Minggu pagi ini adalah hari yang sangat menyebalkan bagi Nafa apalagi mengingat kejadian semalam, Dirinya yang sudah bersiap siap untuk pulang ke rumah dengan kedua orang tuanya dari hotel tempat mereka menginap.
"Loh Fa, kok elo balik ke laptop lagi, kenapa pakai celana compang camping lagi."
Becca tertawa melihat penampilan Nafa, dia memakai Croft top yang sangat pas ditubuh dengan celana jeans sedikit sobek disekitar pahanya.
"Gue gak peduli lagi bec, percuma juga gue merubah penampilan gue jadi anggun dan feminim ternyata Malvin tetap berpikiran gue bukan perempuan yang baik, Bener kata papi gue lebih baik gue jadi diri gue sendiri,"
Nafa mengambil topi bucket berwarna pink lalu memakainya, rambutnya di biarkan tergerai tanpa make up apapun di wajahnya yang memang sudah sangat cantik.
"Jadi cerita nya uda patah hati duluan nih non, Belum juga berperang, lagian ngapain juga sih elo paksain diri elo kek gini, lebih baik elo bilang aja yang sebenarnya sama orang tua elo kalo malvin udah punya kekasih, dan bilang aja elo gak Terima dijodohin cuma karena kesepakatan yang berujung uang."
Kini becca semakin menjahili sahabatnya itu.
"Gue juga bingung bec sama diri gue sendiri kenapa juga gue mau ngelakuin ini semua yang jelas sudah merugikan pihak gue, masalah orang tua gue yang sudah menyembunyikan kesepakatan perjodohan itu, uda gue pikirin itu bakal jadi senjata gue nanti mengakhiri pertunangan ini,"
"Ya ampun Fa, Keknya elo beneran cinta deh sama si Malvin, sampe segitu nya elo berkorban demi dia, padahal elo bisa aja dapat pria yang jauh lebih sempurna dari dia."
Becca hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya melihat pemikiran sahabatnya yang satu ini.
"Yauda lah bec, gue juga gak ngerti lagi sama jalan hidup gue ini, gue serahin aja sama Tuhan, Cepetan dong loe dandannya yang lain uda pada nungguin kita dibawah."
"Iya iya nih gue uda siap kok."
Mereka pun beranjak menuju ke lantai dasar, sebelum pulang mami Friska menyuruh Nafa dan Becca untuk sarapan dulu di hotel bersama Malvin dan Keluarganya.
Sesampainya di restoran, Nafa dan Becca yang berjalan beriringan sudah melihat Malvin dan keluarganya duduk di meja yang sudah penuh berisi makanan, Malvin terlihat sedikit murung, dia juga terlihat memakai pakaian santai, Kaus hitam dipadukan jeans bewarna biru membuat penampilannya terlihat lebih keren.
"Selamat pagi semua?"
Nafa menyapa semua orang yang ada di meja termasuk papi dan maminya, tidak lupa dirinya memeluk sang papi dan mami begitu juga dengan calon mertuanya.
Alangkah terkejutnya mereka semua melihat pakaian yang dipakai oleh Nafa, terutama Malvin yang sempat mengangah melihat Nafa yang sangat cantik meskipun penampilan nya tidak seperti biasanya, Nafa terlihat seperti wanita sederhana namun tetap cantik, apalagi celananya yang banyak robekan.
"Sayang kok kamu berpakaian seperti ini, pakai dress dong sayang, ini celana kamu kok kek gini sih!!!"
Friska melongo dan sedikit mencuri curi pandangan kearah Mieke mamanya Malvin, melihat Nafa kembali seperti dulu lagi dirinya merasa tidak enak dengan calon besannya.
"Gapapa la ma, biarin aja Nafa sesuai dengan keinginannya, jangan terlalu dipaksakan." Kini papi Nafa membantu sang putri.
"Iya jeng Friska, Nafa mau pakai apa aja tetap cantik kok."
Kini Mieke juga membantu agar calon besannya itu nyaman melihat penampilan putrinya yang sedikit berani.
"Yasudah ayo semua kita sarapan sebelum pulang ke rumah."
Kini papa Malvin mengajak semua orang untuk bersiap sarapan.
Nafa dan Becca pun duduk di meja makan tersebut, semua nya makan dengan khidmat.
Akhirnya semua sudah selesai, Becca juga sudah berpamitan untuk pulang ke apartemennya, sedangkan kedua keluarga itu masih berbincang ringan, Malvin dan Nafa sesekali saling curi pandang tanpa ada pembicaraan sama sekali.
Melihat sikap canggung antara Nafa dan Malvin membuat Mieke berinisiatif untuk membuat Nafa dan Malvin lebih dekat lagi agar semakin akrab.
"Malvin, Kamu aja yang antar Nafa pulang ya, bila perlu kalian jalan jalan dulu, inikan hari minggu, kalian harus semakin dekat." Ucap Mieke.
"Bener jeng, dari tadi canggung banget mereka ini, padahal uda mau jadi suami istri loh." balas Friska.
"Gak usah mi, Nafa pulang aja deh pengen rebahan,"
Nafa berusaha untuk menghindari Malvin, bagaimanapun hatinya masih sakit atas perlakuan Malvin padanya tadi malam.
"Jangan gitu dong sayang, kalian harus pendekatan nya lebih maksimal, lagian Malvin ini susah banget bisa libur, dia itu gila kerja, pas banget ini momen nya kalian bisa lebih dekat, iyakan Malvin sayang?" Mieke berusaha membujuk Nafa.
"Iya Ma." Jawab Malvin singkat.
"Yauda tante kalau begitu, aku gak bisa juga kan nolaknya," Ucap Nafa sambil menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
Mereka semua pun hanya tertawa melihat sikap malu malu kucing yang ditunjukkan oleh Nafa, Sedangkan Malvin dirinya hanya diam saja.
***
Kini Malvin dan Nafa sudah berada di dalam mobil yang dikemudikan oleh Malvin, Sudah lima menit mereka didalam mobil tapi tidak ada yang ingin memulai pembicaraan.
"Kamu mau kemana?" Tanya Malvin
"Terserah aja." Jawab Nafa
"Gimana kalau kita kepuncak?"
"Kepuncak? kamu gak lihat pakaian aku kekgini? " Nafa melirik Malvin.
"Tenang aja nanti aku suruh Tania bawa jaket untuk kamu."
"Tania? Maksudnya gimana sih? "
"Kita ajak Tania, dia udah lama pengen ke puncak, kebetulan ini hari minggu dia libur kerja, uda lama aku gak ajak dia liburan, Kamu gak keberatan kan? "
"Jadi gue mau jadi obat nyamuk gitu? astaga resek banget nih Si Malvin, tapi gapapa deh gue pengen lihat gimana sih gaya pacaran mereka." Batin Nafa.
"Yauda ajak aja si Tania, gue gak keberatan kok,"
"ok"
Malvin pun segera menelpon Tania.
"Halo sayang, selamat pagi?"
" Iya sayang, kok tumben pagi pagi udah nelpon?"
"Iya aku mau ajak kamu jalan nih, kepuncak."
" Beneran! aku uda lama banget pengen kesana, yauda aku siap siap ya, kamu tunggu aja aku didepan gang rumahku!"
"Iya sayang, kamu bawa dua jaketmu ya?"
"dua jaket? untuk siapa?"
" Untuk Nafa? Kita pergi bertiga ya"
"Ah ... bertiga! kok bisa sih memangnya Nafa mau bareng sama aku? "
"Mau kok! ini kami udah dijalan menuju ke rumah kamu?"
"Yaudah deh kalau gitu, aku siap siap dulu ya, bye."
Tut tut tut
Nafa yang mendengar percakapan antara Malvin dan Tania hanya bisa menarik nafasnya.
"Asli gue jadi obat nyamuk deh ini pasti."
batin Nafa.
Kini mereka sudah berada di depan gang rumah Tania, Nafa melihat gang sempit dengan rumah sederhana yang berjejer. dia tidak menyangka Tania memang berasal dari keluarga yang sangat sederhana, dia hanya melirik ke kiri dan ke kanan.
"Jadi disini rumah Tania?"
"Iya Fa."
"Kenapa kita gak masuk aja vin?"
"Lagian gang ini gak muat untuk masuk mobil Fa."
"Tapi kamu kan bisa jalan kedalam, memangnya kamu gak mau pamitan sama orang tuanya Tania?"
"Aku gak bisa Fa, Aku malu sama kedua orang tua Tania, Udah lama banget ayahnya nyuruh aku datang bersama kedua orang tuaku untuk melamar, tapi itu semua tidak bisa aku lakukan karna papa dan mama tidak pernah mau."
"Ya ampun kasian juga mereka ini, ternyata kisah cinta beda kasta sangat menyakitkan." Batin Nafa.