria misterius itu membantingnya, Agni segera mengambil alat itu dan menggenggamnya di tangan, sehingga dengan begitu dia bisa melumpuhkan pria misterius itu dengan mudah. Agni yang masih selalu merasa kurang aman dengan perubahan hidup instannya, rupanya sudah menyiapkan beberapa senjata yang bisa dia gunakan jika tiba-tiba dirinya diserang oleh seseorang, terutama di rumahnya sendiri.  Setelah beberapa lama kemudian, malam pun sudah semakin gelap. Urusan Agni dengan pria misterius itu masih belum selesai, jadi Agni memutuskan untuk mengikatnya di kursi, sehingga dia tidak akan bisa berbuat apa-apa setelah sudah siuman nanti, keadaan sudah berbalik, kini pria misterius itulah yang keadaannya seperti tawanan.  Agni mengompres luka memar di wajahnya menggunakan es batu, dia duduk santai tepat dihadapan si pria misterius yang sedang dalam keadaan terikat di kursi. Tak lama kemudian, si pria itu mulai membuka matanya, dan menatap Agni dengan tatapan sayu, sepertinya dia masih merasa agak pusing di kepalanya.  Kemudian Agni berkata, “Waah, kau tidak boleh tiba-tiba datang ke rumah orang lain lalu membuat kekacauan seperti itu kawan.”  “Hmm, pertama, aku bukan kawanmu, kedua, kau juga tidak bisa tiba-tiba mengambil uang milik orang lain, lalu menggunakannya sesuka hatimu.”  “Heyy aku tidak mengambilnya begitu saja, aku mendapatkannya lewat sebuah aplikasi smartphone.”  “Apa?” Pria itu kebingungan dengan perkataan yang dilontarkan oleh Agni.  “I- ini sangat rumit untuk dijelaskan.” Ucap Agni secara terbata-bata, karena sepertinya dia tidak sengaja mengucapkan hal itu.  “Aku ingin tahu, mengapa kau bisa tahu lokasi tas itu berada?”  Agni memutuskan untuk tidak memberitahukan alasan yang sebenarnya kepada pria itu, dia kemudian lebih memilih untuk menginterogasi pria itu lebih lanjut.  “Jawab pertanyaanku dulu, bagaimana dan darimana kau bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Kau bilang bahwa kau adalah seorang pencuri ahli kan? Katakan padaku, kau mencurinya darimana?” Tanya Agni secara tegas.  Kemudian pria itu mulai menghela nafas terlebih dahulu, sebelum menjawab pertanyaan dari Agni.  “Sebenarnya bukan aku yang mencuri uang itu, tapi kakakku.”  “Apa?” Agni sedikit kaget mendengar hal tersebut, lalu dia melanjutkan lagi pertanyaannya. “Katakan dulu siapa namamu, lalu ceritakanlah padaku semuanya.”  “Kenapa aku harus melakukan itu?” Si pria misterius bertanya balik.  “Karena hal ini akan berlangsung lebih lama jika kau tidak menceritakan padaku tentang semuanya. Kau mau terikat disana sampai kapan?”  “Hmm, baiklah, aku akan menceritakannya. Namaku adalah Ralph.” Pria itu mulai memperkenalkan namanya.  “Baiklah Ralph, aku Agni ... Nah ini baru namanya sebuah perkenalan yang baik.”  “Kau mau aku melanjutkan?” Kata Ralph dengan raut wajah datar.  “Ya, silahkan.”  “Kakakku bernama Doni, dia dan aku adalah partner dalam bidang pencuri di kota ini... Aku tidak akan memberikan cerita panjang padamu, singkatnya, suatu hari, seorang pria datang kepadaku dan kakakku, namanya Roy, dia adalah orang kepercayaan dari bos mafia yang cukup berpengaruh di kota ini. Roy menawari kami pekerjaan, dia ingin kami mencuri dari salah satu rumah bosnya, karena dia tahu seluk beluk harta yang dimiliki oleh bosnya itu... Jika kami berhasil, Kemudian hasilnya akan dibagi rata. Dia memberi kami peralatan serta informasi tentang tata letak ruangan, juga informasi tentang brankas yang didalamnya terdapat banyak uang. "  "Lalu, kalian melakukannya?"  "Aku menolak tawaran itu, tapi kakakku tidak. Walaupun aku sudah mencoba untuk meyakinkannya bahwa misi ini berbahaya, tapi dia sangat sulit untuk diyakinkan, karena dia telah termakan oleh kata-kata Roy, yang berbicara bahwa jika kakakku bersedia melakukannya sendiri maka dia bisa mendapatkan 75% bagiannya. Hal itu Kedengarannya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan bagiku, jadi aku berusaha keras untuk melarang kakakku terlibat dengan hal ini, sampai-sampai aku dan kakakku akhirnya bertengkar karena dia tidak mau mendengarkanku lagi, lalu dia segera meninggalkanku dan menjalankan misi itu sendirian. "  "Apa yang terjadi selanjutnya?" Kata Agni penasaran.  "Dengan informasi dari Roy, kakakku bisa dengan mudah membobol rumah itu, dan mencuri uang senilai 15 Milyar Rupiah."  "Wow." Agni terkesima.  “Tapi perbuatannya ketahuan oleh salah satu penjaga, sehingga dia harus berusaha keras untuk bisa kabur dari tempat itu ... Lalu, akhirnya dia berhasil lari ke tempat yang aman, dan bisa dibilang dia sudah berhasil menjalankan misinya, untuk mencuri uang itu dan membawanya ke rumah persembunyian, di mana dia akan bertemu dengan Roy. "  "Lalu?"  "Yang aku takutkan terjadi ... Ternyata, Roy mengkhianati kakakku."  "Apa?!"  “Dia menembak kakakku dari belakang, lalu dia mengambil tas uang jatah kakakku sehingga dia bisa mendapatkan semua uangnya, lalu Roy meninggalkan tubuh kakakku di tempat sepi itu ... Namun, sebelum dia naik motor, kakakku yang masih hidup, berhasil memukulnya dari belakang sehingga Roy terjatuh. Kemudian kakakku segera mengambil tas uangnya, dan berhasil pergi dengan sepeda motor, sebelum Roy sempat mengambil senjatanya lagi untuk menembak kakakku. "  "Waahh."  "Tapi sayang sekali, karena Roy memiliki nomkr kontak dari para anak buah mafia, maka dia bisa menyuruh dan mengerahkan mereka semua untuk mengejar kakakku."  "Lalu, apa yang terjadi?" Agni semakin penasaran.  "Kakakk dikejar oleh para anak buah bos mafia yang sudah mengantongi ciri-ciri wajahnya, tapi sebelum tertangkap, dia memutuskan untuk melempar tas uang itu di suatu tempat, setelah itu dia juga segera memberi pesan teks kepadaku tentang lokasi di mana dia melempar tas uang itu ... Lalu akhirnya dia terpojok dan terbunuh oleh para anak buah bos mafia, sedangkan Roy yang menjadi otak dibalik semua kejadian ini, sekarang hidup nyaman dan aman dengan jatah uang senilai 5 milyar rupiah miliknya. ”  "Apa?!"  “Roy Yakin bahwa aku mungkin tahu di mana tas uang itu berada, jadi dia memberi segera menghubungiku lalu menceritakan tentang apa yang terjadi, setelah itu dia mengancamku supaya mau memberikan informasi tentang dimana Doni membuang tas uang itu. Jadi, sekarang hidupku sedang dalam bahaya, selain itu aku juga jadiincaran dari sang bos mafia, karena Roy memberi tahu bos mafia bahwa aku terlibat dengan tindakan kakakku ... Makadari itusaat iniaku sedang berusaha untuk mendapatkan tas uang itu, supaya aku bisa menyelesaikan masalah ini, tetapi aku tidak bisa menemukannya. Karena seseorang telah mengambil tas itu, yaitu adalah kau, maka dari itu kemudian aku berhasil menemukanmu di sini, dengan segala cara. "  "Hmm, begitu ... Jadi apa yang ingin kau lakukan sekarang?" Tanya Agni.  "Aku ingin, kau memberikan semua sisa uang yang masih kau miliki, kepadaku, lalu setelah itu aku akan pergi dari hidupmu untuk selama-lamanya."  Agni sempat berpikir sejenak mengenai hal itu, dia merasa prihatin terhadap keadaan yang dialami oleh Ralph saat ini. Ditambah, dia juga tidak mau terlibat lebih jauh dengan urusan mafia atau hal-hal berbahaya lainnya, maka dari itu sepertinya dia akan memilih untuk memberikan seluruh sisa uang yang dimilikinya itu kepada Ralph, supaya Ralph bisa pergi dari kehidupannya untuk selama-lamanya.  Namun, ketika Agni akan mengatakan tentang hal itu, tiba-tiba saja ada suara yang terdengar dari pintu depannya, diikuti oleh suara langkah kaki dua orang yang sedang masuk dan menggeledah rumah Agni. Sehingga hal itu membuat Agni dan Ralph jadi merasa terkejut sekaligus cemas, sepertinya itu adalah suara dari orang-orang yang diutus untuk menangkap Ralph.  Lalu Ralph segera memanggil Agni dan menyuruhnya untuk melepaskan tali yang mengikat tubuhnya di kursi, dengan nada yang berbisik sekaligus memaksa, karena sebentar lagi orang-orang itu akan segera memasuki ruangan tempat mereka berdua sedang berada.  Tak lama kemudian, ternyata benar saja, ada dua orang pria yang masuk ke dalam ruangan itu sambil menodongkan senjata. Disana mereka menemukan Ralph yang sedang berdiri di tengah ruangan sambil mengangkat kedua tangannya, dengan senyuman di wajahnya yang mengisyaratkan bahwa dia mau menyerahkan diri.  “Ouh, ternyata disini kau rupanya.” Ucap salah satu pria tersebut.  Lalu tiba-tiba saja, dari balik pintu, Agni muncul dan menghantamkan sebuah kursi kayu kepada salah satu pria itu dari belakang, sehingga salah satu pria itu langsung ambruk dan pingsan seketika.  Kemudian satu pria lagi yang terkejut akan hal itu, langsung saja dihampiri oleh Ralph, yang kemudian menendang pistol yang ada di tangannya sehingga pistol itu terlempar dan terjatuh ke lantai. Setelah itu Ralph segera menghajar orang itu sampai tak sadarkan diri, sehingga keadaannya jadi sama seperti kawannya yang ada disana.  Kedua orang bersenjata itu kini telah berhasil dilumpuhkan, dan terkapar di dalam kamar apartemen milik Agni. Dan hal itu tentu saja bukanlah pertanda baik bagi Agni, dengan perasaan terkejut dan takut, Agni berkata kepada Ralph.  “Se- sekarang bagaimana? Apa yang harus kulakukan??”  “Selamat. Kau sudah resmi terlibat dalam urusan ini.”  “Apa?!!” Agni semakin merasa kaget. Dia tidak bisa membayangkan tentang apa yang akan terjadi kedepannya nanti.  Ralph dan Agni berhasil membereskan dua orang utusan Roy yang datang untuk menangkap Ralph, dan karena identitas Agni kini sudah diketahui oleh Roy lewat alamat rumahnya tersebut, jadi kini Agni juga ikut terseret ke dalam masalah yang Harus dihadapi oleh Ralph. Dia harus berurusan dengan mafia juga dengan Roy dan para anak buahnya. Kira-kira apa yang akan dilakukan oleh Ralph dan Agni selanjutnya?   Berlanjut ke part 4
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN