Wajah Dewa memerah, giginya bergemeletuk menahan amarah. Ia bisa merasakan seluruh tubuhnya menegang, matanya tak lepas dari Heri. Annisa berdiri di sampingnya, terlihat kecil dan rapuh, dengan mata penuh ketakutan. Dia mengangguk pelan, seolah menerima nasib yang sudah digariskan untuknya. Annisa dan Heri berjalan menuju taman kampus, langkah mereka terdengar berat di bawah pepohonan yang rindang. Mereka duduk di bangku kayu yang teduh, Annisa dengan kaku, pandangannya terpaku pada rumput di bawah kakinya, sementara tangan mungilnya bergetar di pangkuannya. Heri duduk di sebelahnya, menarik napas panjang, seolah-olah mempersiapkan diri. "Saya ingin menyelesaikan masalah ini tanpa melibatkan polisi lebih jauh," katanya, suaranya terdengar tenang namun penuh otoritas. "Jika kamu mencabut
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari